Satu bab sebelum ending...
Huaa, gak rela cerita ini tamat🤧
-happy reading-
Tiga tahun kemudian. Seorang anak laki-laki berjalan dengan santai sambil membawa boneka beruang dengan toga di atasnya.
Langkah kecilnya menginjak rumput yang tumbuh segar hingga menyatu dengan tanah lalu bangkit kembali saat sepatu kecil itu terangkat.
Tangannya langsung menyerahkan boneka tersebut pada perempuan dewasa yang tengah berwisuda.
"Happy graduation Mama," ucap Sin dengan aksen yang sudah jelas.
Sin Zayndra Athfariq. Anak itu sudah tiga tahun sekarang. Dia tumbuh dengan baik. Pelafalan katanya sangat baik bahkan bahasa asing sekalipun.
Anak itu juga sudah hafal di luar kepala pembagian dan perkalian dua digit. Diantara anak seusianya yang masih menghafal angka satu sampai sepuluh, Sin sudah hafal pembagian dan perkalian.
Tak hanya diajarkan akademik, anak itu juga diajarkan ilmu agamanya yang baik. Anak itu bahkan sudah hampir hafal semua surah di juz 30.
Kecerdasannya sudah terlihat saat dia masih kecil. Entah ngidam apa ibunya dulu.
Zahira berjongkok untuk menyetarakan tubuhnya dengan tubuh Sin yang masih kecil.
"Terima kasih Sin." Zahira lalu mengecup kedua pipi Sin bergantian.
"Happy graduation sayang," ucap Pak Haidar yang sedari tadi ada di belakang Sin.
Zahira kembali berdiri. "Terima kasih, sayang," balas Zahira.
Zahira, gadis yang dulunya tidak suka matematika. Kini ia berhasil menuntaskan studinya dalam jangka waktu tiga setengah tahun di jurusan pendidikan matematika.
"Zahiraa!" terlihat seorang gadis datang membawa satu buket bunga.
"Hira kenapa lo lulus duluan? Gue ditinggal." Bibir Kalista mengerucut.
"Makanya semangat skripsinya, Lis."
Kalista hanya mengangguk. "Ini buat lo, jangan lupa makan-makan ya!" Kalista menyerahkan buket bunga yang telah ia siapkan.
"Gampang," jawab Zahira setelah menerima buket tersebut.
Fokus Kalista kini teralih pada anak tiga tahun di dekatnya.
"Hai Sin," sapa Kalista.
Sin hanya menatap tanpa niat menjawab.
"Sayang, Onty Kalista nyapa loh, dibalas dong," ucap Zahira pada putranya.
"Hai Onty," ucap Sin.
Zahira menggelengkan kepalanya. Ia kadang bingung mengapa putranya ini irit bicara? Sepertinya saat pembagian jatah kata, Sin sedang belajar.
"Hir, Pak Haidar." Kalista memanggil.
Keduanya refleks menoleh bersamaan.
"Sin udah gede tuh, gak mau buat Cos sama Tan gitu? Biar lengkap trigono," ucap Kalista.
"Lo nikah dulu makannya!" sahut Zahira.
"Gak laik ah, bawa-bawa nikah. Ayo Sin kita main." Kalista lalu membawa bocah tiga tahun itu pergi dari kedua orang tuanya.
Zahira dan Pak Haidar tak keberatan. Mereka malah senang tidak ada yang menganggu mereka berduaan.
"Sayang." Pak Haidar memanggil. Ia lalu melingkarkan tangannya di pinggang Zahira.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love Math and I Love You [END]
Romance[SUDAH TERBIT] Matematika. Kata yang menakutkan untuk sebagian besar para murid. Tapi bagaimana jika guru matematikanya masih muda dan tampan? "Kalo gurunya modelan gini sih gue jadi suka matematika!" "Suka matematika atau suka sama gurunya?" HIGH R...