-happy reading-
~~~~
Keesokan harinya, di tanggal delapan belas Agustus di adakan lomba kemerdekaan antar kelas.
Lomba tarik tambang, balap karung, makan kerupuk, memasukkan pensil dalam botol, dan estafet air akan memeriahkan lomba kemerdekaan tahun ini.
Lapangan sekolah sudah dihias dengan bendera merah putih dan atribut kemerdekaan lainnya.
Seluruh siswa dari kelas sepuluh hingga kelas dua belas sudah mengelilingi lapangan, menunggu kelas mereka dipanggil untuk mengikuti lomba.
Lomba dimulai dengan serunya, dan semakin siang, semakin panas, semakin semangat juga para peserta lomba.
Tawa dan teriakan seluruh siswa menggema memenuhi lapangan pagi ini.
"Ayo bapak ibu guru lomba tarik tambang!" ucap salah satu anak OSIS.
Teriak para siswa semakin bergemuruh. Ada yang meneriakkan wali kelas masing-masing, ada yang meneriakkan guru idolanya.
Para guru berbondong-bondong memasuki lapangan, tanpa ada persiapan apa pun para guru sudah menempatkan diri menjadi dua kubu.
"Pak Haidar mana, Pak Haidar mana?"
"Itu! Yang pakai kaos hitam!"
"Pak Haidar ganteng juga ya, kalau pakai kaos olahraga."
"Emang ganteng woii!"
Zahira melirik sinis beberapa cewek kelas sebelah di sampingnya. Belum tau saja, guru matematika itu semalam manja sekali dengan Zahira.
"Bapak ibu guru siap?"
Beberapa guru ada yang mengacungkan jempolnya, ada juga yang berteriak.
"Satu! Dua! Tigaa!"
Seluruh lapangan semakin bergemuruh.
"Ayo! Ayo! Ayo!"
Satu menit kemudian salah satu kubu telah tumbang.
Teriakan, tawa, dan semangat warga sekolah semakin menggelora. Ditambah lagi, lagu kesukaan sebagian besar siswa dimainkan secara lantang. Tidak ada yang perduli soal kalah dan menang di sini, yang terpenting serunya, hadiah mah belakangan.
Lomba tarik tambang antar guru selesai, banyak guru yang encok karenanya, bahkan sampai jatuh terguling pun ada.
"Terima kasih bapak ibu guru sudah memeriahkan lomba pagi ini. Yang encok langsung pijet ya pak, bu?"
Tawa di lapangan ini semakin menjadi.
Beberapa cewek di samping Zahira tadi langsung menghampiri Pak Haidar yang tak sengaja lewat di dekat mereka.
"Pak foto yuk!" ajak mereka.
Pak Haidar sedikit kaget karenanya, dan karena bingung untuk menolaknya, Pak Haidar pun mengiyakan.
"Baik, mari foto bareng-bareng."
Beberapa orang tersebut pun langsung bingung bagaimana mau foto, jika tidak ada yang memfotokan.
"Selpi aja selpi," ucap salah satu dari mereka.
"Eh tolong fotoin dong," ucap yang lainnya entah pada siapa.
Zahira yang sebenarnya tidak dipanggil, berdiri.
"Sini gue fotoin," tawar Zahira.
"Ini, makasih ya," ucap salah satu dari mereka lalu menyerahkan ponselnya.
"Satu, dua, tiga," ucap Zahira memberi aba-aba.
Foto pertama yang Zahira tangkap adalah foto beberapa cewek itu yang berada di samping kanan Pak Haidar.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love Math and I Love You [END]
Storie d'amore[SUDAH TERBIT] Matematika. Kata yang menakutkan untuk sebagian besar para murid. Tapi bagaimana jika guru matematikanya masih muda dan tampan? "Kalo gurunya modelan gini sih gue jadi suka matematika!" "Suka matematika atau suka sama gurunya?" HIGH R...