♣08

115 19 0
                                    

Tinggalkan jejak disini ★

Selamat membaca(。・ω・。)

®≈»♣

02 September 2021

Pagi hari menjelang, burung-burung berkicau dan sang mentari memancarkan sinarnya yang terang. Suara ketukan pintu terdengar menggema di sebuah kamar bernuansa biru langit. Terlihat sang pemilik kamar yang bergerak dari posisi tidurnya karena terganggu oleh suara ketukan yang keras.

"Mei, Meiza!" Valva berteriak memanggil putri semata wayangnya.

Meiza mengerjap sesaat berusaha mengumpulkan kesadarannya. Dengan gontai ia berjalan menuju pintu kamar yang semalam memang sengaja ia kunci.

"Kenapa, Bun?" Meiza bertanya dengan mata yang masih belum terbuka dengan sempurna.

"Astagfirullah, anak gadis. Baru bangun ternyata. Itu Grayson udah nunggu di bawah, katanya mau ngajak ke kampus bareng."

Sejak kejadian sepulang yasinan sebulan yang lalu Meiza memang beberapa kali berangkat ke kampus dengan Grayson, tentu saja atas paksaan nenek Clara.

Meiza menggaruk dahinya lalu mengangguk. "Ya udah, Meiza siap-siap dulu."

Valva mengangguk lalu kembali turun untuk menemui Grayson yang sedang mengobrol bersama sang suami, Zean.

"Oh, jadi kamu ngambil jurusan manajemen? Satu fakultas dong sama Meiza?" Samar-samar Valva mendengar suara Zean.

"Iya, Om. Cuma beda jurusan aja," jawab Grayson canggung.

"Rencana setelah tamat mau gimana? Nerusin perusahaan Papa kamu apa mau bikin perusahaan sendiri? Atau kamu ada cita-cita lain?" Zean kembali bertanya membuat Grayson mengulum bibirnya bingung.

"Belum ada rencana kesitu sih, Om." Grayson menjawab dengan senyum kecil.

Zean tertawa mendengar jawaban Grayson. "Waduh, rencanain dari sekarang dong. Biar nanti anak Om bisa langsung hidup enak pas nikah sama kamu," canda Zean.

"Mas, Meiza sama Grayson masih kecil, udah ngomongin nikah-nikah," tegur Valva yang datang sembari membawa dua gelas minuman.

"Eh, gak pa-pa dong, sayang. Kamu dulu pas nikah sama aku seumuran Grayson loh. Masih kecil unyu-unyu gimana gitu." Zean mengedipkan mata menggoda Valva yang langsung melotot garang.

Grayson terdiam melihat pemandangan di hadapannya, jika mamanya masih bersama sang papa apakah ia akan melihat pemandangan seperti ini setiap harinya? Grayson seketika tersenyum kecil saat membayangkannya.

"Nah, liat tuh, Sayang. Calon menantu kita udah senyum-senyum sendiri. Pasti lagi membayangkan masa depan." Zean berkata dengan senyum menggoda.

"Buset, ada apa nih nikah-nikah. Daddy mau nikah lagi?" tanya Meiza yang baru saja datang.

"Huss, cangkem-mu!" Pelotot Zean dan Meiza langsung menyengir tak bersalah.

"Hai, Kak abu. Makin terpancar aja ke gantengan lo," goda Meiza membuat Grayson memutar bola matanya malas.

"Anak perawan, genit amat," sindir Zean melihat kelakuan anak gadisnya.

"Ngaca dong, Dad. Daddy aja dah ngarep Mei nikah kan," balas Meiza kesal.

"Udah-udah. Mending kalian berangkat, daripada telat entar," titah Valva memecah perdebatan ayah dan anak itu.

"Daddy duluan kok," cetus Meiza melirik Zean yang mencibir.

GRAYSON♣Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang