Episode 2

283 31 1
                                    

"Ah.. Dia orangnya?"

"Aku baru pertama kali melihatnya, bahkan saat kucari di Linkedin, tidak ada. Kurasa dia bukanlah orang yang berpengaruh"

"Lalu sedang apa dia disini? Kenapa bisa orang seperti itu mengatur perusahaan?"

"Dia sudah menikah dengan putri perempuan keluarga Kim. Maka dari itu dialah yang memegang perusahaan ini"

"Bukankah Presdir mempunyai anak lelaki?"

Jehoon menghela nafasnya dengan sangat berat. Bagaimana tidak? Baru saja dirinya ingin lebih dekat dengan para staff di kantor, namun ternyata ini yang ia dapatkan.

Seluruh orang membicarakannya. Seluruhnya! Bahkan di toilet pun dirinya samar-samar mendengar para staff berbicara buruk tentang dirinya. Padahal saat acara penyambutan beberapa hari yang lalu, mereka memuji dan bertepuk tangan dengan sangat keras.

Cih, manusia memang munafik.

"Kudengar anak lelakinya meninggal karena sebuah kecelakaan di Luar Negeri sana"

"Benarkah? Kasihan sekali Presdir Kim kehilangan penerusnya"

Ah, sudah diganti rupanya.
Kematian Kim Jewon sudah terdengar oleh kalangan staff perusahan dan mertuanya itu pandai dalam menutupi penyebab kematian anaknya.

Mati ditangan musuh. Itulah seharusnya yang orang lain ketahui, atau fakta yang orang lain harus tau.

"Penerusnya sudah tidak ada. Karena ku dengar anak perempuannya Presdir Kim tidak tertarik di dunia bisnis"

"Kasihan sekali bos baru itu harus menanggung dan menjalankan perusahaan yang bukan milik keluarganya"

Menyedihkan bukan? Jehoon sampai miris mendengarnya.

Kalau dipikir-pikir, Jehoon memang seperti diperalat oleh keluarga Kim. Dipinta untuk menjalankan perusahaan, menikah dengan Putrinya kemudian memberikan keturunan untuk meneruskan darah keluarganya.

Kenpa juga Jehoon mau hidup seperti ini? Jika bukan rasa bersalahnya pada Jewon, mungkin saja dirinya masih hidup bebas diluar sana.

Belakangan ini hidupnya tidaklah seseru sebelumnya. Bangun, bekerja, tidur. Itu saja kesehariannya.

"Kita lihat saja, seberapa jauh orang itu bisa memimpin perusahaan ini"

"Betul, karena jika dilihat dari segi pengalaman mah seharusnya kau yang naik jabatan, Hyun-ah. Dia tidak ada apa-apanya dibanding dirimu. Dia hanya beruntung karena sudah menikahi putri presdir Kim"

Semakin lama kuping Jehoon semakin merah saja mendengarnya. Bukan malu, namun marah.

Jehoon sangat marah mendengarnya. Maka dari itu, ia pun berjalan lagi ke ruangannya dan menatap beberapa tumpukan map disana.

70% map tersebut sudah ditinjau dan sudah diperbaiki olehnya. Manusia mana yang bisa mengerjakan hal tersebut dalam waktu kurang dari seminggu?

Jika mau sombong, pasti Jehoon sudah menunjukannya dari dulu. Namun ia tidak bisa. Dan tidak akan mau melakukannya.

Ting.
Ponselnya berbunyi, buru-buru saja ia mengambil dan tersenyum saat nama Kim Jiwon terpampang nyata di layar tersebut.

Jiwon
Pulang jam berapa? Ayahku sepertinya akan mampir kerumah

Padahal isi percakapan chat mereka tak jauh dari menanyakan kepulangan dan makan saja. Menanyakan kepulangan untuk mengunci pintu pagar dan makan untuk infokan ketersediaan bahan pangan dirumah.

Namun Jehoon tampak senang membacanya. Walaupun ia dan sang istri tidak pernah berbicara langsung dirumah, namun lelaki ini seperti tahu bahwa istrinya itu ada rasa khawatir.

The Woman I LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang