"dunia itu indah, namun kejam. seperti manusia, terlihat indah, namun memiliki hati yang luar biasa jahatnya."***
Sesampainya di rumah, Kania langsung mendudukkan diri di atas ranjang dengan perasaan yang masih terkejut. Terkejut, bingung, dan merasa aneh dengan dirinya sekarang. Park Jimin. Iya, pria itu yang membuat nya bingung, linglung, terlihat seperti orang bodoh semenjak pria itu mengatakan akan menikahinya. Bahkan tadi di dalam mobil saja, ketika Jimin bertanya, dia sedikit tidak konsentrasi dengan pertanyaan pria itu. Memalukan. Tapi mau diapa, perkataan pria itu lebih membuat nya terkejut.
"Kania," suara Ibu, memanggil dirinya dari balik pintu. Kania langsung saja berdiri, beranjak membuka pintu kamarnya. Ibunya tersenyum lalu mengelus pundaknya. "Bagaimana hari ini? Semua baik-baik saja bersama Jimin?" tanya Ibu lalu mengajak Kania masuk ke dalam kamar. Duduk di atas ranjang, mencoba mengajak putrinya untuk berbicara. Berbicara mengenai apa saja yang ia lakukan bersama Jimin hari ini. Ibu ingin tahu, ingin tahu apa saja yang mereka lakukan, penasaran. Perempuan tua itu sendiri pun berharap jika Jimin bisa menjadi teman yang baik untuk anaknya. Agar anaknya tidak merasa kesepian, sendiri, dan merasa dibenci oleh orang sekitarnya.
Kania memang salah, namun dia tidak ingin jika anaknya merasa dibenci. Ia ingin anaknya tetap ceria seperti sebelumnya. Sekarang, Kania terlihat pendiam, cenderung, bahkan sering sekali melamun yang membuat Ayah dan Ibu sangat khawatir terhadap anak itu.
"Tadi sempat ke rumah nya dan bertemu dengan Jungkook, Bu," ucapnya, Ibu mengerutkan keningnya bingung. Berharap anaknya baik-baik saja.
"Dia nggak ngelakuin apa-apa ke kamu, kan, Nak?" Ibu bertanya, khawatir sekali.
"Hampir, tapi untung saja ada Kak Jimin yang menyelamatkan ku. Tadinya, aku hampir dipukul karena kami beradu mulut, Bu," ucapnya sambil tersenyum tipis. "Tapi tenang saja, Bu. Aku baik-baik saja. Aku tidak terluka, kok!" ucapnya, meyakinkan. Walaupun Kania meyakinkan, tapi Ibu tetap saja khawatir. Seperti nya, dia harus memberi nasihat lagi kepada Anaknya. Memperingatkan, jika tidak perlu datang lagi ke rumah Jungkook, bertemu dengan pria itu. Berbahaya sekali, apalagi jika sendiri. Ibu tidak bisa membayangkan apa yang terjadi jika Kania sendiri bertemu dengan Jungkook.
"Jangan bertemu dengan dia lagi, Nak. Walaupun ada kepentingan, jangan bertemu lagi. Ah tidak, bertemu, tapi di tempat umum, agar dia tidak berani melakukan hal-hal yang menyangkut menyakiti fisik mu. Jangan sampai, Nak. Haduh, Ibu jadi khawatir sekali denganmu."
Kania tersenyum, mengangguk. Dia akan menuruti perkataan Ibu nya. "Ibu, ada sesuatu yang ingin aku katakan kepada Ayah dan Ibu,"
"Oh, Ayah? Ibu panggil dulu, ya," kata Ibu, ingin beranjak memanggil Ayah namun ditahan lebih dulu oleh Kania.
"Jangan dulu, Bu. Kania ingin membicarakan hal ini dengan Ibu saja. Aku sedikit takut dengan Ayah."
"Oh, putriku ini ingin membicarakan apa? Kelihatan serius sekali. Ibu jadi penasaran."
Kania terdiam sejenak, mengambil kedua tangan Ibunya lalu digenggam dengan erat. Menatap kedua mata Ibu nya lalu menarik napas. Takut dan gugup sekali. "Bu, jika aku telah dilamar oleh seseorang, apa Ibu dan Ayah akan memberi restu?"
Terkejut tentunya,
namun Ibu tetap terlihat tenang."Memangnya, siapa pria yang sangat berani melamar anak Ibu?" tanya nya. Anaknya, Kania, kenapa banyak sekali pria yang menyukai nya? Perempuan itu baru saja disakiti oleh satu pria, dan sudah ada yang melamarnya? Kania memang sepertinya harus dijaga dengan ketat. "Jika saja lelaki itu datang kemari, membicarakan bersama dengan kedua orang tuanya, Ibu akan merestui. Kenapa? Karena dia sudah berani ingin mencoba untuk mengambil dirimu dari Ayah dan Ibu."
"Ibu.." Kania tidak tahu harus menjawab apa. "Orang itu adalah Kak Jimin, Bu. Kakak dari mantan pacarku."
***
Ayah dan Ibu menatap anak semata wayangnya yang sedang duduk ketakutan di hadapan mereka. Kania sedari tadi menggenggam tangannya, sesekali mengusap kedua tangan nya karena takut untuk menjelaskan. Apalagi Ayah nya kini menatapnya dengan tatapan datarnya. Tatapan datar namun menakutkan, sih.
"Kania," Ayah memanggil. Suara berat itu membuat jantung Kania semakin berdetak dengan kencang. Apa yang harus ia katakan? Sebab, tadi Ibu benar-benar terkejut ketika Kania menyebut nama orang yang melamarnya, ingin menikahinya. Ibu khawatir, takut, jika Kania diapa-apakan oleh Jimin. Ibu bukannya ingin berburuk sangka kepada Jimin yang telah banyak membantu, tapi Ibu hanya khawatir. Tentu saja khawatir. Kan, Kania merupakan Kakak dari mantan anaknya. Bagaimana jika Jungkook yang merencanakan ini semua agar Kania menjadi korban? Haduh.
"Y-Ya, Ayah?"
"Siapa pria yang berani merebut mu dari kami?"
Kania mengangkat wajahnya, dia tidak boleh begini. Dia harus berbicara dengan Ayah dan Ibu nya. Lagi pula, tadi kan Jimin mengatakan jika dia harus berbicara dengan kedua orang tuanya mengenai hal ini.
"Kak Jimin," ucapnya pelan. "Kak Jimin yang ingin melamarku, Ayah."
Ayah tidak menjawab setelahnya, hanya menatap anaknya dari atas hingga bawah. Ayah hanya diam, terlihat berpikir. Kania ingin mencoba bertanya lagi, mengatakannya lagi, tapi rasa takutnya lebih besar.
"Kania, anak Ayah," Anak itu tertegun mendengar Ayahnya memanggil dirinya dengan sebutan tersebut. "Putri Ayah satu-satunya. Putri Ayah yang cantik ini, ingin diajak untuk berhubungan serius, ya?"
"Ayah.."
"Ayah sendiri, sih. Iya, boleh. Asalkan pria yang ingin melamar mu berani datang untuk berbicara dengan Ayah terlebih dahulu. Berani membuat ayah percaya kepadanya." kata pria tua itu lalu menyesap kopi yang sudah dibuatkan oleh istrinya.
"Hati Ibu bagiamana, Yah?" tanya Ibu yang duduk di samping Ayah.
"Jika hati Ayah sudah diluluhkan, dipastikan Ibu juga luluh," kata Ayah. Itu serius. Jika Ayah sudah setuju, pasti Ibu juga akan setuju.
Kania tersenyum tipis,
berarti, Jimin memiliki peluang untuk tetap melamar dirinya—asalkan pria itu pun bisa meluluhkan hatinya, jika tidak, maka dia harus berusaha lagi. Tapi sepertinya akan berhasil sebab dia memiliki tekad yang cukup tinggi. Memiliki keinginan untuk memiliki nya, jadi seperti nya bisa—bisa meluluhkan hati Ayah nya pastinya.
"Menurut Ayah pribadi, Kak Jimin itu seperti apa?" Ayah diam, tidak langsung menjawab. Pria itu berpikir beberapa saat untuk menjawab pertanyaan putri nya. "Mungkin, aku masih bisa mempertimbangkan ingin menikah dengannya atau tidak jika Ayah menilainya. Sejak pertama Ayah bertemu dengan Kak Jimin."
"Menurut Ayah, ya? Saat pertama kali Ayah melihat calon mu ini, dia merupakan pria baik. Tapi, Ayah sendiri tidak bisa menilainya secara langsung. Dia harus bisa mengambil hati Ayah, dia harus memulai pendekatan dengan keluarga kita. Putri Ayah, kau harus belajar dari kesalahan mu, Ayah dan Ibu pun seperti itu. Kami dulu awalnya sangat senang dengan Jungkook, karena sikapnya yang baik dan sangat sopan. Tapi pada akhirnya, sifatnya pun terlihat."
Bener kata Ayah, dia harus belajar dari kesalahan, jangan terlalu percaya pada seorang lelaki.
"Lantas, jika seperti Jungkook, sudah kenal dengan lama. Bagaimana Ayah akan percaya dengan Kak Jimin?" tanya perempuan tersebut.
"Datang kemari dan membicarakan hal ini, kalau bisa, bersama dengan orang tuanya."
***
konflik nya bakal bener-bener panjang, semoga nggak bosen.
30-01-2023
KAMU SEDANG MEMBACA
Mistake (revisi) ✓
RomanceEND Park Jimin tidak pernah menyangka, di usianya yang masih berusia 25 tahun sudah harus menikah dengan perempuan yang ia tidak cintai, hanya karena kesalahan yang adiknya perbuat. - pjm_will, 27 Oktober 2022. pretty cover by InaGaemgyu.