▪︎ Happy reading
▪︎ Kalo suka like, komen, sama share, ya~~~
Ratu sudah siap mengenakan pakaian rapi untuk melamar kerja. Hampir satu bulan keliling mencari kerja, belum juga ada yang menerima lamarannya. Kebanyakan perusahaan mencari pegawai lulusan sarjana, sementara dia hanya memiliki ijazah SMA. Hari ini dia berniat melamar pekerjaan sebagai pegawai paruh waktu di restoran atau swalayan. Apa pun posisinya akan diterima asal dia mendapat pekerjaan. Kini, hanya dia satu-satunya harapan keluarga sebagai tulang punggung.
Di tengah terik panas matahari, wanita itu berjalan memasuki satu restoran ke restoran lainnya.
"Maaf, belum ada lowongan."
"Jadi tukang cuci piring di dapur juga nggak apa-apa, Pak. Saya butuh banget pekerjaan ini." Ratu mencoba untuk bernegosiasi.
"Sekali lagi, maaf. Kami belum butuh orang. Silakan cari di tempat lain."
Ratu tidak menyerah meski mendapat penolakan berkali-kali. Dia tetap semangat memasuki restoran selanjutnya. Di kaca depan tertulis membutuhkan pelayan. Semoga rezekinya.
"Permisi, apa benar di sini lagi nyari pelayan? Saya liat tulisan di depan."
"Oh, iya bener. Tapi, maaf banget. Baru aja kami menerima pegawai baru. Belum sempat melepas tulisan di depan."
"Oh, gitu, ya. Apa nggak ada pekerjaan lain untuk saya?" Ratu berharap ada satu saja lowongan lagi untuknya.
"Wah, maaf banget, Mbak. Kami cuma butuh satu pegawai. Maaf, ya."
"Baik kalo gitu. Saya permisi."
Dengan wajah lesu dia keluar dari restoran tersebut. Berjalan menyusuri jalanan yang makin terasa panas. Dia memutuskan untuk berteduh di bawah pohon sambil menikmati es cendol dari pedagang kaki lima. Dia sudah berkeliling hingga pukul dua siang, tetapi belum juga mendapatkan pekerjaan.
"Ini, Bang gelas sama uangnya. Makasih." Ratu menyerahkan gelas kosong dan uang pecahan dua puluh ribu rupiah kepada pedagang es cendol.
"Ini kembaliannya, Mbak. Mbaknya kerja di deket sini?"
Ratu tersenyum lalu mengambil uang pecahan sepuluh ribu dari pedagang tersebut. "Bukan, Bang. Saya masih cari kerjaan. Dari tadi muter-muter di sekitar sini, tapi belom rezekinya."
"Oh, masih cari kerjaan. Oh, iya. Saya inget. Di ujung gang seberang itu ada swalayan lagi cari pegawai. Swalayannya cukup gede, kok. Mbaknya bisa coba ke sana. Kali aja belum ada yang ngisi."
Letih yang dirasakan, seketika hilang tergantikan oleh harapan yang sangat besar dari informasi yang baru saja didengar. Ratu mengikuti arah yang ditunjuk oleh pedagang es cendol tersebut.
"Makasih, ya, Bang. Kalo gitu saya mau langsung ke sana." Ratu tersenyum lalu berpamitan kepada pedagang itu.
Wanita itu berjalan menyusuri trotoar sebelum menyeberang ke jalan besar untuk tiba di ujung gang yang dimaksud oleh pedagang tadi. Dalam hati, dia terus merapalkan doa agar posisi yang dicari oleh pihak swalayan tersebut masih kosong. Ratu mempercepat langkah saat mendekati swalayan yang dimaksud.
Tiba di depan swalayan tersebut, dia melihat pengumuman yang ditempel di pintu kaca. Dengan penuh percaya diri, dia memasuki tempat itu dan langsung menuju kasir.
"Permisi! Kak, saya mau menanyakan mengenai lowongan kerja yang ditempel di depan. Apa masih kosong?"
Wanita di balik meja kasir itu menatap Ratu dari atas hingga bawah lalu kembali lagi ke atas. Ratu yang ditatap seperti itu merasa agak risih, tetapi harus tetap ditahan demi mendapatkan pekerjaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketiban Meteor Cinta [TERBIT]
RomanceMenyandang nama Ratu tak lantas membuat wanita 26 tahun itu memiliki kehidupan mewah seperti seorang ratu sungguhan. Ratu Anindya harus berhenti kuliah dan menjadi pekerja paruh waktu di beberapa tempat sejak kepergian sang ayah. Di tengah kerumitan...