Chapter 14: Tangki Air

7 0 0
                                    

"Tangki air, Aku datang..." Ucap ben.

Ben telah berhasil mendapatkan semua tombol yang Ia perlukan untuk menyalakan tangki air dan mengambil kunci bunker. Ben kini harus kembali ke ruangan tangki air dan mengambil kunci bunker untuk keluar dari sana. Ben keluar dari ruangan kosong itu dan menuju ruangan tangki air.

Selamat datang di lorong neraka, atau begitulah Ben menyebutnya. Masih dengan suasana neraka, tiba-tiba Ben dihadang oleh 2 Bubble Head. Ben kini tidak ingin berkata apa-apa dan langsung menyerang mereka. Ben mengayunkan pipa besi miliknya ke salah satu Bubble Head yang menghadangnya.

"Sial! Pipanya rusak!" Teriak Ben saat pipa besinya patah.

Pipa besi kini sudah tidak bisa digunakan oleh Ben. Ben mencoba untuk merogoh kantongnya untuk pisau lipat miliknya.

"Permainan dilanjutkan!" Teriak Ben ke arah Bubble Head.

Ben menusuk bagian dada Bubble Head yang sebelumnya Ia lawan dengan pipa besi. Namun sayangnya, pisau besi yang Ben miliki sepertinya tidak lagi ampuh untuk menyerang Bubble Head.

"Masa harus pakai pistol..." Ucap Ben dengan suara kecil.

Ben tidak mau menggunakan pistolnya karena pelurunya hanya tersisa 5 butir saja. Maka dari itu, Ben memutuskan untuk menghindari mereka dengan berlari ke arah belakang. Hal itu dilakukan oleh Ben untuk menghindari tangkapan Bubble Head.

"Sial!" Teriak Ben.

"Ujung Ruangan!" Teriak Ben lagi.

Ben telah berada di ujung lorong bersama dengan Bubble Head yang masih mengejarnya. Kini ben tidak memiliki pilihan lain selain masuk ke dalam ruangan yang ada di dekat Ben untuk berlindung sementara waktu.

"Sial! gak ada ganjal apapun!" Ucap Ben saat Ia sudah berada di dalam ruangan itu.

Ruangan itu tidak memiliki lampu, sehingga satu-satunya pencahayaan selain senter Ben yang sedang tidak menyala adalah dari jendela luar.

"Bagus..." Gumam Ben.

Ben memiliki ide untuk melompat keluar dari jendela ketimbang menunggu Bubble Head yang ada di luar pergi menjauh. Untuk itu, Ben bersiap untuk melompat keluar dari jendela. yang terbuka itu.

"AAAAAAAA"

Ben teriak dengan kencang ketika Ben mendarat di taman. Kaki Ben yang mendarat di tanah terlebih dahulu membuat Kaki sebelah kanan Ben mengalami keseleo yang cukup parah. Ben mencoba untuk berdiri dengan sisa tenaga yang Ia miliki dan bersiap untuk berjalan kembali ke ruangan tangki air. Namun karena tenaga Ben yang terlalu sedikit untuk berdiri menyebabkan Ben jatuh pingsan untuk sementara waktu.

Beberapa saat kemudian...

Ben kembali sadar setelah selama beberapa waktu mengalami pingsan.

"Harus..."Ucap Ben.

"...Ke sana..." Ucap ebn lagi.

Ben mengalami rasa sakit yang parah ketika Ia mencoba untuk bangun dan kembali ke ruangan tangki air. Hingga akhirnya, Ben berhasil untuk bangun dari pingsannya. Namun karena kakinya yang masih sakit, menyebabkan ben harus berjalan dengan kondisi pincang.

"Aa, ah..." Ucap Ben dengan rasa sakit.

Ben memegang bagian lututnya untuk meredam sedikit rasa sakitnya. Namun itu hanya membantu sedikit karena rasa sakit itu cukup parah. Meskipun itu, Ben tetap harus kuat untuk mencapai ruang tangki air. Ketika Ben sudah sampai pintu masuk lorong, Ben mendobrak menggunakan tubuhnya ketimbang membukanya karena tangannya yang masih harus melindungi kakinya.

Claudia 1998Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang