15. Aku cicipi boleh?

19.6K 1.6K 25
                                    

Haii, mau up kemaren tapi males☺️🙏. Bisa baca bab sebelumnya dulu biar gak lupa alur..

-happy reading-

~~~~

Zahira memasuki rumahnya dengan jilbab yang masih basah. Ia malas berganti jilbab setelah estafet air tadi.

"Assalamualaikum," ucap Zahira.

"Wa'alakumsalam," jawab Pak Haidar yang sudah di rumah.

"Loh udah pulang? Kok duluan kamu?"

"Astaghfirullah Zahira, kok jilbab kamu basah? Dari sekolah sampai rumah kamu pakai jilbab basah naik motor?"

"Bukan urusan kamu," ucap Zahira yang masih pada mode ngambeknya.

Pak Haidar hanya menghela nafas, ia tak mau berdepat panjang dengan istri kecilnya ini.

"Cepat mandi, ganti baju, aku buatin teh hangat buat kamu biar gak masuk angin," titah Pak Haidar.

Zahira tak menjawab, ia langsung melengos bergitu saja.

"Sabar Dar, istri lo masih remaja labil," ucap Pak Haidar mengelus dadanya sendiri.

Pak Haidar lalu melangkah ke dapur, membuatkan teh hangat supaya gadisnya tidak masuk angin. Setelah selesai, Pak Haidar segera naik ke atas menuju kamarnya.

Saat pintu terbuka, Pak Haidar bisa melihat Zahira yang sedang mengeringkan rambut menggunakan hairdryer. Pak Haidar mendekat lalu menaruh secangkir teh di atas meja rias.

"Aku bantu keringkan rambut kamu." Pak Haidar pun mengambil alih hairdryer yang Zahira pegang.

Wangi bubble gum dari rambut Zahira terasa kental menusuk indra penciuman Pak Haidar.

"Sudah." Pak Haidar pun mematikan hairdryer-nya lalu ia taruh kembali ke tempat semula.

Tanpa aba-aba, Pak Haidar langsung memeluk Zahira dari belakang, menaruh kepalanya di pundak Zahira.

"Udahan ya marahnya, sayang," ucap Pak Haidar terdengar merengek.

"Kamu kenapa post foto aku di ig?"

"Ya biar orang-orang tau kalau aku udah punya istri, biar mereka gak mintain foto lagi, biar istri aku gak cemburu."

"Yang ada orang-orang pada ngira adek kamu."

"Masa?"

"Iya loh! Lihat aja komentar di postingan kamu."

"Ya udah nanti aku post foto pernikahan kita."

"Yang di rumah sakit?" tanya Zahira.

Pak Haidar mengecup singkat pipi Zahira. "Makannya cepet lulus, biar kita bisa ngadain resepsi sesuai apa yang kamu mau."

Mata Zahira berbinar. "Beneran?"

"Iya sayang."

Mata Zahira berubah sendu. "Tapi, tanpa kehadiran Ayah semuanya bakalan hampa."

Pelukan Pak Haidar menghangat. "Ayah pasti hadir walau kita tidak bisa melihatnya. Ayah pasti bahagia melihat putrinya ini bahagia."

~~~~

"Sayangg," rengek Pak Haidar di atas tempat tidur.

Sedangkan Zahira, gadis itu dengan memakai skincare malamnya.

"Zahira."

"Apa ih?"

"Pijitin aku dong, tangan aku sakit semua gara-gara tarik tambang tadi."

I Love Math and I Love You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang