08. Warning

216 14 0
                                    

"Apa?"

Elsa duduk di kursi sembari menatap Magma yang duduk dihadapannya.

"Gimana?"

Elsa mengernyit, "Apanya yang gimana?"

"Keadaan lo."

Elsa menyipitkan matanya, "Masih nanya? gak baik."

Rasa kesal Elsa semakin membludak melihat Magma.

"Sorry ...."

"Gue yang salah."

Elsa mengerjap beberapa kali, agak tidak nyaman rasanya mendengar Magma meminta maaf, kenapa hatinya jadi melunak begini.

"Ya ... yaudah."

Elsa menggeleng pelan untuk menyadarkan diri.

"Jangan deketin gue lagi, kalo lo enggak deketin gue, pasti kejadian tadi gak akan terjadi," ucapnya.

"Gak bisa."

Elsa menatap Magma heran, "Lo pengen gue terus menerus di teror? atau mungkin bisa lebih dari itu."

"Gue bakal jagain lo. Justru kalo sekarang gue jauhin lo, pelakunya pasti nyakitin lo karena tau lo cewek gue."

Elsa menatapnya malas, "Gue bukan cewek lo ya."

"Itu anggapan mereka."

"Tapi terserah. Kalo kita jauhan, kejadian kayak tadi akan lebih mudah terulang, bahkan lebih buruk dari tadi."

"Terus maksud lo ke sini apa?"

Magma menatap Elsa, "Gue cuma mau tahu keadaan lo."

Elsa mengangguk, "Gue baik. Udah kan?"

Magma menyipitkan matanya lalu berdiri dan melenggang pergi.

"Marah gak ya?" gumam Elsa sembari melihat punggung Magma yang semakin jauh.

"Dih, bodo amat."

Elsa langsung masuk kedalam rumah.






***






"Ni anak ya, gak ada kerjaan banget," gumam Elsa sembari membalas pesan dari Fara.

tuk tuk tuk

Elsa menoleh menatap jendela yang diketuk, dia mengernyit heran.

Siapa yang mengetuk jendela pada jam 2 pagi?!

Elsa tidak langsung memeriksanya namun dia menyalakan lampu kamarnya.

Dilihatnya jendela namun tidak ada apa-apa di sana. Mungkinkah itu kucing?

Masih dengan rasa penasarannya, Elsa keluar dari rumah menuju halaman, diluar sangat terang karena lampu halaman tidak dimatikan.

Elsa melihat-lihat sekitar namun tidak ada sesuatu yang mencurigakan.

"Gak ada siapa-siapa," gumamnya.

Lantas ia berbalik, namun saat itu juga seseorang menariknya, ia hendak berteriak namun orang itu menutup mulutnya.







***






"Sa, yuk ke kantin!" ajak Fara.

MAGMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang