7

1.2K 180 51
                                    

'Apa yang sedang kulakukan?' Batinmu yang tengah menatap nanar dari balkon kamar bernuansa putih itu. Mata memang tengah mendongak memerhatikan langit, tangan memang tengah berlipat di atas pagar beton. Tapi pikiran tengah mencerna apa yang terjadi.

'Aku mati di kehidupan keempat, kehidupan kelimaku ini sangat jauh berbeda. Ini kesempatan terakhir yang kupunya, Dewi air Oceana tak punya kesempatan kehidupan berikutnya untukku'

'Dan kini di kehidupan ini aku sudah tahu apa yang harus kuhindari dan waspadai. Aku juga bisa hidup tenang sebagai Dutchess Alpheus sesuai perjanjian dengan Izekiel, ia butuh istri dan aku harus menghindari perjodohan. Sekarang sudah separuhnya aman!' Kamu menatap ke bintang 'Ya sekarang sudah aman! Aku juga sudah melaksanakan perjodohan ini, jadi malam ini aku hanya tinggal...'

"Tunggu dulu.." ujarku pelan.

'Berbeda dengan dunia di kehidupanku sebelumnya, di dunia ini kita boleh melakukan itu setelah pertunangan. Bukan hanya boleh saat pernikahan, walau tidak wajib dan terserah pasangan...' aku meneguk saliva dengan susah payah.

Aku sangat takut saat ini 'Aku juga diletakkan sekamar dengannya. Aku tak harus melakukannya kan... iyakan?'

Tubuhku tiba- merinding karena dua hal, yang pertama karena isi pikiranku tadi, yang kedua karena sepasang tangan melingkar di pinggang rampingku. Hembusan napas juga terasa di belakangku, dengan cepat tanpa ba bi bu aku berbalik badan dan menempelkan punggung di pagar pembatas.

"Oh.. em.. Izekiel, kau mengejutkanku-"

Izekiel tampak tersenyum "Begitukah?" Aku berusaha menjauhkan wajahku dari wajahnya yang semakin mendekat.

"Hei, kenapa kau memakai pakaian ini?" Tanyamu heran teralihkan pada pakaian yang seperti pakaian mandi tapi lebih berkelas dan bercorak. Menampakkan lekukan tubuhnya yang berusaha tidak kamu lirik sekal tadi.

"Aku baru selesai mandi" ucapnya, ujung helaian rambut perak lebatnya terlihat masih ada bulir-bulir tetesan air.

"Lalu, kenapa kau mendatangiku setelah mandi bukannya berpakaian?" Kamu membuat Izekiel kebingungan. Baiklah posisi kalian sama-sama bingung.

"Karena kita baru bertunangan" ia menatap dan menyisir helaian rambutmu dengan jemari besarnya, membuatmu menepisnya.

"Y/n?"

"Eum.. Izekiel"

Wajah Izekiel menampilkan ekspresi butuh jawaban, kamu mengusap bahu dan lenganmu yang ditutupi baju berlengan seperti kimono tipis. Suasana menjadi canggung.

Kamu menunduk "Kau ingat? kau bilang butuh istri atau setidaknya tunangan agar dipercaya bisa memiliki posisi Duke. Dan aku butuh pasangan agar tidak dijodohkan.. jadi"

"Kau ingin bilang kita pura-pura, Y/n?" Sahutnya yang membuang muka.

"Hei, kenapa rautmu sekesal itu?" Kamu memegangi dagunya berharap ia menatap ke arahmu "Tentu saja saya kesal putri, setelah apa yang anda katakan pada saya malam itu..."

Kamu berpikir keras 'Kenapa ia tiba-tiba berbicara formal seolah kami tidak pernah dekat? Lalu apa maksudnya dengan-'

"Apa yang kukatakan?" Tanyamu melipat alis.

"Saya tak masalah jika anda membatalkan pertunangan, tapi setidaknya jangan berpura-pura tidak mengingatnya putri Y/n.." Izekiel berjalan meninggalkanmu yang hanya bisa menatap rambut perak lebat acak-acakan nya dan punggung lumayan kekar tegap itu.

'Apa aku mengatakan hal yang salah?'

***

K

Duchess Alpheus [Izekiel x Reader] ||  Who Made Me A PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang