02

49 24 5
                                    

"Saya gak bisa bantu kamu sebelum tahu semua kejadian,"

"Saya ke sini jauh-jauh, kamu pikir bisa membodohi saya?"

"Kalo saya gak tau, gimana mau bantu? Ibaratkan saya bantu orang yang gak ada masalah, untuk apa bantuin kamu?"

***

Prolog cerita bukan berarti permulaan, dan akhir bukan berarti sudah berakhir. Setiap cerita memiliki titik keremukan, akankah titik itu menjadi epilog penyelesaian? Ataukah menjadi awal dari kisah yang berkelanjutan?

Hari ini Nata dan Angga berangkat menuju kediaman orang misterius itu, sesuai permintaan Basmanta. Kali ini mau tidak mau, mereka harus meminta dan mendapatkan bantuan. Semoga saja, perjalanan dan pertemuan mereka dengan orang itu berjalan lancar.

"Kak, kira-kira orang itu siapa?" tanya Angga yang duduk di samping Nata.

"Gak tau," jawab Nata singkat sembari fokus untuk mengemudikan mobil.

"Gue juga tau Lo gk tau. Tapi ya g buat gue heran, kok bisa papah percaya banget sama dia? Lanjut Angga panjang lebar bertanya.

Ciiiittt....

Lagian bukan cuma Lo yang pusing. Semua juga pusing, jangan berlagak paling pusing. Karena, semua juga bakalan pusing, dan gue juga pusing kalo Lo marah marah,"

Ardinata megerem secara mendadak hingga menimbulkan suara decitan ban. Sedikit ia memukul stir di hadapannya. "Gue juga gak tau. Bisa gak Lo diem, banyak ngomong Lo. Lo tau gak gue lagi pusing? Bisa gak usah timbulin banyak pertanyaan?" tekan Nata dengan mengusap wajah diakhir.

"Sorry, gue cuma nanya. Lo tau gue kepoan," kata Angga. "Lagian bukan cuma Lo yang pusing. Semua juga pusing, jangan berlagak paling pusing. Karena, semua juga bakalan pusing, dan gue juga pusing kalo Lo marah marah,"

"Nyesel gue bawa lo."

***

Selang beberapa jam, Nata dan Angga sudah hampir sampai ke desa yang di tuju. Sejenak, Nata menghentikan mobil yang dikemudinya lalu melihat tanda perbatasan desa.

"Dek, coba Lo cek lagi. Kita udah bener apa enggak." suruh Nata pada Angga.

Di sisi kaca spionnya, Nata melihat tidak ada satu-pun rumah di desa ini. Selama perjalanan, mereka hanya melewati pepohonan yang menjulang tinggi.

Sepi. Seakan tidak ada kehidupan di belakangnya.

Angga menatap serius handphone yang ia bawa. "Udah bener. Tapi Lo yakin ini desanya?" tanya Angga sedikit ragu dengan pemandangan yang ada dihadapannya.

"Emang kenapa?" tanya Nata.

"Maksud gue, Lo yakin ada orang yang tinggal di tengah hutan gini?" tanya Angga heran.

"Mungkin aja." Kata Nata. Setelah itu kembali melajukan mobil melewati perbatasan.

Selama diperjalanan, Angga dan Nata tidak saling berbicara. Hening dengan pikiran masing-masing.

Berbicara pun sekali-kali, saat merasa merinding dengan hawa yang mereka lewati.

"Keknya dikit lagi sampe, tapi ...." ucap Angga terpotong.

Nata yang mendengar melihat Angga sejenak dan kembali fokus ke arah jalan. "Tapi kenapa?"

"Sinyal-nya tiba-tiba ilang."

Nata mengerutkan dahinya dan sedikit tertawa. "Data kamu habis kali, coba pake hape gue." Suruh Nata masih dengan mengemudikan mobil.

Angga memutar bola matanya malas. "Nggak bisa juga. Mending tanya sama orang." kata Angga. "Tuh, ada orang." lanjut Nata dengan tangan menunjuk kakek-kakek di tengah sawah.

Kembali Nata mengedarkan pandangan sesuai arah mata Angga.
Siapa tau boneka sawah, bukan orang.

Netranya dengan teliti mendapati kakek-kakek yang tengah mencangkul di sawah.

"Oke, kita ke sana."

Tak berselang lama dengan pembicaraan, mereka sudah turun dari mobil dan berdiri di pinggir jalan raya. Sebenarnya cukup jauh untuk berjalan ke sawah tempat kakek-kakek itu mencangkul.

Nata dengan alis mengkerut melihat Angga sedang berdadah untuk mengambil atensi kakek-kakek itu."Lo yakin kita turun?" tanya Nata.

"Yaiyalah. Turun." jawab Angga.

Angga menyipitkan matanya melihat Nata yang nampak jijik dengan tanah sawah yang basah. "Kalo Lo gak mau yaudah, biar gue aja. Tapi kalo gue diapa-apain sama kakek-kakek itu Lo harus tanggung jawab." lanjut Angga dan turun ke sawah meninggalkan Nata.

Rela tidak rela. Setidaknya, walaupun Nata terbilang egois. Dia juga memiliki rasa tanggung jawab terhadap adiknya.

Saat ini ia harus ikut turun dan merelakan sepatu dan celananya terkena becek.

Lagian, Nata orang yang tidak mudah percaya pada orang baru. Berbeda dengan Angga yang meyakini bahwa semua orang itu baik.

Mereka juga berada di daerah orang, tidak mungkin Nata membiarkan Angga sendirian.

Setidaknya, Nata harus bisa menjaga Angga dengan baik saat ini.

@rnndts_sfyn

DIAM (Park Jeongwoo) || ON GOINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang