"Kembali..." Ucap Ben pelan.
Ben menemukan dirinya kembali ke Kota Claudia. Atau lebih tepatnya di sebuah lapangan parkir yang jika keluar akan langsung membawa Ben kembali ke jalan raya Kota Claudia. Ben menutup trap door yang sebelumnya Ia gunakan untuk keluar dari bunker.
"Bagasi mobil yang masih bagus..." Ucap Ben.
Ben melihat ada dua mobil dengan kondisi yang sepertinya belum rusak atau hancur. Yang pertama Ben cek adalah mobil pertama, yaitu sebuah mobil polisi. Ben mengecek mobil itu dengan membuka bagasi mobil.
"Nah, ada peluru." Gumam Ben.
Ben menemukan sebuah peluru yang bisa digunakan untuk pistol miliknya. Ben mengisi peluru pistol dengan peluru yang baru saja Ia temukan.
"Bagus, siap dipakai..." Ucap Ben.
Ben menutup pintu bagasi mobil dan berlanjut mengecek bagian kabin utama mobil polisi.
"Shotgun..." Ucap Ben
"...datanglah kepada ayah..." Lanjut Ben.
Ben mengambil shotgun tersebut. Namun ada satu masalah: Ben tidak memiliki peluru untuk shotgun. Sehingga hanya 5 peluru yang bisa digunakan Ben untuk sekarang, yang artinya Shotgun hanya untuk keperluan yang sangat darurat.
Selanjutnya Ben mengecek mobil ambulan. Mobil itu terletak tepat di samping mobil polisi dan hanya bercat warna putih dan merah.
"Sial ga bisa dibuka..." Ucap Ben pelan.
Bagian depan dan samping mobil ambulan tidak bisa dibuka. Memaksa Ben hanya membuka satu pintu, yaitu pintu pasien.
"Bagus..." Ucap ben.
"Lumayan ada perban sama obat..." Lanjut Ben.
Di dalam bagian pasien dari mobil ambulan tersebut terdapat satu perban dan dua obat. Ben mengambil keduanya karena Ben masih memerlukan perban untuk menghentikan pendarahan di lututnya.
"Oke, akhirnya berhenti..." Ucap Ben setelah menggunakan perban.
Ben langsung menggunakan perban itu ke bagian lututnya. Yang secara otomatis menghentikan pendarahan di lututnya yang terjadi sejak sebelum Ia melawan laba-laba di bunker.
"Bagus, sekarang saatnya mencari Gedung Pusat Komunikasi lagi..." Ucap Ben.
Telah selesai dengan urusannya, Ben keluar dari lapangan parkir itu dan melihat bahwa ada jembatan yang sudah runtuh di sebelah kiri jalan, Bangunan yang hanya ada dinding dan tidak ada pintu di bagian depan, dan sebuah jalan yang masih utuh di sebelah kanan. Karena memang tidak ada jalan lain, Ben memutuskan untuk pergi ke arah jalan sebelah kanan.
"Naomi..." Ucap Ben saat Ia mendengar sesuatu.
"...Kau kah itu...?" Lanjut Ben.
Ben menoleh ke arah kanan, kiri dan belakang sembari Ia berjalan. Namun tidak ada orang atau apapun yang bergerak.
"Masa masih perasaan...?" Tanya Ben kepada dirinya sendiri.
Kali ini, Ben merasa bahwa ada orang yang benar-benar mengikutinya, namun makhluk itu tidak memperlihatkan wujudnya.
"Siapa di sana?" Tanya Ben.
Karena tidak ada yang menjawab setelah sekian lama, Ben memutuskan untuk melanjutkan perjalanannya. Hingga akhirnya Ben menemukan sebuah jalan buntu lagi. Maka dari itu, Ben membuka peta kota dan melihat apakah ada jalan yang bisa dilewati.
"Jalan di sini tidak bisa dilewati." Ucap Ben.
Ben langsung memberi tanda silang di peta yang menunjukan jalan buntu itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Claudia 1998
HorrorBen Cassian terbangun di sebuah hutan pinus yang berada di entah dimana tanpa memiliki ingatan setelah pulang dari pesta bersama teman kantor nya. Ben yang sedang mengeksplor hutan pinus menemukan sebuah rumah dengan surat untuk pergi mengarah ke Ko...