12: 📍📍

28 8 3
                                    

"appa", panggil sosok kecil yang tersenyum lebar, dapat Baekhyun lihat dua orang laki laki dan satu bocah perempuan yang cantik sedang melambaikan tangannya pada Baekhyun yang terdiam.

"appa", bocah dengan rambut berantakkan itu kembali memanggil Baekhyun dengan senyuman di wajahnya yang bulat, "appa kenapa diam saja saat Haechanee memanggil?", ucap bocah cilik itu dengan mendongak menatap Baekhyun.

"aku appa mu?", tanya Baekhyun dengan menunjuk dirinya sendiri.

"tentu saja kau appa kami", bocah dengan wajah sedikit cuek itu menatap kesal pada Baekhyun, "appa lupa ya pada kami karna sering berpergian jauh?".

Baekhyun lagi lagi terdiam, ucapan anak sekecil ini mana mungkin bohong, tapi sejak kapan ia menikah? Dan siapa istrinya? Apa ia mengalami kecelakaan dan amnesia?

"appa", suara anak perempuan membuyarkan lamunan Baekhyun. Ia tatap mata bulat berbinar yang sedikit mirip dengannya namun bocah lelaki yang bernama Haechanee lebih mirip dengan dirinya.

"appa ayo pulang, hari sudah malam".

"oi bocah siapa nama kalian?".

Ketiganya menatap aneh pada Baekhyun, apa ayah mereka ini Amnesia hingga lupa nama anaknya sendiri? Dari pada membuat hari semakin gelap dan ketololan ayah mereka bocah berambut hitam sedikit memajukan tubuhnya.

"aku Doy anak pertama mu, ini Haechan putra kedua mu yang sangat nakal dan ini si bungsu Winter dia sangat manis dan menggemaskan", jelas Doy pada Baekhyun yang mengangguk.

"ayo appa kita pulang, bibi sudah menyiapkan makan malam kesukaan appa".

Lagi lagi Baekhyun terdiam mendengar ucapan bocah yang mengaku sebagai anaknya itu. Ia memegang kepalanya merasakan pening memikirkan apa yang sedang terjadi padanya. Ia tatap kembali ketiga bocah itu, ia teliti satu persatu memang benar bocah itu sedikit mirip dengannya.

Dari pada memikirkan hal yang membuat kepalanya sakit, lebih baik ia ikuti saja kemauan bocah itu, "baiklah, ayo pulang dan makan malam bersama, lagi pula salju sudah mulai turun".

Keempatnya berjalan dengan bergandengan tangan, suara nyanyian terdengar dari bocah yang bernama Haechan, di ikuti putra pertamanya dan si bungsu Winter, Baekhyun hanya diam seraya memikirkan nasibnya nanti yang harus berhadapan dengan bocah bocah ini.

******

Bibi Park sedang menyiapkan makanan di atas meja, dia tersenyum saat menatap tuan besarnya duduk bersama ketiga bocah itu.

"aku sangat senang tuan Baekhyun akhirnya sadar dari koma, mungkin tuan sedikit bingung karena kau koma sudah lima bulan lamanya", jelas bibi Park dengan menuangkan teh panas ke cangkir kecil milik Winter.

"koma?", tanya Baekhyun.

"iya, sejak kecelakaan itu terjadi tuan sudah tak sadarkan diri sedangkan nyonya Taeyeon meninggal di tempat", jelas bibi Park dengan raut wajah sedih, "untunglah putra putri anda sangat pintar tuan, mereka menerima atas kematian ibu mereka".

"tentu saja bibi, di dunia ini tidak ada yang kekal selamanya, semuanya pasti akan mati untuk apa bersedih?", Doy berucap dengan raut wajah yang penuh senyuman tipis, "lagi pula kami masih punya appa".

"ne, appa akan menjaga kami sampai kapan pun bibi setelahnya kami yang akan menjaga appa", Haechan berucap dengan senyum lebar di wajah membuat Baekhyun gemas.

"Winter juga, aku akan jadi peri kecil yang akan melindungi ketiga raja ku", ucapnya dengan riang.

Baekhyun tersenyum lebar mendengar ucapan ketiganya. Raut polos penuh keyakinan membuat Baekhyun yakin bahwa mereka anaknya di tambah pemikiran jenius mereka yang bisa di lihat dari cara mereka berpikir.

"maukah malam ini kalian tidur bersama appa? Kita baca dongeng bersama?", tawar Baekhyun yang membuat ketiganya menatap dengan raut wajah yang senang kemudian mengangguk dan berseru.

Di ranjang besar itu, Baekhyun memangku putrinya dan kedua putranya menyandarkan kepalanya pada lengan Baekhyun, ada rasa hangat dan nyaman di rasakan oleh Baekhyun. Ia tatap wajah polos anak anaknya yang nampak fokus pada ponsel di tangannya.

Ya mereka menonton kartun kesukaan mereka, Pororo. Tanpa sedikitpun bersuara, karena mereka menikmatinya dan juga perjanjian yang mereka buat bahwa tak ada yang namanya berbicara saat menonton.

Baekhyun menatap sebuah pigura foto yang menempel di dinding kamarnya. Seorang wanita cantik dengan rambut hitamnya yang di ikat serta senyuman manis yang tercipta di bibir mungil itu.

Bibi Park bilang bahwa itu istrinya yang meninggal lima bulan yang lalu akibat kecelakaan yang mereka alami. Doy sangat mirip istrinya, sedangkan Haechan duplikat dirinya dan si bungsu perpaduan istrinya dan juga dirinya.

Di lihatnya ketiga kepala hitam itu, dapat Baekhyun rasa bahwa ketiganya telah terlelap. Dengan pelan dan hati hati Baekhyun meletakkan ketiganya pada ranjang itu kemudian ia beranjak mendekati jendela kamarnya.

Ia menatap salju yang turun menutupi jalanan, beberapa orang terlihat berlalu lalang walau pun jam sudah menunjukkan angka sebelas. Ia mengukir di kaca yang berembun, menggambar empat orang yang bergandengan dengan bentuk hati di atas kepala mereka.

"selamat terlelap permata kecil ku", bisik Baekhyun yang menatap bocah itu di atas ranjang, kemudian ia melangkah mendekat pada pigura, "jika kau memang benar istri ku semoga kau bahagia bersama tuhan".

Ia berlalu mendekat pada si kecil, merebahkan tubuhnya kemudian terlelap dengan tangan yang memeluk ketiganya, ia merasa nyaman sekali saat mendekap anaknya, ada ruang kosong yang terisi kembali.

******

Baekhyun terbangun dari tidurnya, mencoba meraba ranjangnya namun tak ia temukan ketiga anaknya yang tadi malam baru saja terlelap di dekapannya.

Ia nampak panik, namun kemudian terdiam saat matanya menatap Kalender yang tergantung di atas meja kecil. Ini hari Senin, tentu saja anaknya sekolah dan mungkin saat ini mereka sedang sarapan bersama bibi Park.

Dengan cepat ia berlalu menuju kamar mandi, membersihkan diri dengan cepat agar ia bisa mengantar ketiga anaknya ke sekolah, membayangkan itu membuat Baekhyun tersenyum lebar, ia tak sabar mendapat pelukkan dari ketiga anaknya yang sangat menggemaskan.

Kakinya ia langkah kan dengan cepat, namun berhenti saat menatap beberapa orang yang terdiam dengan menatapnya heran.

"kau sudah rapi begini mau kemana Baekhyun?", tanya Xiumin yang menyuapkan nasi ke dalam mulutnya.

"kemana anak ku?",

"anak? Kau bahkan belum menikah dan sudah menanyakan anak?", tanya Suho dengan kenign mengerut, "kau pasti bermimpi".

Baekhyun tersadar, kemudian ia menatap kembali kalender yang terpajang. Tanggal dua belas bulan lima dua ribu tujuh belas sedangkan di mimpinya ia berada di tahun dua ribu tiga puluh, benar ia hanya bermimpi.

"kau benar hyung, aku bermimpi sangat aneh dan nyata".

"sudahlah lupakan saja, anggap saja itu bunga tidur mu", ucap Kyungsoo kemudian menarik Baekhyun agar memulai sarapannya.

Sedangkan di tempat lain ketiga anak muda nampak kesal menunggu seseorang.

"apa Baekhyun sunbae lupa jika hari ini kita akan latihan menyanyi?", tanya Winter menatap Doy dan Haechan yang juga kesal bukan kepalang.

"ntahlah, aku sudah beberapa kali menghubunginya namun sama sekali tak ia angkat", ujar Haechan yang kembali mengecek ponselnya.

"sudahlah, jika benar ia lupa kita datangi saja dorm EXO sunbaenim", ucapan Doy membuat keduanya menganggukkan kepala mereka.

Si Imut KesayanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang