Happy reading
.
.
.
🌼🌼🌼
Entah sudah berapa kali sagara menghela nafasnya dengan kasar , dengan buku yang dia coret coret tidak jelas entahlah sagara hanya sedih ketika mendengar penyakitnya yang sudah memasuki stadium 3
perlu kalian tau sagara telah di fonis penyakit kanker hati sejak ia mengijak sekolah menengah pertama (smp)
Dan itu adalah salah satu alasan orang tua sagara sangat menjaganya dengan baik begitupun dengan alvian kakanya
'Hihihi'
Sagara terjengkit kaget saat mendengar tawa itu tepat di dekat telinganya , namun ia berusaha tidak peduli dan fokus terhadap tulisannya meski dirinya takut
'Aku heran dengan manusia' lagi lagi sagara berusaha tidak peduli
'Kenapa mereka seringkali tertawa saat hatinya menangis'
Sagara diam dia hanya mendengarkan semua omongan tante seram yang ada di sampingnya entahlah dia seringkali mengikuti sagara
'Yaaa lihat aku , kenapa kau seperti tak melihat aku'
Dengan spontan sagara menutup kedua matanya saat mahluk itu berpindah tepat di hadapannya
'Hey buka matamu dan lihat aku! Aku ini cantik!!'
Ingin berlari tapi kakinya terasa sangat kaku , siapapun tolong sagara
Ceklek
"Ad-"
Grep
Sagara langsung berhambur kedalam pelukan alvian dengan tubuh yang bergetar , panik tentu saja
"Hey kamu kenapa?" Tanya alvian sagara mengeratkan pelukannya
"Enggak kamu jelek hiks jelek" alvian memgerinyit bingung , apa adiknya ini mengatai nya jelek
'Aku cantik'
"Enggak kamu jelek hiks"
'Liat aku'
"Gak mau tante jelek hiks.. bunda saga mau bunda hiks"
Ah kini alvian paham apa yang terjadi pada adiknya ini , ia menggendong sagara seperti anak koala dan akan membawanya ke ruang tengah karna keluarganya tengah berkumpul
Sesampainya di ruang tengah lisa dan bara menatap khawatir pada sagara yang berada di pangkuan alvian
"Saga kenapa vian?" Tanya bara khawatir , alvian tidak menjawab langsung ia hanya mengelus punggung adiknya dan duduk di samping bundany
"Bunda hiks..."
"Iya ini bunda sayang , ade kenapa hm? " tanya lisa sambil memindahkan tubuh ringan itu agar duduk di pangkuan lisa
Lisa menghapus air mata sagara dengan lembut , lihatlah wajah sagara terlihat begitu pucat dengan keringat yang bercucuran
"Tante i-itu hiks..." ah lisa paham sekarang tanpa banyak tanya ia memeluk anaknya sebelumnya sagara belum pernah seperti ini
"Bara apa kamu udah bawa sagara ke pisikiater?" Tanya aslan paman sagara
"Maksud paman apa?"tanya alvian tak terima , kenapa saudaranya selalu berucap seperti itu menganggap bahwa adiknya gila
Bahkan waktu sagara kecil keluarganya sudah membawanya ke pisikiater dan hasilnya baik baik saja tidak ada gangguan jiwa ataupub mental
"Ibu juga gak tau kenapa bara memungut anak yang memiliko gangguan jiwa " celetuk ratih ibu bara dan juga aslan
"Ibu " peringat bara
"Memang benar bukan sagara itu gila" tekan ratih
"Jika sagara gila berarti oma juga gila"kini alvian angkat bicara
"Apa maksud kamu?!" Tanya ratih dengan emosi
"Oma lupa jika sagara itu anak ayah dan ayah adalah anak oma jadi jika sagara gila berarti ayah juga gila dan mungkin oma juga gila karna garis keturunan itu tidak bisa di hilangkan" jawab alvian dengan sangat santai
"Dia bukan cucu saya!"
"Berarti ayah bukan anak oma"
"Anak yang tidak punya sopan santun!"
"Seperti oma"
Blam
Ratih tidak bisa menjawab ucapan alvian
"Sebaiknya kalian pulang ini sudah larut malam" final bara ia tak mau ambil resiko jika ratih mengamuk
"Vinkan akan kemari lusa dan mungkin aku dan keluargaku akan menginap di sini" ucap aslan tiba tiba bara hanya mengangguk saja
.
.
.
Tbc
Hai guys
Kangen sagara gk?
Gimna? Lanjut?
Maaf ya kalo kurang rame
Sayang kalian