1 - Janji Yang Kita Buat

1.9K 154 0
                                    

Ring - Tomorrow x Together
00:00●━━━━━━━03:27
⇆ㅤㅤ◁ㅤㅤ❚❚ㅤㅤ▷ㅤㅤ↻

Kejadian gila yang dialami Reki ketika bertanding dengan Adam masih terbayang dengan jelas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kejadian gila yang dialami Reki ketika bertanding dengan Adam masih terbayang dengan jelas. Meski begitu, tak menyurutkan rasa suka Reki pada skeatboar. Ia tetap suka, tapi tidak dengan Adam. Berkat Adam, Reki mendapat luka yang cukup serius sehingga dalam sebulan ia sama sekali tidak dapat berlatih mengembangkan kemampuannya.

Namun, hal baiknya adalah ia dapat menikmati waktu liburan bersama dengan teman-teman. Sangat menyenangkan ketika bercengkrama dengan Miya yang tsundere, bercerita dengan Joe yang dewasa ketika menyikapi sebuah masalah, mengejek Shadow yang penuh jenaka, menikmati makanan yang Cherry traktir dan juga menghabiskan banyak waktu dengan Langa.

Sangat menyenangkan.

Apalagi ketika di malam hari terakhir liburan mereka-ia duduk bersama Langa di halaman penginapan sambil menikmati langit bertaburan bintang. Saat itu Langa dengan penuh perhatian memperbaiki balutan perban yang melilit tangannya.

“Apa masih terasa sakit?” tanya Langa penuh perhatian.

Reki menggeleng. “Sudah tidak sakit lagi, berlibur di sini membuatku lupa dengan rasa sakit akibat cedera. Rasanya aku ingin segera sembuh dan kembali bermain skeatboar.

“Ya, mari kita bermain kembali. Aku suka bermain skeatboar di sampingmu.”

Perkataan Langa terdengar biasa saja bahkan ekspresi Langa benar-benar datar. Namun, bagi Reki itu seperti serangan cupid yang menancap tepat di jantungnya. Ia benar-benar terhanyut dalam kata-kata Langa suka bermain skeatboar di sampingnya.

Di bawah terangnya rembulan, Reki berkata, “Aku harap kamu tidak pernah bertanding dengan Adam, dia sangat gila dan menakutkan. Berbahaya.”

Langa mengangguk. “Aku pikir aku tidak begitu tertarik dengannya. Dapat bermain skeatboar sampai saat ini benar-benar cukup untukku.” Lelaki itu menatap langit sebelum kembali berucap, “Reki.”

“Ya?”

“Terima kasih sudah menjadi temanku, mengenalkan dan mengajariku skeatboar, serta membawaku ke dunia S sehingga aku dapat mengenal Shadow, Miya, Joe dan Cherry.” Langa tersenyum mempesona menatap Reki sehingga tanpa sadar Reki langsung memalingkan wajahnya ke samping, ia merasa wajahnya terasa panas.

“Itu bukan hal yang besar, tidak perlu berterima kasih seperti itu.”

“Tapi itu benar-benar penting bagiku.”

Reki salah tingkah, ia tidak tahu harus melakukan apa sehingga ia mulai bangkit. “Sudah malam, aku rasa kita harus segera masuk. Udara malam tidak baik,” ucapnya mencari alasan.

“Reki.”

“Ya?” Mau tidak mau Reki kembali berbalik menatap Langa.

“Setelah ujian selesai, aku ingin berlibur bersamamu lagi tapi hanya kita berdua saja.” Setelah mengatakan itu, barulah Langa bangkit dan berjalan masuk ke dalam penginapan meninggalkan Reki yang masih berdiri mematung, mencerna perkataan Langa yang belum sempat ia setujui.

Apa?

Ia tidak salah dengar?

Langa mengajaknya berlibur bersama! Hanya berdua! Tanpa sadar Reki langsung membenturkan kepala ke tiang penyangga penginapan. Ia merasa bahagia sampai-sampai tidak sabar ingin segera mempercepat waktu.

Itulah janji yang mereka buat, janji yang Reki tandai di kalender, note ponsel sampai tercatat di banyak bukunya pada halaman terakhir. Ia sangat menantikan hari itu tiba.

Pagi-pagi sekali mereka sudah bertemu di persimpangan jalan untuk berangkat sekolah bersama. Melakukan tos lalu berseluncur bersama saling mengadu kecepatan dan melewati rintangan di setiap jalan. Beruntung, kini cidera yang Reki derita sudah sembuh sehingga ia seperti biasa selalu percaya diri memainkan skeatboar buatannya.

Di tengah kecepatan, mereka saling tertawa sampai tiba-tiba Langa berucap, “Lihat ini Reki!” Dia dengan lincah menaiki pagar pembatas lalu melompat ke sisi tembok jembatan dan menyentuh sebuah coretan bintang yang terletak sangat tinggi. Reki dibuat tercengang bahkan ia hampir-hampir khawatir ketika Langa meluncur turun. Namun, lelaki itu benar-benar terampil; Langa turun dengan mulus.

“Hebat! Kapan kamu mempelajarinya?” tanya Reki sangat antusias. Ia berpikir untuk mencobanya lain kali.

“Itu mudah, prinsipnya sama dengan apa yang dilakukan Joe saat menunjukkannya pada kita ketika liburan. Tapi aku baru mencobanya kemarin dan hari ini menunjukkannya padamu.”

Reki mengangguk mengerti.

Benar saja, di hari minggu Reki mencoba apa yang Langa lakukan. Dengan penuh percaya diri melompat menaiki tangga pembatas sebelum meluncur naik ke tembok, tapi percaya diri saja tidak cukup alhasil Reki terjatuh tanpa sempat meraih coretan tembok yang sulit ia jangkau.

Melihat Langa hari itu, terlihat sangat mudah tapi setelah melakukannya barulah Reki sadar itu tidak semudah kelihatannya.

Namun, Reki tidak menyerah. Meski gagal ia coba lagi, berharap ia akan bisa melakukannya di percobaan berikutnya.

Gagal. Coba lagi. Gagal. Coba lagi.

Terus begitu sampai matahari sudah mulai terbenam. Tubuh Reki penuh memar, belum lagi bajunya yang kotor. Ia masih terbaring sambil mengatur napas karena merasa lelah. Entah sudah berapa kali percobaan yang Reki lakukan, tidak ada satu pun yang berhasil. Tanpa sadar rasa kesal membuatnya mengepalkan tangan memukul aspal.

Ia kesal. Mengapa Langa bisa melakukannya sedangkan ia tidak? Seketika terbersit dalam benak Reki mengingat ketika dirinya mengajari Langa. Lelaki berambut baby blue itu semakin jauh darinya, semakin Reki sulit untuk meraihnya. Dia memiliki bakat, sehingga mudah bagi Langa untuk melakukan hal-hal yang sulit. Tapi Reki? Apakah ia punya bakat?

Dengan perasaan campur aduk, Reki pulang dengan lesu-berjalan sambil memegang skeatboar. Sepanjang jalan pikirannya dipenuhi bayangan Langa yang semakin hari semakin terampil dalam bermain skeatboar.

“Reki, dari mana saja?” tanya Langa yang berdiri di depan rumah Reki. Lelaki itu sepertinya menunggu Reki, bahkan ponsel yang masih dipegangnya masih memperlihatkan panggilan pada Reki.

“Nomormu seharian ini tidak aktif jadi aku cepat-cepat kemari. Hari ini kita akan ke dunia S, 'kan?”

Reki menunduk, ia merasa malu terlihat menyedihkan di depan Langa apalagi jika sampai Langa tahu bahwa ia seharian ini mencoba melakukan hal yang telah dikuasai Langa tapi ia gagal melakukannya meski sudah beberapa kali mencoba.

“Maaf Langa, hari ini aku tidak akan pergi. Aku lupa harus melakukan sesuatu malam ini.”

Langa mengerti, tetapi lelaki itu merasa Reki seperti menyembunyikan sesuatu padanya. Ia kemudian bertanya, “Apa kamu tidak apa-apa? Pakaianmu kotor, tanganmu ju—”

“Aku baik-baik saja,” potong Reki, cepat-cepat masuk ke dalam rumah.

Lelaki tinggi berambut baby blue hanya terdiam melihat temannya itu bersikap aneh. Namun, Langa sebisa mungkin tidak berpikir yang aneh-aneh karena ia percaya Reki akan memberitahunya jika lelaki itu mau.

Malam ini untuk pertama kalinya, Langa pergi ke dunia S tanpa bersama dengan Reki. Tanpa keberadaan lelaki berambut merah itu Langa tetap mendapat sapaan dari para pengunjung dunia S lainnya. Namun tidak dengan Miya. Anak lelaki itu menatap bingung. “Reki ke mana?” tanyanya.

“Dia bilang ada sesuatu hal yang akan dia lakukan malam ini.”

“Oh begitu, tapi sangat aneh dia tidak datang padahal biasanya selalu menjadi orang yang paling semangat,” komentar Miya sambil tertawa memikirkan Reki.

“Ya, biasanya Reki yang paling semangat.”

***
To Be Continued

With Or Without | ReNga ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang