Keenam; kekacauan.

88 13 0
                                    

cw // kerusuhan 1998.

"Kal, kamu baik-baik aja kan? Nggak ada yang luka?" tanya Jean memastikan sembari mengecek seluruh tubuh Kaluna.

"Iya, aku nggak apa-apa kak," jawabnya. Kaluna kini sudah cukup tenang.

Mereka sekarang sudah kembali ke titik kumpul yang berada di kampus dengan selamat.

"Je, lo tuh mau diobatin malah lari. Dari mana sih? Nih tim medis nungguin lo," omel Sonya kepadanya. Jean hanya bisa tersenyum kecil sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Loh, Kak Jean sakit? Kok gak bilang aku? Sakit dibagian mananya?" Kini, berganti Kaluna yang khawatir. Ia berusaha menjangkau seluruh bagian tubuh Jean hingga akhirnya ketika ia memegang lengannya, Jean meringis kecil.

"Astaga, kenapa bisa sampe lebam gini kak?!"

"Hehehe, nanti aku ceritain ya. Tunggu sebentar oke? Biar aku diobatin dulu," jawab Jean sambil mengelus pucuk kepala Kaluna sekilas.

Kaluna yang diperlakukan seperti itu hanya bisa tersenyum, menahan perasaannya yang bergejolak. Dia sangat suka ketika Jean mengusap dan mengelus kepalanya.

Setelah Jean selesai diobati, semua mahasiswa dianjurkan untuk kembali ke rumah masing-masing. Untuk saat ini, Jean mengajak Kaluna untuk menginap di rumahnya terlebih dahulu sampai kondisi lebih aman. Mereka berdua menaiki tumpangan dari mobil Sonya.

"Kok bisa tanganmu sampe kaya gitu, kak?" tanya Kaluna dengan tatapan mengintrogasi.

Jean yang melihat raut wajah Kaluna malah membuatnya tertawa. Kaluna-nya ini sungguh gemas, baginya.

"Tadi teleponku jatuh. Terus pas mau ngambil, tanganku keinjek orang," jawabnya.

Kaluna yang mendengar itu hanya bisa bergidik ngeri, membayangkan betapa sakitnya tangan Jean. "Sekarang udah gapapa kan?" tanyanya memastikan.

Jean mengangguk sambil tersenyum ke arahnya.

"Selama ada kamu, aku enggak apa-apa, Kal." Jean segera menyenderkan kepala Kaluna ke bahunya pelan. Kemudian melakukan hal kesukaannya, mengusap kepala Kaluna dengan lembut.

Akhirnya, mereka berdua sampai di depan rumah Jean. Setelah turun dari mobil, raut wajah Jean yang awalnya penuh dengan senyum, seketika lengkungan bibirnya menjadi berbanding terbalik kebawah.

Sesuatu telah terjadi di rumahnya.

Benar-benar kacau. Banyak sekali coretan berwarna merah, puing-puing bekas pecahan kaca yang berserakan, dan juga kondisi pintu rumah yang terbuka.

Kaluna yang melihat tulisan "Ini orang cina" persis di depan pagar rumah Jean pun merasa geram. Selain masalah baku tembak yang baru saja terjadi, kini etnis juga menjadi masalah besar? Negerinya memang sedang tidak baik-baik saja.

Dimana keadilan sekarang?

"Mami.. Papi.."

Jean sulit bersuara. Nafasnya cekat, ia tahu betul rumahnya sudah kosong. Tidak ada kehadiran sang ayah dan ibu yang dapat ia rasakan.

Lututnya sudah tidak kuat menopang dirinya. Tubuhnya jatuh berlutut dengan lemas, tidak peduli dengan puing kaca yang melukai lututnya. Dirinya telah rapuh. Jean sangat ingin menangis, tapi tangisnya telah tergantikan oleh sakit yang pilu di hatinya.

"Kak.."

Kaluna perlahan menghampiri Jean. Kemudian memeluknya dari belakang. Tidak ada pergerakan sama sekali dari Jean, tatapannya masih kosong dan terdiam. Namun yang Kaluna ketahui, tubuh Jean gemetar hebat.

"Kak Jeannete Samudera, orang yang benar-benar aku kagumi dan juga orang yang sangat kuat di hadapan semua orang. Kamu boleh menangis, kak. Kamu boleh banget keluarin semua hal yang kamu lalui sekarang. Aku tahu, kakak susah ngelakuin hal itu karena kakak terbiasa baik-baik aja di depan semua orang." Kaluna mengusap lengan Jean dengan lembut.

"Kalau Kak Jean enggak bisa keluarin itu semua, kakak bisa berbagi ke aku. Kamu emang punya dua pundak buat nahan semua beban yang dialami selama ini, tapi aku juga punya dua pundak yang bisa bantu kamu buat nahan semua bebannya," lanjut Kaluna.

Jean yang mendengar itu merasa pertahanan hatinya kini runtuh. Air matanya sudah tidak bisa ia bendung lagi. Sayup-sayup terdengar suara tangisan kecil Jean, Kaluna bisa jelas mendengar dari belakangnya. Kaluna masih tidak bergerak, setia memeluk Jean.

"Aku ada disini, kak. Kak Jean enggak sendirian."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
tentang jean; lipsoul (lokal)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang