Adriana pikir hubungan dengan status berbeda yang dijalani dirinya dan Adrian tidak akan berlangsung lama. Nyatanya pikiran wanita itu harus dipatahkan dengan kenyataan hari ini.
Mengingat kalau tepat esok hari mereka akan melangsungkan anniversary yang ke satu tahun untuk hubungan dengan status pacaran. Rasanya seperti mimpi.
Selama setahun pun, Adriana pikir tidak akan ada yang berubah. Mengingat mereka memang sudah bersama sejak kecil, sudah saling mengetahui satu sama lain. Dan hubungan yang mereka jalani, Adriana pikir akan sama seperti saat mereka bersama dulu.
Nyatanya, lagi-lagi pikiran wanita itu dipatahkan dengan realita kenyataan. Ada yang berbeda selama hubungan ini berlangsung. Adriana mengetahuinya. Terlebih dari Adrian juga dirinya sendiri. Namun Adriana tidak ingin berpikir jauh, dirinya harus memastikan lebih dulu 'keanehan' yang terjadi sebelum memutuskannya untuk bercerita pada Adrian.
"Na?" Bola mata Adriana mengerjap. Menatap Laura yang menatapnya dengan tampang kesal.
"Apa?" Laura mendesah. Mengedikan dagunya yang membuat Adriana mengikuti gerakan tersebut.
"Ah... Gue lagi gak fokus." Adriana terkekeh pelan. Menatap rangkaian bunga yang ada di tangan wanita itu.
"Adrian ya?" Adriana hanya bergumam. Kembali fokus dengan rangkaian bunga permintaan Laura.
"Kayaknya beda ya. Lebih cerah gitu." Kepala Adriana mengangguk tanpa di komando. Menyetujui ucapan Laura.
"Dia, punya pacar ya?" Tidak ada yang tau hubungan 'pacaran' antara Adriana dan Adrian. Mereka menganggap kedekatan keduanya adalah wajar. Di mana ada Adriana, disitulah Adrian juga hadir. Ini sudah terjadi jauh sebelum ini.
"Mungkin. Ini, udah selesai. Sisanya nanti siang gue kirim ke rumah lo." Laura mengangguk. Menatap takjub pada rangkaian bunga dari Adriana.
"Oke. Gue balik dulu. Jangan lupa sore ya." Adriana mengangguk. Setelah membiarkan Laura mengecup kedua pipinya, wanita itu meninggalkan toko bunga Adriana.
"Na?" Satu jam kemudian Adrian menemui Adriana. Menatap wanita itu yang kembali melamun.
"Excuse, Adriana Athania Agatha." Jentikan jemari Adrian di depan wajah wanita itu membuat Adriana tersadar dari lamunannya.
"Hai." Sapa Adrian dengan senyum. Adriana mengangguk lalu refleks mengecup rahang Adrian. Tanpa sadar kalau mereka sedang berada di luar.
Adrian berdeham. Menatap ke sekeliling, berharap tidak ada yang melihat apa yang Adriana lakukan tadi. "Mau beli hadiah kan?" Adriana mengangguk. Beranjak dari kursinya untuk mengambil barang-barang milik wanita itu.
***
"Stop..." Adriana mengerang. Merasakan gigitan Adrian di ceruk lehernya. Adriana yakin, Adrian akan menimbulkan bekas di sana.
"Quickly?" Adriana tau, itu bukan pertanyaan, karena sesuatu yang terasa keras dan besar di bawah sana adalah buktinya. Adrian tidak akan bisa menahan jika sudah dalam keadaan tersebut.
"Kalau gue bilang gak, lo bakal tetap lakuin kan?" Adrian tersenyum. Tangannya langsung menyingkap dress yang dipakai Adriana. Menarik lepas kain segitiga yang menutupi aset wanita itu.
"Main cepat." Ingat Adriana. Harusnya satu jam lalu mereka sudah berangkat untuk mencari hadiah untuk Mama Laura yang berulang tahun hari ini.
Namun Adrian malah menahan Adriana di ruang kerjanya yang berada di lantai dua saat wanita itu ingin mengambil barang-barangnya.
Yap, satu perubahan yang terjadi yang lain dalam hubungan mereka adalah ini. Sebuah kegiatan yang paling disukai oleh keduanya.
Awalnya Adriana sangat tidak setuju. Wanita itu merasa sudah cukup dengan status pacaran mereka, dan untuk hubungan ranjang, rasanya akan aneh. Mengingat mereka adalah sahabat kecil.
Membayangkan wajah Adrian dan melakukan bersama pria itu, Adriana tidak pernah berpikir sebelumnya. Namun kini, Adriana akui, Adrian adalah satu-satunya untuk dirinya.
Wanita itu tidak pernah melakukan bersama Rizki—sang mantan pacar. Dan Adriana tau, dia sudah terlalu jauh untuk mengakhiri semua ini.
Semuanya terasa tidak sama lagi seperti dulu.
"Shhh..." Suara desis Adrian terdengar. Adriana menatap pria itu dari balik bahunya. Wajah pria itu yang merah juga dengan keringat yang membasahi keningnya membuat Adrian terlihat lebih seksi. Apalagi dengan rambutnya yang acak-acakan karena ulah jemari Adriana.
Adriana menyukainya.
"Kiss me." Pinta Adrian yang langsung diberikan oleh Adriana. Adriana mencium bibir tipis itu dengan rakus. Seolah tidak ada hari esok.
Keduanya bergejolak, sama-sama mencari titik untuk mendapatkan sebuah kenikmatan.
"Fuck!" Maki Adrian begitu merasakan sesuatu semakin menjepitnya dibawah sana.
Gerakan pinggul pria itu semakin keras, menghentak dengan tempo yang laju. Membuat ruangan yang sunyi itu semakin panas, membakar tubuh keduanya. Sampai akhirnya keduanya mendapat apa yang mereka cari.
"Gue pengen lebih." Ucap Adrian begitu mendapat pelepasan. Membalikkan tubuh Adriana untuk dapat menatap wajah wanita itu.
"Dri." Wajah Adriana berubah kesal. Tangannya sibuk memperbaiki pakaiannya. Terlihat sekali mengejar waktu.
"Terima kasih dan maaf." Ucap Adrian dengan tulus diikuti ciuman lama pada kening wanita itu.