"Terkadang, apa yang tidak kita inginkan akan terjadi."***
"Kak, Kakak beneran mau nikahin aku?" Mereka berdua sedang berada di bangku taman, di dekat rumah keluarga Jeon. Setelah meyakinkan kepada kedua orang tuanya jika Jimin ingin menikahi Kania, pria itu membawa Kania ke taman terdekat untuk berbicara berdua. Tidak ingin diganggu oleh siapapun. Jimin yang meminta, yang tentunya Kania ikuti permintaan nya. Lagi pula, wanita itu juga penasaran mengapa Jimin dengan mudahnya ingin menikahi dirinya. Tidak salah, kah?
"Apa dengan cara meyakinkan kedua orang tua lo, gue masih dianggap bercanda?" perempuan itu diam, sebenarnya Jimin tidak perlu melakukan sampai sejauh ini. Ini sudah terlewat batas jika pria tersebut melakukan ini hanya merasa kasihan kepadanya. Bukan apa, Jimin adalah pria baik, dia pantas mendapatkan seorang perempuan yang lebih darinya. Lagi pula, Kania bisa melakukannya sendiri, ada orang tua yang mendukung dan akan membantunya. Jimin? Apa yang dilakukan lelaki itu sudah sangat membantu dirinya. Tidak perlu sampai menikahinya.
"Kak, pernikahan bukan hal sepele. Kenapa Kakak gampang banget ngomong pengen nikahi aku? Kak, nggak perlu sampai nikahi aku karena Kakak yang ngerasa kasihan sama aku. Kakak berada di sisiku aja, aku udah bersyukur karena Kakak banyak ngebantu."
"Yang bilang pernikahan sepele siapa, Kania? Gue gak bilang gue main-main mau ngajak lo nikah. Gue beneran mau nikahi lo." Jimin memperbaiki posisi topi yang ia pakai kemudian menatap Kania yang duduk di sampingnya. "Gue serius mau nikahi lo. Ini kesalahan Jungkook, tapi gue pengen bertanggung jawab. Gue memang bukan Ayah dari anak lo yang kandung, tapi gue pengen jaga dia. Gue mau nikahi lo bukan karena cuma kasihan ke lo aja, gue pengen nikahi lo juga karena gue udah berumur. Gue sendiri mikir, udah berumur, susah nyari perempuan karena nggak dekat, karena ada lo sekarang yang menurut gue pribadi kita udah dekat, gue udah kenal lo dengan baik, gak ada salahnya gue ajak lo ke jenjang yang serius. Walaupun gue tau, lo dan gue sama-sama gak ada rasa. Tapi itu urusan belakangan. Yang terpenting kita nikah, hidup bersama, jaga anak ini, soal rasa nanti ujung-ujungnya bakal datang sendiri, Kania."
"Kak—"
"Gue gak mau denger protes dari lo," Jimin kembali ke posisi semula, duduk menghadap ke arah depan dan menikmati langit-langit yang sudah tidak sepanas sebelumnya. "Lo mau kan, nikah sama gue?"
"Walaupun aku nolak, Kakak tetap maksa aku buat nikah sama Kakak, kan?"
"Good girl. Jadinya gue gak perlu jelasin panjang-panjang lagi ke lo. Jadi, kapan lo siap dilamar?" Pertanyaan Jimin sukses membuat Kania terkejut, lagi. Tidak bisa kah pria ini sehari saja tidak membuatnya terkejut? Lagi pula, Kania harus membicarakan hal ini dengan orang tuanya. Tidak mungkin dia ingin mengiyakan pertanyaan Jimin begitu saja tanpa menunggu jawaban restu dari kedua orang tuanya. Jimin menatapnya, menunggu jawabannya. Pria itu menatapnya dengan tatapan yang dalam, sukses membuat wajah Kania memerah.
Haduh,
"Kak, datang ke rumahku, bicarakan hal ini dengan orang tuaku. Aku nggak bisa memutuskan tanpa jawaban restu dari kedua orang tuaku." Jimin tersenyum tipis, setelahnya dia kembali menatap ke arah depan. Pria itu mengangguk, dia akan menuruti permintaan Kania. Tapi, sebelum Kania meminta pun, tentunya Jimin akan datang ke rumah untuk meminta restu. Membicarakan tentang hubungan mereka ini.
"Iya, pasti gue datang, Kania. Gue gak sebodoh itu, gue akan datang meminta restu." kata Jimin, membuat Kania senang. "Lo belum jawab pertanyaan gue. Lo maunya kapan untuk dilamar?"
Kania menunduk, menahan malu. Bagaimana bisa Jimin bertanya sesantai itu? Dia juga tidak tahu kapan dia ingin dilamar. Sejujurnya, dia masih belum siap untuk menikah. Apalagi, pria yang ingin menikahinya bukanlah orang yang ia cintai, plus orang yang menikahi merupakan kakak dari mantan kekasihnya. Gila. Terkadang Kania berpikir, mengapa jalan hidupnya seperti ini? Dulu, dia pernah berpikir menikah dengan Jungkook. Tetapi, kenapa sekarang dia akan menikah dengan kakak dari mantan kekasihnya?
Dari dulu hingga sekarang, dia tidak pernah berpikir atau membayangkan jika dia akan menikah dengan Jimin. Sedikit pun tidak pernah.
"Kok lo diem?" tanya Jimin merasa bingung melihat Kania yang hanya diam, terlihat memikirkan sesuatu.
"Aku nggak bisa jawab, Kak. Tergantung Kakak aja, kapan mau lamar aku. Siap lamar aku."
"Gue siap kapan pun, Kania. Gue siap. Hari ini, sekarang pun bisa. Tapi, yang mau dilamar kan lo. Gue nanya karena gue tau, lo mikir, yang mau ngelamar lo itu bukan pacar lo, bukan orang yang lo cintai. Gue ngasih waktu, nanya, kapan lo siap, gue takutnya lo gak siap gue lamar, malah yang keluar dari mulut lo nantinya adalah kata tolakan. Lo tau, kan, gue gak akan biarin lo nolak lamaran gue?"
Pengertian,
tapi di akhir kalimat, tiba-tiba membuat Kania sedikit takut.
Ah tidak, tidak mungkin yang dikatakan Jimin kepada Jungkook itu benar. Tadi, pasti bercanda. Tapi, kata-kata nya sedikit menakutkan, seperti obsesi.
"Besok, besok datang aja ke rumah ku, Kak."
"Oh, jadi lo udah siap? Nikah sama gue?"
Duh,
"Kakak ngomong begitu malahan ngebuat aku nggak yakin mau nikah sama Kakak. Tapi ujung-ujungnya juga, aku tetap dilamar dan nikah sama Kakak, kan?" Jimin tertawa, tertawa keras. Baru kali ini Kania mendengar Jimin tertawa lepas seperti ini. Selama dia mengenali Jimin, dia tidak pernah mendengar ataupun melihat pria itu tertawa lepas seperti ini. Ada rasa senang di hatinya. Tapi, ada tapinya, kenapa pria itu tertawa? Ada yang lucu? Padahal, Kania sendiri tidak merasa ada yang lucu. Dia sedang berbicara serius.
"Gue cuma mastiin aja, bukan ngebuat lo ragu. Iya, gue bakal tetap nikahin lo, kok. Gue bukan laki-laki yang suka ngebuat cewek ngerasa digantung, nge php-in cewek. Gue gak kayak adik gue." Pria itu membanggakan diri. Kania hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya, ternyata Jimin bisa membanggakan—menyombongkan, sih—dirinya sendiri. Perempuan itu kira, Jimin tipe orang yang tidak terlalu membuka diri. "Tapi, Kania, gue mau malam ini lo bicaraiin dengan orang tua lo. Sejujurnya, gue gak peduli gue gak dapat restu atau sebaliknya, karena gue bakal tetap berusaha buat ngejar lo."
"Kak.. berusaha ngejar lo, kata-katanya kayak orang yang jatuh cinta tapi nggak dapat restu, ditolak. Kamu cinta aku, Kak?" Bukannya ingin kepedean, tapi dari tadi kata-kata Jimin seperti seorang kekasih yang ingin menikahinya. Terus menanyakan mengenai pernikahan, dan terus mengatakan jika Kania tidak boleh menolak lamarannya. Jika dipikir-pikir dan diingat-ingat kembali, kenapa Jimin sangat mencampuri urusan Jungkook dan dirinya? Kenapa sampai rela menghabiskan waktu dengan Kania untuk menemani perempuan itu? Tidak bekerja selama beberapa hari, khusus hanya untuk menemani Kania. Bukankah itu terlalu.. berlebihan?
"Kalau iya, lo mau apa?"
***
halo, aku update, tapi belum back dari rest, sih. apa ya, aku gabut, ngeliat ada ini draft aku langsung update. HAHAHAH.
kayaknya aku belum ucapin selamat tahun baru.
selamat tahun baru untuk para pembaca ku, semoga di tahun ini kita lebih baik dari sebelumnya yaa.
15-01-23.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mistake (revisi) ✓
RomansaEND Park Jimin tidak pernah menyangka, di usianya yang masih berusia 25 tahun sudah harus menikah dengan perempuan yang ia tidak cintai, hanya karena kesalahan yang adiknya perbuat. - pjm_will, 27 Oktober 2022. pretty cover by InaGaemgyu.