Januari, 1998.
"Hala, udah siap belum?"
"Sebentar kak, ini lagi pake sepatu."
Hari itu, hari yang sangat cerah. Kaluna menghela napasnya panjang. Mengeluh pelan karena harus mengantar adiknya sekolah disaat dirinya sedang tidak ada kelas.
"Udah kak, maaf ya lama."
Kaluna yang melihat adiknya merasa bersalah hanya tersenyum simpul. Ia segera memberikan usapan lembut pada pucuk kepala adik kesayangannya tersebut.
"Nggak apa-apa, Hala. Nanti kakak mau ke kafe baru deket kampus. Mau titip sesuatu gak?" tawar Kaluna.
Mendengar itu, senyum Hala merekah. Dia segera mengangguk cepat. "Titip kopi kaya biasanya ya kak!"
"Kamu tuh masih kecil minumnya udah kopi aja," goda sang kakak.
"Ish, aku udah gede! Udah kelas 12."
"Tetep aja masih kecil bagi kakak."
Hala yang merasa kalah hanya bisa mendecih sebal.
Kini, Kaluna telah memarkirkan motor andalannya di salah satu kafe yang terbilang baru. Lokasinya cukup dekat dengan kampus maupun sekolah Hala. Baginya, ini adalah keputusan yang tepat untuk beristirahat sejenak dari panasnya kota Jakarta.
"Permisi?"
"Silahkan masuk."
Suara itu terdengar tak asing baginya. Kaluna mengerutkan dahinya sesaat, berusaha mengingat siapa pemilik suara tersebut.
Kaluna masih gagal mengingat orang tersebut. Dia pun berusaha melihat dari perawakannya. Rambut panjang, rambut hitam, dengan kemeja putih yang sangat pas untuk postur tubuhnya. Tubuhnya apik.
"Kenapa berdiri aja, mbak? Silahkan duduk."
Setelah wanita itu membalikkan badannya, berdiri tegak menghadap dirinya, Kaluna tidak bisa untuk tidak menutup mulutnya. Dia, tidak salah melihat, kan?
"Kak Jean?"
"Eh, iya? Kamu kenal saya?"
Kaluna yang masih tidak percaya hanya diam membatu. Jeannete Samudera, salah satu aktivis dari Universitas Trisakti yang cukup terkenal dengan kepintaran dan ketegasannya, bekerja di sebuah kafe?
Dia masih mengingat betul ketika kala itu dimarahi oleh Jean saat ospek berlangsung, hanya karena dia kehilangan satu jepit rambut yang harus digunakan selama ospek.
"Loh, kamu adik tingkat saya bukan? Saya kayanya pernah lihat kamu," tanya Jean.
"E-eh, iya kak." Kaluna seketika menjadi gugup.
"Oh, yang waktu itu jepit rambutnya kurang satu bukan? Sini, duduk dulu. Saya nggak bakalan marahin kamu lagi kok." Ajaibnya, Jean ingat begitu saja.
Seperti tersihir, Kaluna kini duduk di kursi yang telah disiapkan oleh Jean. Dirinya masih kaku, melihat Jean yang selama ini hanya bisa ia lihat dari podium kampus, kini ia lihat di depan matanya.
"Jadi.. halo?" Sapa Jean kembali.
"Iya.. halo kak.."
"Kamu kok bisa kenal dan inget saya?" Tanyanya penasaran.
"Siapa yang nggak kenal sama Kak Jean? Mungkin seluruh kampus udah pada tau Kak Jean siapa, kak..," jawab Kaluna yang mulai sedikit berani.
Jean hanya tertawa pelan.
"Makasih karena udah kenal saya, ya. Saya seneng banget."
"Eh?"
KAMU SEDANG MEMBACA
tentang jean; lipsoul (lokal)
FanfictionTentang Jean; tokoh utama yang hadir dalam skenario hidup Kaluna. Trigger Warning: Kekerasan, perkataan kasar, tragedi kelam, kerusuhan, kejadian tahun 1998.