Photograph

522 53 2
                                    

Adriana tersenyum. Memandang cerahnya langit pagi ini. Dari balkon kamar yang ditempati dirinya, Adriana bisa leluasa menatap jalanan, melihat bagaimana orang-orang beraktivitas pagi di bawah sana.

Salah satu tangan Adriana terangkat, seolah ingin menggapai sesuatu di atas langit. Lalu senyumnya lenyap. Kepala Adriana jatuh tertunduk. Menghela nafas, Adriana kembali mengulas senyum.

"Gue iri sama langit. Dia bisa liat lo kapan aja." Lirihnya.

"Na. Bangun dong. Katanya hari ini mau joging." Adriana bergumam. Mengabaikan guncangan pelan pada pundaknya.

"Adriana!" Mata Adriana terbuka. Menatap Adrian yang sudah siap dengan pakaian olahraga yang kini berdiri di samping kasur.

"Duh. Malas banget. Lo aja deh." Adriana mengibaskan tangan sebelum kembali menutup mata juga menaikkan selimut sampai ke dada.

"Tidurnya jangan sampe siang. Jangan lupa sarapan ya." Lalu Adriana merasakan kecupan pada keningnya. Setelahnya bunyi pintu terdengar. Menandakan bahwa Adrian sudah pergi.

Sekitar setengah jam kemudian wanita itu terbangun. Merasakan gerah. Begitu melihat jam yang sudah menunjukkan pukul sebelas lewat, Adriana memilih turun dari kasur, membersihkan diri.

Di dapur, Adriana menemukan sarapan yang dibuatkan Adrian untuknya. Senyum Adriana langsung terbit setelah melihat apa yang dihidangkan pria itu untuknya.

Oatmeal dan smoothie buah. Adriana paling suka smoothie buatan Adrian. Selalu yang terenak.

"Bagus banget baru sarapan jam segini." Di tengah menikmati sarapannya, Adriana  di kagetkan dengan suara Adrian yang terdengar sangat dekat.

"Ya kan gue baru bangun." Adrian menggelengkan kepalanya. Meletakkan sebuah kresek di samping smoothie Adriana.

"Ice cream." Adriana mengangguk. Membiarkan Adrian kembali memberikan kecupan pada keningnya sebelum pria itu menghilang entah ke mana.

Bentuk perhatian sederhana dari Adrian kinilah yang sangat dirindukan oleh wanita itu. Setiap bersama Adrian, wanita itu tidak pernah sekalipun merasakan kekurangan, semua kebutuhannya selalu terpenuhi jika bersama pria itu.

"Pulang, Adrian."

***

Adrian merasa lega juga sedih secara bersamaan. Lega karena memiliki kesibukan yang mengharuskan pria itu memberi waktu penuh pada pekerjaannya. Sedih karena tidak bisa bertemu dengan sosok yang sangat dicintai pria itu.

Bukan keinginannya atau membenarkan perintah Adriana yang harus menjauh dari wanita itu, namun setelah kejadian malam itu, Adrian disibukkan dengan pekerjaannya. Membuat pria itu tidak bisa meluangkan waktu untuk Adriana. Untuk menjelaskan, memperjuangkan apa yang pria itu harus lakukan.

Seperti saat ini, ditengah kesibukan pria itu, bayangan Adriana terus saja terpatri di kepala Adrian. Pria itu selalu membayangkan Adriana. Bertanya-tanya tentang keadaan wanita itu yang berbeda dengan tempat Adrian berada kini.

Adrian menatap foto yang ada di atas meja kerjanya. Sebuah foto yang diam-diam Adrian ambil ketika sang empu sendiri tidak menyadari lensa bidikan kamera dari Adrian.

Ibu jari Adrian mengelus permukaan foto tersebut. Memejamkan mata untuk mengingat kenangan bersama Adriana. Berapa lama dirinya sudah pergi dari wanita itu? Seminggu? Sebulan? Dua bulan? Ah, tidak. Ternyata sudah enam bulan berlalu. Betapa Adrian sangat merindukan seorang Adriana Athania Agatha.

"Gue rindu lo, Na."

***

"Dri." Adrian yang sedang membaca buku, menoleh pada Adriana di sampingnya yang tengah berbaring telentang.

"Hm?"

"Dulu, Mami pas hamil ngidam apa ya?" Dahi Adrian membentuk garis lurus. Bingung mendengar pertanyaan aneh dari Adriana.

"Gak tau. Emang kenapa?"

"Kok bisa ngelahirin anak semanis gue." Dan wajah tersenyum Adriana yang sangat menyebalkan yang ditujukan pada Adrian, membuat lelaki itu ingin sekali meraup habis.

"Basi." Senyum Adriana langsung lenyap berganti dengan wajah kesalnya. Wanita itu lalu memunggungi Adrian setelahnya.

Namun dua menit kemudian Adriana kembali berbalik, menghadap Adrian. Menarik ujung kaos yang dipakai pria itu.

"Kenapa, hm?" Tanya Adrian dengan acuh. Fokus pada bacaan pria itu.

"Gue mau ngingetin lo."

"Apa?"

"Yang kaya gue gini, gak ada dua di dunia." Barulah Adrian menatap wanita itu. Adrian hanya mengulas senyum manis sebelum kembali melanjutkan bacaannya.

Give Me Your Forever ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang