Chapter 2 - Mind.

225 44 16
                                    



sangat berpengaruh sekali komentar dan vote kalian. jadi tolong komen, yaaa. aku suka sekali bacanya.

chapter ini full dengan Kania dan Jimin dulu. adakah yang pengen mereka bareng?

haha, atau.. Jungkook dan Kania?

semoga kalian menikmati bacaan chapter ini, ya!

absen dulu yuk, pembaca Mistake!

supaya makin nge-feel, baca chapter ini sambil dengan lagu Sunsetz - CAS.

***

"Lo nggak papa?" Jimin bertanya disaat mereka sedang berada di lampu merah. Iya, Kania ujung-ujungnya diantar pulang oleh Jimin. Pria itu tidak ingin jika Kania di sana hanya dipermalukan dan disudutkan terus-menerus oleh Jungkook dan Mama nya. Bukan Kania saja yang salah, Jungkook pun juga salah. Keputusan Papa menurut Jimin adalah keputusan yang paling tepat. Mereka berdua menikah, kemudian ketika Kania sudah melahirkan, mereka akan tes DNA. Jikapun bukan anak Jungkook, seharusnya mereka bersyukur, dan bisa membawa Kania ke tindak hukum karena kebohongan yang ia lakukan—mengaku-ngaku jika anak yang dikandungnya adalah anak Jungkook.

"Iya, Kak. Maaf, aku ngerepotin Kakak," ucapnya dengan suara yang pelan. Merasa sangat bersalah. Karena kesalahan dirinya, keluarga Jeon menjadi berselisih begini. Tapi, apakah mereka tidak tau jika keluarga Kania juga tengah hancur? Mengetahui anak satu-satunya mereka hamil di luar nikah? Tidak hancur seperti keluarga Jungkook, hanya tidak percaya dan merasa gagal mendidik anak perempuan mereka ini.

Jika kalian bertanya-tanya di mana orang tua Kania, jawabannya ada di rumah. Perempuan itu tidak ingin orang tuanya ikut ke rumah Jungkook, dia tidak ingin, dia ingin mencoba berbicara sendiri dengan Jungkook.

Pun, sebelumnya orang tua perempuan tersebut sudah memaksa Kania agar mereka itu. Tapi, tetap saja, Kania mengatakan jika dia ingin berbicara sendiri terlebih dahulu dengan Jungkook. Dan, orang tuanya pasrah, mereka mengikuti keinginan anak perempuan mereka.

"Sadar diri lo ternyata." ucap Jimin dengan ketus. Tapi, tidak dipermasalahkan oleh Kania sendiri. Menurutnya, kata-kata itu pantas untuk dirinya. "Kalau Jungkook sama sekali nggak berubah pikiran, nggak mau bertanggung jawab, lo mau berbuat apa, Kania?" tanya Jimin lalu melajukan mobilnya ketika lampu lalu lintas sudah berwarna hijau. Anak sulung keluarga Jeon ini sedikit bingung, yang bermasalah adalah adiknya, kenapa dirinya juga yang pusing?

"Aku mungkin akan membesarkan anakku sendiri, Kak."

Jimin merasa heran dengan ucapan wanita yang tengah ia antar untuk dibawa pulang ke rumahnya. Membesarkan anak seorang diri? Jimin bukannya ingin menjelek-jelekkan seorang perempuan, termasuk Kania sendiri. Jimin tahu, sangat tahu sesulit apa membesarkan anak seorang diri, apalagi mengandung tanpa ditemani oleh sang suami, itu benar-benar berat. Sama sekali tidak mudah. Dan bisa-bisanya Kania berkata seperti itu dengan mudahnya? Apa yang dipikirkan oleh perempuan itu?

"Gila ya, lo? Mengandung tanpa ditemani seorang suami, sekuat apa sih lo?"

Kania menunduk, meremas tangannya. Sedikit tergores hatinya mendengar kata-kata dari Jimin. Jujur, cukup menyakitkan. Mengingat Jungkook yang tidak ingin mengaku, tidak ingin menikah dengannya, tidak ingin membesarkan anak mereka bersama-sama, sakit sekali. Tapi dia juga merasa bodoh. Kenapa? Dia ingin-ingin saja diajak melakukan hal bejat itu dengan Jungkook, hanya karena kata-kata mutiara pria tampan itu, dia terpikat dan langsung percaya.

Bodoh, bodoh sekali.

Kenapa dia menjadi wanita sebodoh dan serendah ini? Dia mempermalukan nama orang tuanya, mempermalukan dirinya juga karena kesalahan yang ia perbuat. Kemudian, merasa tersakiti juga karena Jungkook yang tidak ingin bertanggung jawab. Tapi, bukan hanya dirinya saja yang salah. Jungkook juga. Namun, mengapa semua orang berada di pihak laki-laki itu? Mengapa semua orang percaya kepada Jeon Jungkook ini?

Mistake (revisi) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang