➳09

3.6K 598 23
                                    

Flashback On

Normal pov


(Surname) (Name), adalah nama seorang gadis kecil periang yang selalu membuat Anastacius berdebar acapkali melihatnya. Senyuman hangat milik (Name) tak henti-hentinya menggerakan mulut Anastacius untuk berterimakasih kepada Dewa yang sudah mempertemukan malaikat padanya.

Namun bagi Anastacius, memiliki gadis itu hanyalah mimpi semata.

"Sudah berapa kali ibu bilang padamu! Jangan dekati anak pelayan itu Anastacius!! Dia tidak pantas untukmu"

Decakan kesal terdengar kala mengingat perkataan sang ibu yang mengusik pikirannya. Tidur dan beristirahat, Anastacius ingin tenang malam ini.

"Selamat pagi, Yang Mulia Putra Mahkota!"

"Selamat pagi, (Name)"

Ah.. Ini dia. Senyuman (Name) yang sangat Anastacius suka.

Usapan lembut terasa disurai pirangnya, memandang kagum gadis kecil didepannya dengan rona tipis dipipi.

"Anda ada masalah? Mau berbagi cerita?"

Setiap kali berdekatan dengan (Name), dada Anastacius berdebar lebih cepat. Ia jadi gelagapan dan tidak fokus. Anastacius sempat berpikir kalau dirinya sakit, namun menurut buku yang ia baca, ternyata ia telah jatuh cinta.

Anastacius kecil jatuh cinta pada sosok yang tidak seharusnya. Begitupun sebaliknya.

Tahun-tahun berlalu. Kini mereka beranjak dewasa, Anastacius tumbuh menjadi pemuda tampan yang sangat disegani para gadis cantik dari berbagai golongan.

Tidak hanya Anastacius, (Name) juga tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik. Bahkan para bangsawan yang datang berkunjung dengan anak lekakinya seringkali tertarik menjadikan (Name) sebagai menantu.

Bruk!

"Eh!? Yang Mulia anda...?!"

"Sssstt.. Diamlah. Biarkan seperti ini"

Pipi (Name) merona hebat merasakan tubuh Anastacius dibelakangnya. Pemuda jenjang itu memeluk erat tubuhnya.

Keheningan terjadi. Kedua insan itu enggan membuka suara, menikmati suasana tenang yang begitu damai.

Tanpa mereka sadari, waktu berjalan cepat. Langit biru dihari itu berganti menjadi oranye kemerahan, dan Anastacius akhirnya menyudahi pelukannya kemudiannya berterimakasih

"Terimakasih"

Beberapa bulan sejak itu, Anastacius benar-benar mengabaikan (Name). Ia seolah-olah bertingkah akan (Name) yang tidak pernah ada.

Agak menyakitkan tapi (Name) memakluminya. Seorang terhormat seperti Anastacius memang tidak pantas bersamanya.

"Nona (Name), apa anda kedinginan? Saya dari tadi melihat anda duduk disitu"

"Felix.. Tidak apa-apa. Tak perlu khawatir"

Senyum sendu (Name) terekam baik dipandangan Felix. Ia tidak suka melihat senyum itu. Senyum yang menandakan sang gadis yang tidak baik-baik saja.

Pemuda bermarga Rovein itu, sedari dulu mengenal (Name) dengan baik. Ia juga berteman dengan gadis itu karena orang tua keduanya yang cukup akrab.

"Anda ini selalu saja berkata tidak apa-apa.   Nona tahu, sekali-kali Nona juga harus mengatakan yang sejujurnya"

"Aku benar-benar baik Felix. Kau mengangguku saja dasar!!"

"Hehe maaf-maaf"

Tawa keduanya pecah beberapa saat. Menyalurkan reaksi masing-masing terhadap apa yang terjadi.

Kala itu, Felix Rovein sudah membulatkan perasaannya.

𝐑𝐞𝐝 𝐊𝐧𝐢𝐠𝐡𝐭 [END] || 𝓕𝓮𝓵𝓲𝔁 𝓡𝓸𝓿𝓮𝓲𝓷 𝔁 𝓡𝓮𝓪𝓭𝓮𝓻Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang