Meski tidak mudah, namun Zack tetap berusaha untuk bersikap tenang karena ia tidak ingin membuat sang ayah menjadi semakin curiga padanya. "Jangan katakan bahwa ayah percaya pada berita yang disampaikan oleh surat kaleng yang bahkan tidak jelas siapa pengirimnya seperti ini?"
"Lalu apa penjelasanmu soal ini, Zack?" tanya Mark dengan nada rendah. "Apa kau pernah dengar peribahasa tidak ada asap jika tidak ada api?"
Rasa panik mulai melanda ketika ia merasa bahwa masalah yang tadinya ia abaikan tersebut kini seolah menjadi bola salju baginya. Zack tidak berani menceritakan tentang kedatangan wanita yang mengaku bernama Gabriela itu ke kantornya. Ia tidak mau disuruh bertanggung jawab atas sesuatu yang tidak dilakukannya, setidaknya sebelum terbukti kebenarannya. Apalagi kalau sampai bentuk tanggung jawab itu adalah dengan menikahi wanita asing tersebut.
Zack mengangkat kertas-kertas itu dengan gerakan seolah meremehkannya. "Aku sendiri tidak tahu-menahu soal ini, Yah."
"Kau pikir aku bodoh, Zack?" suara Mark mulai meninggi. "Di dunia ini mana ada orang yang mau mengakui bahwa ia telah berbuat kesalahan?"
"Jadi maksud ayah, ayah lebih percaya pada perkataan sumber tidak bertanggung jawab itu?" lirih Zack.
"Semua bukti sudah sampai ke tanganku. Lalu apa kau pikir aku bisa percaya begitu saja bahwa kau tidak menghamili wanita itu dengan hanya mengatakan bahwa kau tidak melakukannya? Heh... Lobbying katamu? Apa ini yang kau sebut dengan lobbying?! Memalukan! Padahal sudah terang-terangan kukatakan padamu untuk tidak bergaul dengan manusia-manusia pembawa dampak buruk itu!" tukas Mark sambil mengetuk-ngetuk meja dengan keras menggunakan jari telunjuknya.
"Sudah kukatakan aku tidak melakukannya, Yah!" protes Zack mulai tidak terima. "Bu?" panggil Zack seolah meminta bantuan pada ibunya untuk turut meyakinkan sang ayah. Namun Hillary hanya bergeming.
"Hari ini berita ini tiba-tiba sampai padaku, bisa kau bayangkan apa yang akan terjadi ketika berita ini sudah mulai tersebar ke luar??" omel Mark tanpa mengindahkan jawaban Zack.
Rahang Zack mulai mengeras. "Tidak perlu khawatir, akan kuselesaikan masalah ini."
"Menyelesaikan katamu? Baiklah! Kalau begitu katakan padaku, bagaimana kau akan menjelaskan semua ini pada jajaran direksi? Apa yang akan kau katakan pada Simon dan Olivia? Lalu apa yang akan kau katakan pers?? Melakukannya atau tidak, yang jelas kau telah mencoreng nama Greyson! Inikah caramu membalas budi pada orang tua yang sudah merawat dan membesarkanmu selama ini?!" Mark menunjuk-nunjukkan jari telunjuknya ke wajah Zack.
Mendengar tuduhan ayahnya tersebut, Zack tersenyum lirih. "Aku tidak pernah... memilih untuk lahir di keluarga Greyson."
Emosi Mark semakin memuncak ketika mendengar jawaban Zack tersebut. "Arogan sekali jawabanmu?! Kau pikir kau siapa?? Jangan sok hebat! Tanpa nama besar Greyson, kau bukanlah siapa-siapa! Dan kini kau malah bersikap seolah menyandang nama Greyson adalah sebuah kesalahan?!"
Zack menoleh untuk menatap dalam-dalam kedua mata ayahnya tersebut. Hatinya dipenuhi amarah yang tersirat dengan jelas di wajahnya. "Jika menjadi anakmu dan menyandang nama Greyson bukanlah sebuah kesalahan, tolong katakan padaku, Yah, siapa yang membuatku menjadi seperti ini? Apakah aku menjadi seperti ini karena didikan ayahku yang luar biasa hebat? Atau karena tidak pernah hadirnya sosokmu sebagai ayah di dalam hidupku?"
"Dasar anak tidak tahu terima kasih! Kau pikir untuk siapa aku bekerja keras membanting tulang selama ini, HAH??"
"Bukankah semua uang dan popularitas itu kau pakai untuk memuaskan nafsu duniawi dan egomu sendiri, Yah?" jawab Zack dengan gaya slengean khasnya tanpa memperdulikan bahwa ayahnya akan benar-benar marah ketika mendengar jawabannya tersebut.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Game of Love
RomansaApa jadinya jika seorang playboy slengean keturunan Greyson yang populer dan kaya harus mengalami perubahan hidup yang drastis hingga hampir kehilangan segalanya dalam sekejap? Dan satu-satunya orang yang bisa menolong Zack Greyson hanyalah Luna Al...