4. Malu

23 10 0
                                    

"B-Brian?!"

Saat itu wajahku memanas. Aku malu karena sejak tadi seperti orang aneh yang dengan susah payah meraih bukunya yang di rampas orang.

"Kalian ini... Baru aja di tinggal bentar undah bikin ribut lagi. " Merica langsung duduk di kursinya, tentu saja sambil menarik tangan Rian.

Brian diam saja, cowok tampan itu tidak mengikuti saudara sepupunya yang tengah memakan bubur bersama Merica.

Tetapi, dia memperhatikan buku puisiku yang masih di acungkan Kazan.

Dengan cepat aku menarik tangan Kazan lalu mengambil bukuku.

"Brian, kamu mau ngapain kesini?" tanya Ziva dengan suara cantiknya.

Aku buru-buru pergi kembali duduk di kursiku, padahal saat itu Brian mendekat kepadaku.

"Itu buku puisi ya, boleh gue baca?" tanya Brian padaku. Saat itu aku menatapnya sekilas, mengeratkan tanganku pada buku, lalu menggeleng.

Brian seperti menaikan alisnya, tapi aku tak peduli. Langsung saja aku duduk di kursiku, dan pura-pura menulis sesuatu di buku puisiku.

"Eh, eh. Brian, kamu mau baca puisi ku aja gak?" tanya Ziva dengan buku puisinya yang di sodorkan pada Brian.

"Bri, kita mau beli minuman lagi, lo ikut gak?" suara Rian mengalihkan perhatian Brian, cowok itu mengangguk dan menjawab oke. Pandangannya kembali pada Ziva.

"Lain kali gue baca, lagian semua karya ibu lo pasti bagus. "

Seperti sebuah anekdot, Ziva jadi sedikit tersindir karena kata-kata itu. Setelah Brian pergi, Ziva menatapku dengan tajam.

Tak lama, ia pun berbalik ke belakang dan tersenyum pada Kesya dan lainnya.
"Ke kantin yuk! "

Aku sedikit meringis, tatapan Kesya begitu sinis padaku. Sementara tatapan Ferdy dan Jaka begitu menyebalkan.

***

Tak terasa waktu pulang pun tiba, aku berjalan sendirian di antara banyak orang yang berjalan juga menuju gerbang.

Mereka semua memiliki teman dekat, tertawa bersama, dan bisa mengobrol bersama juga.

Aku menatap ke sekeliling, mengembuskan napas, aku kembali menunduk dan berjalan.

Aku sudah mencoba berteman dan mengakrabkan diri dengan semuanya, tapi... Entah kenapa, ujungnya mereka akan membenciku.

Di depan sana, aku melihat Kesya. Dia dulu teman dekatku, tapi... entah kenapa dia menjauh dan seolah tidak suka kepadaku.

"Pulang sendiri?"

Aku terkejut bukan main, dengan spontan aku menoleh dengan cepat dan tatapanku langsung jatuh padanya.

"Brian?"

Dia tersenyum tipis.
"Iya, nama gue Brian. Salam kenal ya, nama lo siapa? "

Untuk sesaat aku seperti membeku.
" Naina," ucapku.

Bahkan ketika aku mempercepat langkahku, Brian malah mengikutiku. Ini membuat orang-orang memerhatikan kita.

Aku sangat malu, pada diriku sendiri.

"A-aku duluan, " langsung saja aku berlari dari gerbang secepat kilat. Meninggalkan Brian yang masih menaruh atensimya padaku.

***

Terimakasih sudah membaca^^

Salam sayang
Niaagxyma

Rahasia Hati [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang