April, 1998
"Kak Jean, ayo kesini!" panggil Kaluna pada Jean yang jaraknya terpaut jauh darinya.
"Iya sebentar, kakak masih lihat jaket nih," sahut Jean yang meletakkan jaket tersebut dengan cepat, kemudian bergegas menyusul Kaluna yang berada di depan toko perhiasan.
Mereka berdua kini berada di Mall Yogya Klender, Jakarta Timur. Berjalan-jalan menghabiskan malam minggu mereka bersama.
"Kak, lihat. Kalungnya cantik banget. Ini keluaran terbaru ya kayanya?" tanya Kaluna penasaran.
Jean hanya mengangguk, dia melihat harganya dengan seksama. Cukup mahal baginya untuk membelikan Kaluna kalung itu. Sepertinya membutuhkan satu bulan lagi agar bisa terbeli.
"Iya, cantik banget. Kaya kamu."
"Dih Kak Jean, tumben banget gombal. Belajar dari mana coba?" ledek Kaluna.
"Hahaha, belajar buat kamu aja lah," jawab Jean sambil tertawa. Diikuti oleh tawa Kaluna.
Akhirnya mereka meninggalkan toko perhiasan tersebut. Kaluna segera merangkul lengan Jean dengan erat, seperti tidak ingin lepas darinya. Jean pun tersenyum dan mengelus kepala Kaluna pelan.
"Omong-omong, Hala bentar lagi mau lulus ya? Bulan depan?" tanya Jean berbasa-basi.
"Kayanya sih bulan Juni kak. Tapi bulan depan dia ujian nasional," jawab Kaluna.
"Mau masuk mana?"
"Trisakti dong, kita kan cinta Trisakti," canda Kaluna.
Jean pun tertawa mendengarnya. "Kalau aku sih cinta kamu."
"IH KAK JEAN, GOMBAL MULU HARI INI KENAPA DEH."
"HAHAHAHAHAHA."
Suara dering telepon dan juga getarannya terasa di kantong jaket kesayangan Jean. Jaket coklat yang biasanya Jean kenakan kemanapun pergi, pun jaket yang bisa Kaluna peluk saat kedinginan. Jean melihat ke layar telepon genggamnya. Ternyata dari Sonya, teman satu aktivisnya.
"Kal, boleh?" Izin Jean pada Kaluna. Jean tahu betul, kadang Kaluna tidak suka jika ada yang mengganggu waktu mereka saat berdua.
Kaluna mengangguk. Jean pun tersenyum dan mengusap pucuk kepala Kaluna sekilas, kemudian mengangkat teleponnya.
"Sonya, kenapa?"
"Je, lo dimana? Barusan ketua BEM nyariin lo. Katanya aktivis mau dikumpulin buat rapat demo bulan depan."
"Oh rencana demo depan gedung DPR?"
"Iya, besok rapatnya. Lo bisa kan?"
Jean berpikir sejenak.
"Bisa, sih. Nanti gue kabarin lagi ya."
"Oke, Je. Kalau bisa dateng ya, ini rapat gabungan sama BEM universitas lain soalnya."
"Iya siap, Sonya."
"Kenapa kak?" Tanya Kaluna penasaran.
"Bulan depan mau ada demo mahasiswa, Kal. Aku harus ikut," jawabnya.
"Aku boleh ikut?"
"Kal?"
Wajah Jean berubah menjadi raut khawatir, lantas ia melepaskan rangkulan Kaluna. Menghadap ke arahnya dan menyejajarkan wajahnya dengan wajah Kaluna. Kemudian ia melakukan hal yang selama ini ia sukai, yaitu mengusap lembut pucuk kepala Kaluna.
"Jangan ya? Kamu sebelumnya belum pernah ikut, kan. Bahaya, Kal," larang Jean.
"Tapi kan aku mau nyoba, kak," bantah Kaluna.
"Enggak ya, Kal. Ini demonstrasi besar-besaran. Soalnya sampai harus ada rapat gabungan. Aku mohon, jangan ikut ya?"
Kaluna menghela napasnya, kemudian mengangguk mengiyakan perintah Jean. Tidak seharusnya dia ikut, karena dia juga sebelumnya tidak pernah mengikuti hal seperti itu.
"Pinter, Kalunanya aku," puji Jean sambil tersenyum manis ke arah Kaluna.
KAMU SEDANG MEMBACA
tentang jean; lipsoul (lokal)
FanfictionTentang Jean; tokoh utama yang hadir dalam skenario hidup Kaluna. Trigger Warning: Kekerasan, perkataan kasar, tragedi kelam, kerusuhan, kejadian tahun 1998.