Chapter 13: Tombol Remot Air

6 0 0
                                    

Saatnya mencari tombol.

Ben melihat sebuah ruangan yang terlihat seperti ruangan keamanan di ujung taman. Ben pergi menuju ke ruang keamanan untuk mencari tombol remot tangki air.

"Bagus, gak dikunci.." Ucap Ben.

Ben melihat bahwa pintu ruang keamanan tidak dikunci atau ditahan dengan apapun. Hal ini memberikan Ben kemudahan untuk membuka pintu dan mencari tombol remot.

Sesampainya di dalam ruangan, Ben menemukan banyak sekali barang yang terletak di sana. Dan yang anehnya, semua barang tersebut seolah-olah tidak pernah digunakan atau bahkan disentuh sekalipun.

"Oke, saatnya mencari..." Ucap Ben.

Ben mulai menyisir seisi ruangan yang dimulai dengan yang terdekat dari dekat Ben. Ben menemukan sebuah rak yang di rak tersebut terletak beberapa barang, seperti kamera, baton, senter kepala, baterai, bahkan sebuah pistol lengkap dengan sedikit peluru.

"Cinta Tuhan..." Ucap Ben pelan.

Ben mengambil baton, senter kepala, baterai, dan pistol. Namun sebelum mengambil barang tersebut, Ben memastikan bahwa semua barang yang ada di rak itu berfungsi dengan baik.

"Senter, bekerja." Ucap Ben setelah menyalakan senter kepala.

Senter kepala sudah dipastikan menyala oleh Ben. Selanjutnya adalah pistol kecil yang terlihat masih bisa digunakan. Yang perlu dilakukan selanjutnya adalah mengecek apakah pistol yang ditemukan Ben masih bisa digunakan atau tidak.

"Magazin, ada..."Ucap Ben setelah mengeluarkan magazin pistol.

:...Peluru, ada 4 di sini." Ucap ben setelah melihat ada peluru di dalam magasin.

Ben kembali memasukan magasin pistol itu setelah mengeluarkannya. Ben turut mengambil baterai yang ada di rak.

"Mungkin terpakai..." Ucap Ben.

Ben memasukan semua barang yang Ia ambil ke dalam kantungnya, kecuali senter kepala yang Ia gunakan di kepalanya.

"Komputer...?" Ucap Ben.

Ben melihat sebuah komputer berukuran besar yang menyala di ujung ruangan. Penasaran akan hal itu, Ben mengecek komputer itu.

"CCTV?" Ucap Ben kebingungan.

"Bagaimana bisa ada di sini?" Lanjut Ben dengan nada kebingungan.

Komputer yang Ben cek masih dalam keadaan menyala. Dan komputer itu menunjukan beberapa kamera CCTV yang terpasang di seluruh rumah sakit. Namun, ada beberapa kamera yang tidak menyala.

"Naomi?" Ucap Ben.

Ben melihat seorang gadis dengan baju sekolah yang berlari di lorong rumah sakit dari kamera CCTV. Ben cukup yakin bahwa yang Ia lihat adalah Naomi.

"Bertahanlah, Naomi..." Ucap Ben mengarah ke layar komputer.

Ben bersiap untuk keluar dari ruangan itu dan menyelamatkan Naomi. Ben membuka pintu besi dari dalam ruangan keamanan dan keluar dari sana.

Ben telah kembali ke taman rumah sakit. Masih dengan kabut yang tebal khas Kota Claudia, Ben pergi menuju lorong utama rumah sakit melalui jalur patung air mancur.

"Sial, malah kekunci." Ucap Ben saat di depan pintu lorong.

Ben ingat bahwa Ia tidak mengunci pintu tersebut. Ben juga ingat bahwa tidak ada kunci untuk pintu itu. Ben pun memutari taman untuk mencari pintu alternatif untuk kembali masuk.

"Masa ga ada pintu masuk lain?" Ucap Ben setelah mengitari taman.

Ben tidak menemukan pintu lain selain pintu lorong utama. Maka dari itu, Ben memutuskan untuk kembali ke pintu korong utama dan mencoba lagi.

Claudia 1998Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang