32. Hasil rapor

14.5K 1.4K 30
                                    

Haii guys!

Maaf sudah tiga hari ga up, aku sempet ngedrop kemaren.
Hari ini niatnya doubel up tapi bab berikutnya baru dapet 800 word😔🙏

Tandai typo!

-happy reading-

Seperti akhir semester lainnya, Zahira beserta sang ibu berjalan menuju kelas untuk mengambil rapor semester ini. Sepanjang jalan Zahira hanya bisa berdoa agar nilainya baik dan tidak dimarahi Ibu.

Zahira menunggu di luar kelas bersama teman-teman yang lain, sedangkan Ibu masuk kedalam untuk bertemu Bu Nur selaku wali kelas.

Karena Zahira absen terakhir, maka terakhir pula Ibu ke luar. Wanita paruh baya itu keluar sambil memegang hasil rapor milik Zahira.

Zahira kini semakin sulit bernapas. Tubuhnya panas dingin. Jantungnya berdetak lebih kencang. Semoga saja nilainya sesuai ekspektasi.

~~~

Pak Haidar perlahan mulai memasuki rumahnya. Kakinya semakin semangat melangkah tatkala mendengar suara ramai dari dalam rumah.

"Nilai kamu ini loh Hir, ini benar nilai kamu?!" ucap Ibu pada sang anak.

"Assalamualaikum," ucap Pak Haidar memasuki rumah.

"Wa'alakumsalam," jawab ketiga perempuan yang ada di sana.

"Mas Haidar!" teriak Zahira lalu bersembunyi di balik punggung Pak Haidar.

"Kenapa sayang?"

"Aku dimarahin Ibu, masa," ucap Zahira mengadu, bibirnya sampai terlihat mengerucut.

Pak Haidar menggelengkan kepalanya sambil terkekeh. Ia bergerak untuk menyalimi Uminya terlebih dahulu.

"Umi juga ada di sini?"

"Iya dong, kan mau ngerayain penerimaan rapor Zahira."

Setelahnya Pak Haidar bergerak menyalimi sang ibu.

"Kenapa Bu, nilai Hira ada yang kurang memuaskan?" tanya Pak Haidar penasaran. Ia lalu duduk di sofa yang masih kosong, disusul dengan Zahira yang masih sembunyi di belakangnya.

"Lihat ini Dar, masa nilai Hira gak ada C nya, padahal semester kemarin panen C. Ada yang salah pasti."

"Ibu, itu Hira yang belajar sampe nangis-nangis loh."

"Masa? Ini juga Matematika Peminatan, masa dapat A, padahal Zahira gak pintar matematika."

"Matematika minat gurunya ada di depan Ibu, Ibu protes aja sendiri," ucap Zahira dari belakang punggung Pak Haidar.

"Oh iya Ibu lupa kalau Haidar gurunya. Kamu pilih kasih kan Dar? Mentang-mentang istri sendiri dikasih nilai bagus."

"Haidar gak pernah mengistimewakan Hira dalam urusan nilai Bu. Jika nilai Hira baik, ya berarti karena dia belajar. Lagi pula setiap malam, dia selalu tanya sama Haidar materi yang belum Hira kuasai. Jadi itu murni nilai dari otak Hira."

"Tuh dengerin Bu," ucap Zahira.

"Memang pinter putrinya Umi," ucap Umi memuji.

"Aaa sayang Umi banyak-banyak." Zahira langsung pindah duduk di sebelah Umi, memeluk mertuanya erat-erat. "Kayak Umi gini loh Bu," ucap Zahira pada ibunya.

Ibu hanya mendegus. Ia sudah kalah perdebatan.

"Oh iya, Haidar sama Hira niat mau liburan saat nanti libur tahun baru, ngajak Ibu sama Umi juga. Ibu atau Umi ada usulan mau ke mana gitu?" ucap Pak Haidar bertanya.

I Love Math and I Love You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang