▪︎ Happy reading
▪︎ Kalo suka like, komen, sama share, ya~~~
Seharian itu, Ratu memilih mengunci diri di dalam kamar. Ibu, kakak, dan keponakannya sudah mencoba mengetuk pintu untuk meminta agar diperbolehkan masuk. Namun, wanita yang menutup wajah dengan bantal itu tetap tidak mau ditemui dan justru menyuruh keluarganya pergi. Dia masih terlalu malu untuk bertemu dengan Rani dan Bela. Secara tidak langsung, orang yang pernah dia suka adalah penyebab kehancuran hubungan sang kakak dengan Adipati. Dia bahkan masih sempat tertawa dan bernostalgia bersama Raja.
Setelah puas menangis dan menyalahkan diri sendiri, akhirnya Ratu memutuskan keluar dari kamar pukul tujuh malam. Dia tidak masuk dan tidak memberi kabar apa pun kepada kepala toko. Wanita itu hanya butuh mengistirahatkan pikirannya sejenak.
"Ratu! Akhirnya, lo keluar juga. Kita semua khawatir sama lo." Rani yang berada di ruang tengah bersama Anggun dan Bela langsung berkomentar saat melihat adiknya berdiri di depan kamar.
Ratu tersenyum agar keluarganya tenang. Kemudian, dia mendekat dan duduk di antara ibu dan keponakannya.
"Sori, ya. Jadi bikin kalian semua khawatir." Ratu menoleh kepada Bela yang berada di sisi kanannya. "Bela beneran nggak apa-apa nggak tinggal sama Papa?"
Bela menggeleng sebelum menjawab, "Aku nggak apa-apa, kok, Momy. Meski aku nggak ngerti ada masalah apa antara Bunda sama Papa, tapi aku seneng udah bisa ketemu sama Papa. Aku lebih suka tinggal di sini. Aku takut nggak bisa ketemu Bunda, Momy, sama Eyang lagi kalo tinggal sama Papa. Kalo memang Papa sayang sama aku, pasti nanti Papa ngunjungin aku ke sini lagi. Iya, kan, Bunda?" Bela menatap Rani untuk mendapat jawaban atas pertanyaan terakhirnya.
Rani menarik kedua tangan Bela lalu menggenggamnya. "Iya, Sayang. Makasih, ya, udah jadi malaikat kecil Bunda yang pinter dan pengertian."
Bela segera memeluk Rani dan diikuti oleh dua orang lainnya. Mereka kembali menangis bersama.
"Udah malem, Bela tidur, ya. Besok harus ke sekolah, kan? Hari ini udah bolos."
"Sama kayak Momy."
Ratu tertawa mendengar Bela mengembalikan kata-katanya. "Kita sama. Kalo gitu, besok kita harus masuk. Oke?"
"Oke, Momy. Aku tidur dulu." Gadis kecil itu bergantian mencium pipi Anggun, Ratu, dan Rani lalu masuk ke kamar.
Ratu membantu kakaknya yang ingin duduk di sofa. Kini tinggal mereka berdua setelah Anggun menyusul Bela ke kamar. Awalnya, kedua wanita itu hanya diam sampai Rani menepuk-nepuk punggung tangan Ratu.
"Lo jangan terlalu benci sama Raja, ya. Gue tau dia nggak salah."
Ratu melirik kakaknya dengan mengerutkan kening. "Bukannya lo yang selalu ingetin gue buat nggak percaya sama cowok? Lo sendiri yang bilang kalo cowok itu sama aja. Nggak menutup kemungkinan itu berlaku juga untuk Raja, kan? So, kenapa sekarang lo jadi belain dia? Seharusnya lo marah, dong. Karena kalo dia terima perjodohan itu, lo sama Kak Adipati nggak akan berakhir kayak sekarang."
Rani tersenyum sambil menggeleng. "Lo salah. Lo lupa, kenapa orang tua Mas Adipati milih jodohin dia? Karena mereka udah nggak suka sama gue sejak keluarga kita bangkrut dan terlibat masalah. Jadi, kalopun Mas Adipati nggak dijodohin sama cewek yang harusnya dijodohin sama Raja itu, pasti mereka bakal cari cewek lain yang berasal dari keluarga kaya juga."
"Tapi, kan, tetep aja, Kak."
"Tu, gue akuin kalo gue udah salah nilai Raja. Setelah gue tau dia nolak perjodohan karena udah punya pilihannya sendiri dan lebih milih keluar dari rumah. Gue percaya dia orang baik. Dia sayang banget sama lo, Tu. Gue yakin, cewek yang dimaksud Raja itu ya lo. Hubungan gue sama Mas Adipati emang udah ditakdirkan bubar. Gue udah bisa terima semuanya. Gue udah bisa terima keadaan gue sekarang. Dan gue masih bersyukur karena punya lo, Mama, juga Bela."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketiban Meteor Cinta [TERBIT]
Roman d'amourMenyandang nama Ratu tak lantas membuat wanita 26 tahun itu memiliki kehidupan mewah seperti seorang ratu sungguhan. Ratu Anindya harus berhenti kuliah dan menjadi pekerja paruh waktu di beberapa tempat sejak kepergian sang ayah. Di tengah kerumitan...