Aku menoleh ke kanan, ada trotoar. Tanpa berpikir panjang, langsung menompat ke sana.
BRUG!
Motor menabrak bagian belakang truk. Sementara aku tersungkur dan meringis kesakitan karena membentur trotoar. Telepak tangan ini terasa perih. Ada luka lecet yang cukup lebar.
Supir truk berjalan mendekat dan memarahiku. Aku pun hanya bisa meminta maaf, sambil menahan rasa sakit. Warga mulai berdatangan. Aku menjelaskan kalau rem motornya tiba-tiba blong. Namun, penjelasanku itu tidak diterima sang supir. Ia malah meminta ganti rugi. Kuambil dua lembar uang seratus ribuan. Ia protes karena uangnya kurang, tapi akhirnya diterima juga. Setelah itu, ia pergi bersama truknya. Sementara aku, masih duduk di trotoar.
Beberapa orang remaja terlihat memindahkan motorku ke pinggir jalan. Sementara itu, seorang warga membantuku berdiri dan berjalan ke depan toko yang masih tutup. Aku menghela napas panjang saat melihat bagian depan motor yang rusak parah. Tak terbayang jika tadi tidak melompat.
"Motornya masih bisa nyala, Bang," ucap Seorang remaja yang tadi memindahkan motorku. "Tapi stangnya rusak."
"Iya, gak apa-apa. Makasih ya." Kuambil dompet, berniat memberinya uang.
"Gak usah, Bang." Ia menolak, lalu pergi begitu saja.
Kini aku bingung memikirkan cara untuk pulang. Harapan satu-satunya adalah Ega. Kuambil ponsel di dalam tas, lalu meneleponnya.
"Halo! Apa, Lang?" ucap Ega saat telepon terhubung.
"Ga, tolongin gua dong," balasku.
"Tolongin apa? Si Samson kan udah dikasih makan sama Pak Ryan."
"Bukan itu! Ini gua abis kecelakaan."
"Hah? Seriusan?"
"Iya!"
"Ah, kagak percaya gua. Coba mana fotonya?"
"Temennya kecelakaan malah diminta foto."
"Gua males di-prank sama lu."
Kututup telepon, lalu melakukan panggilan video call dengan Ega. Kutunjukan luka-luka di tubuh ini dan kondisi motor yang rusak. "Ya Allah, beneran ternyata," ucap Ega, setelah melihat semuanya.
"Ya kali gua bercanda masalah beginian," sahutku, kesal.
"Ya udah gua meluncur ke sana. Serlok, Lang!"
"Oke. Buruan ya badan gua dah sakit nih."
"Iye, sabar jangan mati dulu."
"Parah beuth si Ega!" sahutku, kesal. Namun, ia langsung menutup video call.
_________
Sepuluh menit berlalu, aku masih duduk di tempat yang sama, menanti kedatangan Ega.
Kring!
Ada panggilan telepon. Buru-buru aku mengangkatnya, tanpa melihat dari siapa. "Halo, Ga?" ucapku.
"Ga siapa, Lang?" Ternyata bukan Ega, melainkan Kak Nasrul. Kenapa dalam situasi seperti ini ia menelepon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tujuh Hari Setelah Ibu Pergi [SUDAH TERBIT]
TerrorSetelah tujuh hari kematian ibu, suasana rumah berubah mencekam. Suara rintihan kerap kali terdengar dari kamarnya. Aku pun melihat, ibu sedang membenturkan kepalanya ke jalan. Ada apa dengan kematian ibu?