Chapter 16 - Control.

129 28 1
                                    



"hidup tergantung bagaimana kita mendengar. jika terlalu mendengar orang lain, hidupmu tidak akan selalu tenang."

***

Hari ini hari Sabtu, dan Jimin meminta izin kepada Taehyung untuk tidak bekerja hari ini. Dia sudah berjanji kepada Kania untuk menemaninya kontrol dengan dokter.

"Terima kasih ya, Dok,"

Keduanya kini keluar dari ruangan Dokter, sekarang tengah menuju ke apotek untuk membeli obat dan vitamin yang disarankan oleh dokter. Sebelumnya, vitamin yang Kania konsumsi sudah baik, tapi vitamin yang dokter berikan pasti jauh lebih baik.

"Kania, gue bersyukur."

Kania melirik ke arah Jimin untuk mendengar perkataan pria itu selanjutnya.

"Gue bersyukur, anak lo kata dokter baik-baik aja, nggak kenapa-napa."

"Kenapa mikir gitu, Kak?"

"Gue takut anak lo kenapa-napa, awal-awal lo pasti nggak nerima semuanya, gue harap sekarang lo nggak terbebani dengan diri yang lo sekarang. Jangan pernah, ya? Nanti anak lo yang kenapa-napa kalau lo stress."

Kania hanya tersenyum tipis.

"Nggak, Kak. Selama Kakak ada di sisiku, aku nggak kenapa-napa lagi."

Jimin sangat senang mendengarnya.

"Syukur, Kania. Lo duduk dulu ya? Gue antri ambil obat dulu."

Kania mengangguk paham. Ia duduk di tempat menunggu, sesekali melihat ke arah Jimin yang tengah mengantri obat.

Yang dikatakan Jimin memang benar, ia sempat stress awalnya. Namun semenjak ada Jimin yang ada selalu untuknya, dia sudah merasa tidak terbebani. Kania bersyukur, dia tidak menyangka jika hidupnya dimudahkan dengan kedatangan Jimin. Tapi dia selalu merasa bersalah kepada Tuhan, sudah melakukan hal yang bodoh begini, Tuhan masih dengan baiknya mempertemukan dirinya dengan Jimin.

Kania harus banyak-banyak bersyukur.

Sekitar 30 menit-an, akhirnya pria itu sudah mendapatkan obatnya. Selama menunggu Jimin mengambilkan obat untuk dirinya, Kania hanya diam sembari memainkan ponselnya untuk menghilangkan rasa bosannya.

"Makan dulu, ya?"

"Iya, Kak. Aku lapar."

"Mau makan apa?"

"Yang pedes-pedes, boleh gak?"

"Jangan makan yang pedes. Yang lain,"

Kania memperlihatkan wajah kesalnya, Jimin yang bertanya namun dia juga yang melarangnya memilih makanan.

"Mau makan apa?"

"Yaudah, yang anget-anget aja. Boleh?"

"Ya, ayo. Makan dulu baru gue anter pulang. Anyway, lo di rumah aja, kan?"

Kania mengangguk.

"Ayah dan Ibu, gimana?"

"Di rumah aja, tapi Ayah kadang pergi ke kebunnya. Tapi hari ini kayaknya nggak. Kenapa, Kak?"

"Gue rencana hari ini mau ngelamar lo."

Hah?

Kania terdiam.

"Gue udah siapin sebelumnya. Orang tua gue juga udah siap nemenin gue."

Aduh, Kania tidak bisa berkata-kata. Perempuan itu terkejut hingga dia tidak tau bagaimana menanggapi ucapan Jimin.

Mistake (revisi) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang