Ketigabelas; surat dari jean.

102 13 0
                                    

18 Mei 1998.

Setelah menerima berita dan surat-surat dari Sonya, Kaluna terduduk lemas di kasurnya. Ia masih menatap kosong surat yang ia pegang. Berusaha menguatkan dirinya untuk membuka lembaran demi lembaran.

Sejenak, ia pegang kalung yang kini telah melingkar di lehernya. Kalung pemberian Jean yang dititipkan pada Hala. Kaluna meremat kalung tersebut dan berusaha menahan isak tangisnya lagi. Entah terhitung berapa kali Kaluna menangis semenjak kepergian Jean.

Akhirnya, lembaran pertama pun Kaluna baca.








17 September 1997.

Hari ini, ospek mahasiswa berjalan. Seperti tahun lalu, aku disuruh menjadi bagian kedisiplinan lagi. Divisi yang paling melelahkan karena harus marah terus, haha. Tapi aku bersyukur karena bergabung dengan divisi ini, aku bisa bertemu satu orang yang menarik.

Kaluna Naraya namanya, mahasiswa baru dari jurusan hukum. Hari ini aku marahi karena jepit rambutnya kekurangan satu buah. Awalnya aku tidak tega, tapi aku harus tetap melakukan itu. Uniknya, dia sempat mengelak dan tidak terima hanya perkara satu buah jepitan saja. Hingga kita harus berdebat dan jadi tontonan banyak orang.

Dua kali aku menjadi divisi kedisiplinan, baru kali ini aku melihat mahasiswa baru seberani ini. Sebetulnya, dia sungguh keren di mataku.





28 Oktober 1997.

Dalam rangka Sumpah Pemuda, kampus mengadakan acara untuk memeriahkannya. Salah satunya, penampilan. Tak kusangka, aku bertemu lagi dengan Kaluna. Ternyata dia mendaftar untuk menjadi peserta lomba nyanyi. Ah, dia memiliki suara yang bagus, ya? Aku penasaran.

Setelah melihat performanya, aku benar-benar takjub. Dia benar-benar multitalenta. Selain pintar, dia juga bisa menyanyi. Ah iya, aku mendengar bahwa dia menjadi orang pertama dengan nilai tertinggi dalam kuis salah satu dosen yang terkenal di fakultas hukum. Semua orang membicarakannya.

Aku semakin tertarik dengannya, bagaimana caranya supaya bisa dekat dengannya, ya?





7 November 1997.

Lagi dan lagi, aku bertemu dengannya. Saat aku sedang di kantin, aku melihatnya berjalan dan bercanda tawa bersama teman-temannya. Aku sempat melamun selama lima detik untuk memandangnya, sampai akhirnya Sonya menyadarkanku.

Kenapa aku merasa seperti ini? Apa aku terpesona dengannya? Tidak, aku hanya kagum padanya.





30 Desember 1997.

Kukira dia tidak akan mengikuti acara perayaan akhir tahun kampus, ternyata dia juga ikut. Sungguh, dia amat sangat cantik malam itu. Rambut pirang panjangnya, dengan dress putih yang sangat apik untuknya. Aku sangat menyukainya, sangat cocok untuknya.

Aku ingin sekali mendekatinya, ingin sekali berkenalan dekat dengannya. Namun aku terlalu malu, dan juga bukankah itu menjadi hal yang aneh? Aku hanya orang asing baginya dan tiba-tiba mengajaknya berkenalan. Ayolah, Jean. Dia bahkan kadang tidak menyadari kehadiranmu.

Jean, kamu sungguh pengecut.





12 Januari 1998.

Apa aku baru saja bermimpi? Dia baru saja datang ke kafeku. Dia mengenalku, dia menyebut namaku, dan tersenyum kepadaku. Rasanya, jantungku mau meledak karena bahagia bukan main. Orang yang selama ini aku kagumi, ternyata mengenalku.

Kita berbicara banyak hal hari ini. Mungkin dia akan merasa aneh karena keagresifanku untuk berbicara banyak hal padanya. Semoga dia tidak merasa aneh. Aku hanya senang sekali bisa berbicara dan merasas dekat setelah sekian lama aku mengaguminya dari jauh.

tentang jean; lipsoul (lokal)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang