12. Ex?

172 13 0
                                    

"Elsa."

Elsa yang sedang tidur dengan kepala yang bertumpu di atas tangannya langsung menoleh, "Hm?"

Ternyata ada Magma di depan pintu kelasnya, lelaki itu mengisyaratkan agar dia ke sana.

Elsa menghampiri Magma dengan malas, kepalanya sedikit pening, mungkin karena begadang semalam, dia juga agak mengantuk.

"Apa?"

Magma menyuruhnya untuk mengikutinya, tujuannya adalah rooftop.

Sesampainya mereka di sana, mereka duduk disebuah kursi panjang yang sudah tersedia di sana.

Magma memegang lengannya yang terkena kuah bakso tadi, tangannya agak memerah namun tidak terlalu parah.

"Sakit?" tanyanya.

Elsa mengangguk, "Sakit lah," ucapnya.

"Lo liat?" tanya Elsa.

Magma mengangkat bahunya, tangannya mengelus lengan Elsa yang memerah.

"Ceroboh."

Elsa menatap Magma sinis, tidak terima dengan perkataan lelaki itu.

"Ceroboh? kalo bukan gara-gara cewek lo yang gila itu, gue gak akan kena kali."

"Kenapa gak lo pacarin aja biar kalem tuh cewek," ucapnya sembari menyentak tangannya.

"Nanti."

"Yaudah." Elsa menyandarkan tubuhnya lalu menatap lurus.

Magma malah memerhatikan rambut Elsa, tangannya bergerak mengelus rambut Elsa yang panjangnya sepinggang.

"Potong dikit," ucapnya sembari memainkan helai rambut Elsa.

Elsa turut memegang rambutnya, "Sampe mana?"

"Sebahu."

"Sepunggung aja, mau potong dikit dulu, takut nyesel nanti."

Magma mengangguk sekali, lalu menepuk puncak kepala Elsa.

"Wah ... dicariin kemana-mana taunya lagi berduaan di sini," ucap Hendra yang baru saja datang.

Lelaki itu mendekat kearah Magma lalu menarik satu kursi yang ada di sana untuk ia duduki.

"Ada yang mau gue omongin," ucap Hendra lalu menatap Elsa sekilas.

Elsa yang mengerti pembicaraan itu penting langsung berdiri.

"Gue duluan ya," ucapnya lalu melenggang pergi.

Namun saat berada di ambang pintu, Magma memanggilnya dengan panggilan yang membuat Elsa terkejut setengah mati.

"Sayang."

Dan bodohnya dia malah menoleh dan menjawab, "Hm?"

Terkejut namun refleks menjawab, raut wajah Magma seperti biasa memanggil Elsa dengan panggilan itu.

Magma melemparkan kunci motornya pada Elsa dan Elsa langsung refleks menangkapnya.

"Buat apa?" tanyanya.

"Pulang."

Elsa hanya mengangguk, mungkin maksudnya pulang bersama, kenapa pula lelaki itu memberikannya kunci motornya.

Diperjalanan Elsa langsung mengingat tangan Magma yang terluka.

"Tangannya udah sembuh? kemarin keliatannya masih sakit."

Elsa mengangkat bahunya tak peduli, "Terserahlah."

Namun saat hendak memasuki kelas, dia melihat teman-temannya yang lain berkumpul di dekat gerbang, dan ada juga di lapangan, khususnya yang lelaki.

MAGMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang