Selangkah

81 51 20
                                    

“Aku gak suka pembohong.” ucap Geeta spontan saat bertemu Dikarya di minimarket, tepat di depan meja kasir.

Dikarya harus jawab apa? Sungguh, dia tidak bisa bicara.

“Ini hp kamu ada. Kamu tau? Aku nunggu di taman setengah jam kemaren!” kata Geeta lagi dengan menunjuk hp yang dipegang Dikarya.

Bagaimana Dikarya harus menjawab?
Ini hp yang berbeda, hanya merek dan casenya saja yang sama. Tapi, tidak bisa Dikarya kan bisu.

“Dek, ini totalnya 25 ribu.” kata mbak kasir yang sejujurnya penasaran ketika mendengar perkataan Geeta.

Di sisi lain, hati mbak kasir mengatakan “Pasti cowoknya selingkuh terus ganti hape.”

Dikarya yang mendengar jumlah uang yang mbak kasir katakan tersebut pun mengeluarkan kartu kredit lalu menaruhnya dimeja kasir depan mbak kasir.

“Widih, nih bocah kaya. Pasti ceweknya matre. Gak salah sih tebakan gue.” kata mbak kasir bername-tag Dull.

Sementara, Geeta merasa kesal karna tidak mendapat respon dari Dikarya dan Dikaya malah duluan merespon perkataan mbak kasir.

“HEH BOLOT! LO DENGER GUE GAK SIH?!” ujar Geeta dengan nada agak tinggi.

“Hah? Pak haji Bolot?,” celetuk ibu-ibu yang mengantri di belakang Dikarya dan Geeta.

Mendengar itu, hati Geeta langsung misuh-misuh tidak jelas, “Ni ibu-ibu gak diajak.”

Dikarya hanya diam tidak merespon, dia bisa mendaoat masalah jika ada keributan di sini.

Bisa saja nama baik keluarganya dijatuhkan oleh penulis-penulis artikel yang tidak bertanggung jawab.

Dengan cepat ia menarik tangan Geeta keluar seteleh membayar belanjaannya.

HEH! LEPASIN GUE.” kesal Geeta saat tiba-tiba Dikarya menarik tangannya.

Ibu-ibu dan mbak kasirpun terheran dengan sikap keduanya dan berakhir bergosip.

Entahlah, apa mungkin membicadakan Geeta yang matre atau membicarakan Dikarya yang selingkuh.

Sementara di luar, Dikarya tengah bersusah payah untuk membuat Geeta tenang.

Dikarya hanya bisa menyuruh Geeta untuk diam dengan menggunakan gerakan tangan.

“BISA GAK SIH LO NGOMONG?”

“Gue bisu anying.” jawab Dikarya dalam hati.

Sesaat setelah sadar akan perkataannya, Geeta juga terdiam.

Kini hening diantara mereka.

Mereka sibuk dengan pikiran masing-masing, dan lagi-lagi mata mereka bertemu dengan ibu-ibu yang tadi di dalam minimarket.

Dan, anehnya ibu-ibu itu juga melihat Dikarya dan Geeta. Dasar, ibu-ibu kepoan.

“EKHEM...”

Geeta berdehem untuk mencarikan suasana, sangat aneh jika orang-orang melihat mereka seperti tatapan ibu-ibu tadi.

Bodoh, bisa-bisanya Geeta menyuruh orang bisu untuk bicara.

Dikarya hanya diam mematung dan lain halnya dengan Geeta yang mengedarkan pandangannya untuk mencari tempat demi meluruskan perkara headphone ini.

“Ki-kita duduk disana aja.” ajak Geeta dengan terbata-bata dengan tempo cepat sembari menunjuk mas-mas penjual Es campur yang tengah mangkal.

Setelah mengatakan hal itu, Geeta dengan cepat berjalan mendahului Dikarya menuju tempat penjual mas es campur dan tidak menghiraukan Dikarya yang saat ini tengah berdebar.

Sementara Geeta berjalan, aku Dikarya mengikutinya dari belakang dengan sedikit tersenyum, “Pasti dia malu.” monolog Dikarya dalam hati.

****

Bengong. Kata bengong adalah kata yang pas untuk mewakili mereka saat ini.

Dikarya sekarang sudah lelah setelah 10 menit kurang bergerak untuk menjelaskan ‘mengapa ia tidak bisa ke taman hari itu’. Dan, usahanya sia-sia karna Geeta tidak begitu pandai bahasa isyarat.

“Sumpah, gue gak akan ngerti kalo lo gak ngomong.” ujar Geeta.

“Ya gimana, gue kalo bisa ngomong juga ngomong.” balas Dikarya dalam hati.

Kini, mereka berdua menikmati es campur dengan ke-bengongan yang melanda.

Sementara, mas-mas es campur memperhatikan mereka berdua setelah melayani pembeli lainnya.

“Dek, kok bengong? Nanti kesambet lho.” tegur mas-mas tersebut menyadarkan Geeta dan Dikarya.

“Ya kalo gak bengong mau gimana lagi mas? Udah gak ada harapan.”

Mas-mas itupun mengangguk sendu ketika mendengar ucapan Geeta yang tidak bersemangat.

Pikirnya, “Masalah percintaan anak muda memang rumit.”

Di sisi lain, Dikarya sedikit mengetuk meja dan mengambil perhatian Geeta,  “Kenapa?”

Dikarya menyendok es campurnya sekali dan menyodorkan handphone yang berada dikantongnya selama 20 menit kehadapan Geeta.

“Kok gak dari tadi?” tanya Geeta dengan wajah memelas.

Sementara Dikarya hanya tersenyum bahagia karna mendapat waktu 20 menit lebih bersama Geeta hari ini.

@rnndt_sfyn

DIAM (Park Jeongwoo) || ON GOINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang