"If you understand what you need, you don't have to think too hard."***
Mendengar keributan, orang tua dari keluarga Jeon ini langsung saja menghampiri mereka, di kamar Jungkook. Melihat kedua anaknya yang hampir saling menyakiti secara fisik, langsung dileraikan oleh Papa. Orang tua mereka sangat frustasi melihat kedua anaknya yang masih tidak ingin menyelesaikan masalah dengan kepala dingin, sama-sama egois, ingin saling menyakiti. Padahal ada banyak cara untuk menyelesaikan masalah tanpa harus saling melukai.
Dan di sinilah akhirnya mereka berkumpul kembali, di ruang tengah. Dua bersaudara itu saling menatap, sinis. Kania duduk di samping Jimin, tidak mungkin dia akan duduk di samping Jungkook, bisa-bisa dia juga akan babak belur.
"Saling menyakiti secara fisik bukan hal yang bisa menyelesaikan masalah." kata Papa sambil menatap kedua anaknya. "Kalian kenapa lagi? Papa sudah bilang, selesaikan secara baik-baik, kepala dingin. Kenapa kalian keras kepala?"
"Pa, ajari anakmu untuk lebih sopan kepada wanita. Dia hampir memukul Kania. Gimana aku nggak marah? Dia juga hampir mukul aku." kata Jimin dengan wajah yang terlihat sangat kesal. Apa yang dia katakan ini merupakan fakta. Dia berbicara fakta, dan Jungkook di sana hanya berdecih.
"Jungkook, apa benar yang dibilang oleh Jimin?" tanya Papa, Mama di sampingnya menatap Jungkook tidak percaya. Dia memang selalu tidak percaya dengan perlakuan anaknya.
"Ya." jawab Jungkook. Mendengar jawaban anak bungsu nya, Mama tidak percaya dengan ucapannya. Kenapa anaknya sangat tidak memikirkan perilaku yang ia lakukan?
"Bangga kamu jawab begitu? Bangga dengan sikapmu yang kurang ajar begitu? Papa dan Mama tidak pernah mengajarkan kamu untuk kasar terhadap wanita. Seburuk-buruk nya wanita, sekesal-kesalnya kamu terhadap wanita, Papa tidak pernah mengajarkan kamu untuk menyakiti wanita. Apalagi, menyakiti secara fisik. Menyakiti dengan lisan saja sudah sangat kurang ajar, Jeon Jungkook. Apalagi jika menyakiti dengan fisik. Melukai anak perempuan. Perempuan ini, anak dari orang lain. Bagaimana jika suatu saat nanti kamu memiliki anak perempuan, dan anak perempuan mu hampir dipukul oleh pria lain? Apa yang kamu rasakan? Apa yang kamu pikirkan. Jangan kurang ajar, Jungkook."
Papa marah, marah karena Jungkook yang bersikap kurang ajar kepada Kania. Menyakiti wanita, buruk sekali. Mama tidak bisa berkomentar. Karena menurutnya, Jungkook juga sudah sangat kurang ajar jika menyakiti Kania.
"Lo boleh benci sama perempuan ini, tapi jangan lo main fisik, main tangan. Lo tau? Cowok yang berani nyakitin cewek dengan main tangan, fisik, dia itu pecundang. Main tangannya sama perempuan. Banci."
Mendengar abangnya berkata seperti itu, emosi Jungkook semakin meningkat. Yang awalnya masih bisa dia tahan, kini tidak lagi. Dia berdiri, ingin menghampiri, namun ditahan. Siapa lagi kalau bukan Mama yang menahannya? Jungkook ingin menghempaskan tangannya, namun dia baru sadar ketika yang menahan dirinya adalah sang Mama. Tidak jadi. Dia duduk kembali. Dengan emosi yang masih menyelimuti dirinya.
"Jangan ngomong begitu, Jimin." Papa menegur.
"Tapi, fakta, kan?"
Papa tidak menjawab, melainkan mengalihkan wajahnya ke arah lain. Tidak berniat menjawab pertanyaan anak sulungnya. "Jungkook dan Kania, mau tidak mau kalian harus menikah."
"Aku kabur."
"Keliatan pecundang nya." Jungkook melirik sinis. "Nggak perlu mereka menikah, Pa. Aku yakin, walaupun mereka menikah, anak bungsu Papa nggak akan melakukan kewajibannya sebagai seorang suami dan calon Ayah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mistake (revisi) ✓
RomanceEND Park Jimin tidak pernah menyangka, di usianya yang masih berusia 25 tahun sudah harus menikah dengan perempuan yang ia tidak cintai, hanya karena kesalahan yang adiknya perbuat. - pjm_will, 27 Oktober 2022. pretty cover by InaGaemgyu.