Bab 8: Busted!

7 1 0
                                        

Pagi itu Zack bangun dengan tubuh segar bugar karena ia hanya meneguk sedikit wine saat di acara Clara semalam. Entah harus berterima kasih atau malah memaki, semua itu berkat Luna yang membuatnya kehilangan selera untuk meminum wine dan berpesta hingga larut.

Zack yang awalnya membayangkan akan menghabiskan malam dengan salah seorang model cantik asal Rusia yang hadir di pesta semalam, akhirnya memutuskan untuk pulang lebih awal tepat di puncak acara yang biasanya dinanti-nanti oleh para tamu. Acara apalagi kalau bukan after party.

"Selamat pagi, Mr. Zack!" sapa Jonathan, menejer Greyson Hotel di cabang Brooklyn. "Mobil yang dapat Anda gunakan sudah tiba di lobi hotel."

"Terima kasih, Jo!" Zack yang tengah memeriksa e-mail langsung bangkit berdiri setelah mematikan ponselnya. "Aku akan segera kembali dalam empat jam, kuharap pada saat itu semua laporan sudah siap."

"Baik," angguk Jonathan patuh seraya mempersilahkan Zack untuk berjalan melewatinya.

Dibutuhkan waktu sekitar satu jam setengah untuk menempuh perjalanan sejauh 79,6 mil tersebut. Namun perjalanan yang cukup menyita waktu itu tentu tidaklah sia-sia karena setibanya di sana, Zack dibuat kagum hingga tidak mampu berbicara. Ia tidak menyangka bahwa mimpinya untuk memiliki produk wine hasil perkebunannya sendiri akan segera terwujud.

"Selamat pagi, Mr. Zack!" sambut seorang pria di kisaran usia lima puluhan dengan topi ala koboi yang sudah tampak usang.

Zack menoleh kemudian mengangguk kecil untuk menyapa pria yang tampak tak asing di matanya. Topi koboi itu melekat kuat di dalam benaknya. "Mr. Berto Rivero?"

Mendadak kedua pelupuk mata pria bernama Berto itu dipenuhi oleh cairan bening yang mengaburkan pandangan. Rasa haru pun menyeruak di dadanya. Ia tidak menyangka bahwa tuan muda kecil yang dulu pernah bermain dengannya masih mengingatnya dengan baik setelah hampir dua puluh tahun tidak pernah berjumpa.

Kini kenangan akan masa kecilnya kembali muncul bagai potongan puzzle yang seolah kembali tertata setelah sekian lama berserakan. Tanpa disangka, rasa haru yang sama juga melanda Zack hingga ia menggerakkan kedua kakinya maju untuk memeluk tubuh pria yang bertubuh sintal tersebut. Membuat Berto tidak mampu membendung aliran air matanya. Dan pemandangan itu turut membuat para pekerja lain ikut merasakan momen penuh haru tersebut.

Semasa kecil, kesibukan kedua orang tua Zack kala itu membuatnya harus dititipkan pada Benjamin Greyson – kakek Nicholas – selama beberapa tahun. Di mana enam bulan sebelum ia dititipkan, Thomas Greyson – kakek Zack –meninggal karena serangan jantung.

Bagai mendapatkan mandat dari satu-satunya saudara lelaki yang ia miliki, Benjamin pun melanjutkan pengelolaan kebun tersebut. Sejak dititipkan pada Benjamin, Zack sempat beberapa kali diajak mengunjungi lahan perkebunan anggur milik mendiang kakeknya itu. Dan sejak itulah Zack dan Berto saling mengenal.

Berto Rivero yang kala itu masih berusia tiga puluh tahunan dan baru saja kehilangan seorang putra yang bahkan belum sempat dilahirkan, menganggap Zack seperti putranya sendiri. Berto sering mengajak Zack bermain ketika menunggu Benjamin selesai melakukan kunjungan kerja di perkebunan tersebut.

"Minumlah," kata Berto seraya menyerahkan segelas wine hasil produksi perkebunan itu.

"Terima kasih, Paman!" sahut Zack saat menerima gelas itu.

Tangan kanan Zack melakukan gerakan memutar hingga menyebabkan cairan merah gelap itu berputar membentuk pusaran di dalam gelas kaca yang dipegangnya. Ia menghirum aromanya sejenak sebelum menyesapnya perlahan. Dalam sekejap, Zack langsung mengernyitkan dahinya. Zack yang tadinya menaruh harapan tinggi, tiba-tiba kecewa setelah merasakan rasa wine tersebut tidak sesuai dengan ekspektasinya.

The Game of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang