13. Untai Cinta

32 8 5
                                    

"Peserta selanjutnya, Naina Sulistia dari kelas A²....!"

Hening, karena pembawa acara di tarik seseorang ke belakang panggung, itu membuat penonton menjadi bingung.

Setelah beberapa menit, pembawa acara pun kembali.

"Maaf sebelumnya, tapi karena Naina mendadak menyerahkan penampilannya pada perwakilan pertama, jadi ia akan di gantikan oleh Ziva Aurelia. Kepada Ziva Aurelia di persilakan. "

"Mana bisa seperti itu!" teriak Merica di kursi penonton.

Brian langsung berdiri, firasatnya sangat tidak enak. Ia harus mencari Naina.

Risa, kepala sekolah SMA Anak Bangsa itu langsung menatap tajam Ziva yang berdiri dengan bangganya di atas panggung puisi, gadis itu menggunakan gaun ala kerajaan berwarna kuning.

Rian pun sama seperti ibunya, ia menatap Ziva dengan tajam, walau sembari memegang tangan Merica agar gadis itu tenang.

***

Brian berlari ke sana ke mari, tak tentu arah. Cowok yang mengenakan baju pangeran bernuansa biru itu terlihat cemas.

"Padahal lo yang gue tunggu Nai, lo di mana... "

"Brian!"

Brian menoleh ke asal suara, itu suara Kesya. Cowok itu langsung menghampiri gadis itu.

"Kesya, lo liat Naina?"

Kesya tersenyum tipis.
"Dia sebentar lagi bakal memukau penonton di panggung. "

Saat itu Brian akan langsung berlari, tapi tangan Kesya menahannya.

"Brian, aku minta maaf. "

"Maaf?"

Kesya hanya menggeleng.
"Kamu harus cepat cegah Ziva buat selesain puisi nya. "

***

"BERHENTI!"

Naina muncul dan masuk ke area panggung. Membuat Ziva terkejut begitupun yang lainnya.

"Berhenti Ziva!" bentak Naina.

Semua orang berbisik, Rian tersenyum miring.

Saat Naina hendak menghampiri lebih dekat kepada Ziva, gadis itu menghentikan langkahnya.

"Kalau lo mendekat, gue bakal benerin rahasia Brian. "

Semua orang terkejut, begitupun dengan Rian. Ia menatap ke arah Risa yang masih menatap tajam pemandangan di depannya.

Naina diam, ia tidak bisa ke mana-mana. Orang-orang menatap dengan penuh tanda tanya.

"Teman-teman, sebenarnya Brian it--"

"Tangkap dia. "

Suara tegas Risa dan bersamaan dengan polisi yang datang dari balik panggung membuat suasana menjadi runyam.

Gadis itu langsung di bekap sehingga tidak bisa berbicara lagi.

"Naina!" Brian datang, ia terkejut ketika melihat penampilan gadis itu di panggung.

Sangat cantik dengan pilihan dres kerajaan yang ia  beli tempo hari, tapi kenapa Ziva di bawa pergi oleh polisi?

"Silahkan bacakan puisimu, Naina Sulistia."

Brian menoleh pada ibu angkatnya, wanita itu tersenyum dan memberi kode agar anaknya itu kembali duduk di kursi penonton.

Brian mengangguk dengan senyumannya, ia tahu apa yang harus ia lakukan.

Suasana kembali hening. Walau penonton masih penasaran dengan apa yang terjadi, tapi mereka tahu apa yang harus di lakukan untuk menghargai orang yang sedang tampil.

Naina menutup mata sejenak, lalu mulai mengucapkan kata pertamanya.

"Untai Cinta, karya... Naina Sulistia. "

Beberapa orang bertepuk tangan.

"Sejak hari itu, hari demi hari, kita menguntai cinta. "

Naina tersenyum untuk memberikan ekspresi di puisinya.

"Kita adalah rasa, yang akan menjadi kisah tak terlupa. "

"Aku dan kami, adalah untaian cinta. "

"Sampai saat yang singkat itu memisahkan kita, melepas untaian membuat cinta berserakan. "

"Aku ketakutan, tanpamu... untaian ini masihkah bisa di perbaiki?"

Merica dan beberapa orang lainnya meneteskan air mata, begitupun dengan naina yang membacakan puisinya dengan perasaan sedih.

Ia kembali mengingat sangat ibu.

"Walau sudah ku coba perbaiki, tetapi ini sudah tak sama lagi... "

"Bisakah kamu kembali, untuk memperbaiki ini bersama?"

Naina memejamkan mata, membuat air mata itu kembali meluruh.

"Aku masih membutuhkan mu, untaian cintaku. "

Saat itu semua orang berdiri dan bertepuk tangan. Risa menoleh dan tersenyum pada Brian, dan cowok itupun mengerti dengan kode itu.

Brian berjalan menuju ke atas panggung, itu membuat semua orang terkejut dan heboh.

Dan ketika Brian berlutut semuanya kembali hening. Naina menatap Brian dengan mata terkejut dan tidak percaya.

Brian mengeluarkan mawar dan menyodorkannya di depan Naina, gadis itu menahan napas.

"Maukah kamu berdansa bersamaku?"

_selesai_

Wah... Akhirnya selesai juga cerpen ini...

Bagaimana tanggapannya?

Kira-kira tokoh siapa nih yang kalian suka?

Terimakasih sudah membaca cerita ini, akhirnya aku bisa menyelesaikan sebuah karya.

Semoga kalian terhibur dengan cerita Rahasia Hati

Sampai bertemu di cerita selanjutnyaaa

Rahasia Hati [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang