"Kamu punya saudari kembar?" Tanya Izekiel dengan kedua mata membulat. Rahangnya pun tampak tegang.
Kamu mengalihkan pandangan, tak sekalipun mau bertatapan "Bisa dibilang iya dan ... tidak"
"Apa maksudmu?" Selidik Izekiel.
Kamu lekas berdiri dan menepuk-nepuk gaun yang terkena lantai tangga istana yang dari es licin itu. Lalu tersenyum canggung "Masuk yuk" ajakmu.
Izekiel menahan tanganmu "Y/n.."
Kamu tak berani menatap matanya, begitu pula ia yang menyadari kalau kamu tidak ingin membahas topik itu saat ini 'Pasangan macam apa aku ini? Ia baru mengalami hari terberat dalam hidupnya, syukurlah ia masih bernapas tenang saat ini. Tapi mengapa aku mengusik ketenangannya?'
"Maaf" lirih Izekiel.
"Tak apa Kiel, bukan salahmu-" alismu mengerut saat pemuda itu menungging senyum di salah satu sudut bibirnya.
Ia menarik tangan mulusmu dengan kuat, kamu refleks menutup mata karena takut jatuh berguling ke ratusan anak tangga "Aku suka sisi penakutmu.." goda Izekiel saat kamu masih menutup mata.
Perlahan kamu membukanya, seperti bayi yang tengah ditimang kamu tengah terduduk di pangkuan Kiel yang duduk bersila.
"Itu berbahaya Kiel" kesalmu menabok bahunya.
Izekiel terkekeh "Tenang saja, kalaupun jatuh aku pasti akan menjatuhkan diri duluan agar kau tak membentur lantai" ujarnya membuatmu menaikkan alis "Jadi aku akan jatuh diatasmu?"
Izekiel membelai helaian rambutmu lalu menghirup aroma segar dari rambut nuansa biru langit itu "Bukankah kamu pernah berkata kalau aku adalah bantal terbaikmu?"
Kamu gagal membalas.
"A-aku-" kamu mendengus sebal "Tidak adil, lagi-lagi hanya aku yang terbawa perasaan karena gombalanmu" Izekiel hanya terus terdiam menyembunyikan separuh wajahnya dibalik rambut putih yang lebat itu.
Kamu menyibak pelan rambutnya dari bawah dengan tangan kirimu. Alangkah terkejutnya saat melihat wajah memerah Izekiel dan matamya yang berkaca-kaca merona.
"Kiel.. kau benar-benar..?"
Izekiel menahan tanganmu dan memegangnya erat walau rambutnya yang biasanya menutupi kini masih tersibak "Kamu mampu melihatnya kan? Aku selalu kamu buat berwajah seperti ini" ucapnya penuh penekanan.
"Jangan sekalipun melakukannya lagi" tegasnya menandakan tak mau kamu sampai menyibak rambutnya lagi. Kamu baru menyadarinya, setiap kamu menggombali Izekiel rambut lebatnya pasti menutupi hampir separuh wajahnya.
"Pfft- Apakah rambutmu selalu turun begitu disaat aku menggodamu Kiel?"
"Jangan tertawa!" Izekiel memaksakan ekspresinya menjadi netral dengan buang muka.
Kalian saling bertatapan, wajah satu sama lain memerah lalu tatapan teduh terpancar. Wajah pemuda bersurai Alpheus itu semakin mendekat, ia memegangi tengkuk dan dagumu dengan tangan besarnya agar memperdekat jarak bibir kalian.
'Tap'
'Tap'
Telinga tajammu menangkap ada suara ramai yang berjalan ke arah kalian, sepatu itu terdengar seperti langkah seorang pria dan ujung hentakan hak sepatu wanita. Kamu refleks mendorong Izekiel ke samping dan berjauhan, bersyukur ia tak jatuh ke bawah tangga.
"Y/n?" Bingungnya.
"Ekhem!" Seorang pria tua berdehem dan dibelakangnya terdapat para dayang dan pengawalmu. Meredith, Nerine, Delmara dan Coral menahan tawa melihat wajah kalian yang merona menunduk tak berani menatap siapapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Duchess Alpheus [Izekiel x Reader] || Who Made Me A Princess
FanficPemuda itu tengah patah hati, di pesta pertunangan kedua sahabatnya yang selama ini terjebak cinta segitiga. Dan ditengah keputusasaannya kamu jatuh dari langit seolah ditakdirkan jatuh dalam gendongannya. Kamu hanya menatap terpana sosok pemuda den...