Extra Part

34 8 6
                                    

Tangan bersedekap dada, gadis itu berdiri di antara dua remaja laki-laki yang tertidur lelap di atas kursi. Mereka tidur sembari duduk, yang satu selesai bermain game dan yang satunya selesai membaca buku.

Siapa lagi kalau bukan Rain dan Brian.

Merica memijat pelipisnya karena pening sendiri dengan kelakuan dua manusia itu.

"Ini mereka lupa apa gimana sih, gue gak mau emosi ya malam ini. "Merica bergumam sendiri.

Gadis itu tersenyum licik sembari memegang gulungan buku di tangannya, di angkat ke atas lalu bersiap mengeluarkan suara emasnya.

"BANGUNNNN!!!"

Pak
Pak
Pak

Pak
Pak

Dengan brutal Merica memukuli dua orang itu hingga mereka bangun dengan terkejut sembari menghindari pukulan.

"BISA-BISANYA KALIAN LUPA BUAT MAKAN MALAM!"

Napas Merica tak stabil, gadis itu menghentikan aksinya.

"Makan malam doang, skip lah. "

Rian memejamkan kembali matanya, dan sukses membuat gadis itu menatapnya tajam.

"Serem banget lo Mer, kita makan malamnya jam 4 aja lah, " ucap Brian dan kembali merebahkan dirinya.

Merica menahan teriakannya, karena kesal gadis itu menghempaskan buku ke lantai. Makan malam jam empat sama aja seperti sahur!

"TERSERAH KALIAN AJA LAH!"

Gadis itu melangkah pergi.

"Jangan salahin kalau kalian gak dapet hadiah dari Opa. "

Mata kedua cowok itu langsung terbuka.
Mereka saling pandang hingga akhirnya cepat-cepat berlari menuju kamar mereka.

Bisa-bisanya mereka lupa dengan acara makan malam keluarga, padahal acara ini sangat penting karena kakeknya akan memberikan sesuatu atas kerja keras mereka.

"Dasar!" ucap Merica sembari berlalu pergi.

Gadis itu menutup pintu dengan keras, dan berhasil membuat Naina yang ada di dekat pintu terkejut.

"Ayo Nai, biarin aja mereka telat."

***

Sebuah keluarga tengah makan bersama di sebuah restoran. Naina yang menjadi orang baru di dalam keluarga itu merasa gugup. Ia tak pernah menyangka bahwa gadis sepertinya akan di ajak untuk makan malam bersama keluarga Brian.

Awalnya, Merica sengaja main di hari sabtu karena Rian dan Brian yang harus belajar mengenai perusahaan keluarga. Gadis dengan rambut bergelombang dengan warna kemerahan itu mengeluh karena hanya dirinya seorang yang menjadi gadis seumuran Rian dan Brian yang di mintai untuk makan malam bersama. Karena tidak mau sendiri lagi, alhasil gadis itu mengajak Naina agar ikut menghadiri acara makan malam itu.

Dan disinilah ia berada, duduk berhadapan dengan Brian dan di sebelahnya ada Merica yang tengah memakan makanannya dengan tenang.

"Jadi kamu ya Naina itu, Opa sering denger Brian nyeritain kamu tahu,"gurau Opa Nazar memulai percakapan.

Orang-orang di sana sedikit tertawa, kecuali Rian yang terlihat masih mengantuk padahal sudah 20 menitan sejak mereka berangkat.

Naina hanya mengangguk malu-malu, Opa pun mengangguk mengerti, lalu atensinya beralih pada Merica tengah meninum jus stroberi kesukaannya.

"Nah, ini calon menantumu ya, Vian?" tanya Opa kepada putranya yang merupakan ayah Rian.

Merica langsung tersedak begitupun dengan Rian. Vian sedikit tertawa lalu menjawab, "Masi lama Pa, Rian juga harus bisa bekerja sendiri dulu agar calon istrinya tidak hanya makan cinta. "

"Nah benar itu, Opa setuju. Kamu harus bisa ngembangin perusahaan ayahmu atau kamu bangun perusahaan sendiri," ucap Nazar sembari menatap cucunya yang sejak tadi diam saja dan sesekali mengangguk kecil.

"Kalau pertemuan Brian dan Naina Opa tahu, tapi cerita tentang pertemuan pertama kali kalian sepertinya Opa belum dengar, " goda kakek itu kepada dia remaja yang duduk berhadapan dan saling menatap.

"Kalau itu, saya yang mempertemukan mereka Pa, ceritanya lucu sekali lho. " Akhirnya ibu Rian nimbrung.

Nazar terkekeh. "Perasaan kamu waktu pertama kali liat Rian bagaimana Merica?"

"Perasaan aku kesel aja sih, Opa, apalagi sifat dia yang kaya gitu. Rian kecil yang aku kenal jadi beda, "ucap Merica terus terang.

Orang-orang di sana tertawa, Opa melirik Rian yang terlihat tidak kaget dengan jawaban yang di lontarkan Merica. Cowok itu malah sibuk memisahkan stroberi yang di perjalanan ia beli dari daunnya.

"Nah, kalau kamu Rian? bagaimana perasaan kamu saat pertama kali bertemu Merica, jangan-jangan kamu sudah jatuh cinta ya?" tanya Nazar sembari terkekeh melihat cucunya itu menatapnya lalu kemudian menatap Merica.

Hening sejenak, saat itu Merica merasakan sesuatu yang berbeda dari tatapan Rian padanya.

"Apa?" tanya Merica dengan nada sedikit ketus.

Rian tersenyum tipis, remaja laki-laki itu kemudian menaruh beberapa stroberi yang sudah ia bersihkan tadi. Dan dengan tidak terduga ia menjawab, "Iya, aku jatuh cinta. "

***

Yang bener aje, wkwkw

Ekhem, cerita selanjutnya membahas tentang Rian dan Metica, ya...

So, pantau terus ya profil aku untuk informasi cerita selanjutnyaa

Terimakasih sudah membaca
Bye bye... 💙

Rahasia Hati [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang