12

715 88 4
                                    

Kamu menusuk garpu ke atas daging dengan tenaga besar hingga piring itu retak besar.

"Izekiel. Kamu tahu bukan kalau aku tidak suka sifat cemburu, kecemburuan itu munafik dan buang-buang waktu" Kamu mengelapi bibir lalu meninggalkan ruang makan.

Izekiel terdiam, merenungi sifatnya selama ini.

Kamu sengaja berkata begitu dan ketus pada Izekiel tak seperti sebelumnya karena suatu alasan yang tak kamu beritahu siapapun 'Sudah kuduga dia memerhatikan' batinmu menatap dengan ujung mata ke arah pintu.

Izekiel yang sedang tidak peka jadi tidak menyadari apapun sampai kamu keluar ruang makan.

Mood Kiel yang sedang buruk buruknya pun makin memburuk saat ia berpapasan dengan pemuda Omair itu yang saat ini sedang mencoba menunggang kuda rambut air Oceana. Tapi Edward malah seperti sudah terlatih.

Bagi orang yang sudah sering terjun ke pelatihan dan perang seperti Izekiel sudah pasti ia bisa membedakan seberapa terlatihnya orang itu menunggang kuda.

Berbeda dengan Omair yang hampir terbilang tak punya populasi kuda karena menggunakan unta disetiap kesehariannya. Itu negari yang hampir seluruh daratannya terdiri dari pasir dan bangunan piramid kecil dan besar.

"Aneh"

Edward yang menyadari sedang ditonton langsung menoleh, belum terlambat Izekiel bersembunyi dibalik tembok.

Saat Izekiel memilih kembali daripada ketahuan tengah mengawasi Edward, ia memilih mengurungkan niat memerhatikan lebih lama. Bisa bisa gawat jika ketahuan, 'Aku tak ingin ribut dengan Y/n, aku tak boleh menambah beban pikirannya' batin Izekiel.

Saat Izekiel hendak melangkah kembali, sinar matahari yang seharusnya meneranginya malah terhalang karena sesuatu, tampak seseorang dengan jubah hitam tertutup tengah memerhatikan tiap gerak gerik Edward juga. Sosok itu menoleh menatap Izekiel lalu pergi dari sana.

"Siapa dia?"

....

"Putri Y/n!" Sapa Edward riang dan asik seperti biasanya berbeda dengan penampilannya yang kalem.

Kamu yang tengah membaca buku di perpustakaan menoleh dan menyapa balik.

Edward duduk di sebelahmu dan membenarkan letak kacamatanya.

"Apa yang sedang kau baca Y/n?"

"Hanya beberapa berkas yang harus kuselesaikan" jawabmu akrab seperti biasanya.

"Bukankah urusan kerajaanmu sudah selesai? Kau harus mempersiapkan pernikahan bukan?" Tanya Edward mengelusi sisi meja sampai ke arahmu bersamaan dengan langkahnya yang mendekat.

Kamu menyerahakan berkas tebal pada sekretarismu.

"Pernikahanku ditunda, ingat?"

"Ah, ya benar. Tapi tak ada salahnya agak bebas sejenak, kau ini sejak dulu selalu saja tak bisa menahan diri saat bekerja. Jadi aku datang kemari saat ini untuk menghentikanmu"

"Menurutmu harus ada yang menghentikanku?"

"Tentu, atau kau akan bekerja seharian penuh tanpa beristirahat. Itu kebiasaan buruk Y/n"

"Terimakasih atas perhatianmu Pangeran, tapi Putri Y/n punya calon suami yang mengurusnya saat ini" potong Izekiel.

Pria bersurai putih itu menyeringai tidak suka lalu menyerahkan segelas teh favoritmu dalam mug untuk diminum bersama, "Maaf Pangeran, hanya ada satu gelas"

"Aku tak masalah"

"Lagipula bukan aku seorang yang tak minum apapun disini" canda Edward pada Izekiel yang menerima mug itu darimu lalu meminumnya.

Duchess Alpheus [Izekiel x Reader] ||  Who Made Me A PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang