▪︎ Happy reading
▪︎ Kalo suka like, komen, sama share, ya~~~
Pagi ini, di rumah Ratu terasa sepi. Bela sudah berangkat pagi-pagi dijemput oleh guru untuk mengikuti karyawisata, sementara Ratu diam di kamar sejak pulang dari tempat kerja Putra semalam. Anggun maupun Rani tidak ada yang berani bertanya kepada wanita itu. Mereka yakin anak bungsu dalam keluarga itu sedang mengalami masalah dan tidak ingin diganggu untuk sementara waktu. Wanita itu pasti akan keluar dengan sendirinya jika sudah merasa tenang.
Tepat pukul sembilan pagi, Ratu keluar dari kamar. Wanita yang masih mengenakan pakaian tidur itu berjalan ke dapur. Saat hendak mengambil minum, dia melihat ibunya berbincang dengan Rani sambil mendorong kursi roda sang kakak. Dia beralih ke meja makan lalu memeriksa isi dari tudung saji.
"Ratu, udah bangun, Nak? Kamu tumben jam segini baru bangun?" tanya Anggun yang telah sampai di ruang tengah bersama putri sulungnya.
"Oh, iya, Ma. Maaf, ya, Ratu nggak bantuin masak. Bela udah berangkat?"
"Hari ini Bela ada karyawisata. Jadi, tadi berangkat pagi-pagi banget dijemput sama gurunya. Gue yang minta."
"Sori, ya, Kak. Jadi ngerepotin gurunya Bela."
"Santai aja, kali, Tu. Lo nggak kerja? Atau sif siang?"
Ratu membantu menarik kursi sebelum ibunya duduk. "Gue ada interviu di tempat baru, Kak. Palingan nanti mampir swalayan buat ngasih surat pengunduran diri. Terus sorenya baru ke kafe."
"Lo mau berhenti dari Betamart? Nggak sayang, gitu?"
"Enggaklah, Kak. Gue dapet tawaran kerja di bidang yang gue minatin selama ini. Jadi, gue nggak mau nyia-nyiain kesempatan langka ini."
"Ya, udah. Mama selalu doain yang terbaik buat kamu."
Rani menghela napas. "Iya, gue juga bakal selalu dukung keputusan lo."
"Makasih, ya."
Ratu mengambil piring lalu sarapan. Setelah itu dia bersiap untuk pergi ke Meteor Mobile melakukan interviu.
Wanita itu sudah berada di atas motor dan melambai untuk berpamitan kepada ibu dan kakaknya yang berada di teras. Dia melajukan Honda BeAT merah marun keluar dari halaman rumah. Seketika, semilir angin menerpa wajahnya dengan terik matahari yang mulai menembus kulit.
Ratu tiba di depan salah satu toko gadget terbesar yang berada di daerah Kebayoran Baru, Jakarta Selatan sepuluh menit lebih awal dari waktu yang ditentukan. Wanita yang mengenakan blus biru muda bermotif bunga dan dipadukan dengan rok sepan selutut itu memasuki toko. Dia langsung disambut oleh seorang sales wanita yang menawarkan bantuan untuk memilih ponsel.
"Maaf, Kak. Saya ke sini mau ketemu sama Pak Galih untuk interviu."
"Oh, iya, bener. Maaf, ya, Kak. Saya kira pelanggan. Mari saya antar ke ruangan Pak Galih."
Ratu mengangguk lalu mengikuti wanita yang berjalan terlebih dulu itu. Mereka naik ke lantai dua dan belok ke kiri menuju ruangan yang berada di ujung koridor. Pegawai wanita itu mengetuk pintu dan terdengar suara dari dalam yang mempersilakan masuk.
"Pak Galih, orang yang mau interviu udah dateng." Pegawai wanita itu bicara dari ambang pintu.
"Ya udah, suruh masuk aja. Makasih, ya."
"Siap, Pak." Dia beralih kepada Ratu yang berdiri di belakangnya lalu tersenyum. "Silakan masuk, Kak. Pak Galih udah nunggu di dalam. Saya permisi dulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketiban Meteor Cinta [TERBIT]
Roman d'amourMenyandang nama Ratu tak lantas membuat wanita 26 tahun itu memiliki kehidupan mewah seperti seorang ratu sungguhan. Ratu Anindya harus berhenti kuliah dan menjadi pekerja paruh waktu di beberapa tempat sejak kepergian sang ayah. Di tengah kerumitan...