3

1.7K 271 27
                                    

Kamu berkeliling mencari balkon tempat pemilik tubuh ini sebelumnya melompatkan dirinya sebelum kamu masuk ke dunia ini.

'Aku bisa saja hidup tenang seolah pemilik tubuh sebenarnya, seolah ini adalah kehidupanku, tetapi..'

Kamu menatap ke puluhan pintu balkon di aula pesta itu 'Aku butuh jawaban alasan kematian putri Oceana agar menghindari kematian berikutnya' tatapmu tajam.

Lalu mengecek satu persatu  balkon itu.

Ini pintu balkon ke dua belas di lantai dua aula pesta kerajaan Obelia ini, hari penutupan pesta pertunangan Athanasia dan Lucas.

Kamu melirik ke sekeliling, memastikan tidak ada orang lalu mengunci pintu balkon itu dan menutupinya dengan tirai gorden dengan rapat, menghembuskan napas uap di udara dingin malam.

'Ternyata benar, ini tempatnya' kamu membungkuk menatap ke bawah dari pagar batu, tampak taman dengan kolam air mancur yang sama. Tempatmu terjatuh tempo hari.

"Saya tidak menyangka ada orang lain yang tertarik pada balkon sepi seperti ini" kamu menoleh ke arah suara.

Tampak seorang gadis cantik berambut blonde terurai dengan mata biru permata "Putri Mahkota Athanasia" serumu tertahan. Karakter utama wanita yang harus kamu hindari adalah gadis cantik penerus kekuasaan kekaisaran Obelia, jika terkait dengannya maka kamu akan ikut menciptakan alur lanjutan dari kisah novelnya.

'Itu tidak boleh terjadi, dengan menjadi kekasih pura-pura Izekiel saja dapat berdampak serius. Apalagi jika berteman dengan Athanasia!' Seperti ada petir  yang menggelegar.

"Wah, sepertinya akan hujan" kaget sosok cantik jelita di hadapanmu. Alismu terlipat, lalu menatap langit yang awalnya berbintang.

"Petir sungguhan?"

"Anda tidak perlu khawatir kebasahan saat pulag, istana ini dilengkapi sihir pelindung di sepanjang jalan setapak sampai gerbang, khusus untuk pesta malam ini"

Kamu mengangguk, mencoba irit bicara.

Athanasia melipat tangannya di atas pagar pembatas balkon, bersenandung membawa ketenangan. Lalu ia mulai bernyanyi merdu.

"Hujan membuat renungan penuh helaan"

"Tatkala air luruh membasahi bumi"

"Air tak selamanya tenang"

Gadis itu tersenyum sepanjang bernyanyi, alunan lagu berirama itu membuat kepalamu terasa pusing dan berdengung.

Tampak sebuah memori baru, kepingan memori kedua yang kamu dapatkan. Kamu di atas ranjang empuk sembari dielus lembut oleh seorang wanita cantik yang wajahnya persis sama denganmu.

"Air menyimpan kenangan"

"Yang akan memenuhi ingatan dalam kesunyian"

Dengung dikepalamu semakin berisik apalagi saat wanita dalam memori itu menutup tubuhmu dengan selimut dan bersenandung indah sambil menciumi dahimu.

Lalu wanita itu mengucapkan salam perpisahan di malam hari yang dingin, diluar tengah hujan. Suara hujan terdengar jelas dari jendela, tapi bukan hanya awan yang menangis. Wanita itu juga.

"Awan pun terkadang menangis"

"Kesedihan yang tertampung pun luruh ke muka bumi, menumpahkan rasa sedihnya"

Kamu menatap Athanasia dengan tatapan sendu, ia membalas tatapanmu dengan senyuman indah. Kamu menyambung lagunya bersamanya.

"Hujan membuat renungan penuh kenangan"

Duchess Alpheus [Izekiel x Reader] ||  Who Made Me A PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang