Prolog 2

315 46 5
                                    

Sungai Han malam itu sangat ramai seperti biasanya. Ada banyak yang datang berkunjung hanya untuk sekedar berkumpul dengan teman-teman, berwisata, atau bermain bersama keluarga. Tempat ini memang sangat cocok dijadikan tempat berkumpul.

Lee Jehoon, dari kejauhan sudah bisa melihat sahabatnya, Jewon yang duduk di kursi sendirian.

“Tuan, ini kopi pesananmu” ucap Jehoon menggoda sahabatnya.

Jewon pun tersenyum, mengambil kopi dari tangan Jehoon dan menggeser letak duduknya agar sahabatnya itu bisa duduk juga disana, “Gomawo”

“Sedang memikirkan apa?” tanya Jehoon pada Jewon.

“Keluargaku. Aku merindukannya” ucap Jewon.

“Pulanglah. Kau pasti sangat merindukan mereka kan? Jangan ditahan, sebaiknya kau pulang saja” ucap Jehoon pada Jewon.

Jewon hanya tersenyum. Sahabatnya ini memang selalu saja menyuruhnya pulang, karena Jewon memang sudah sangat merindukan keluarganya tiga bulan ini. Tapi ia tidak bisa pulang, dirinya terlalu malu untuk pulang.

“Kau tidak mau pulang?” tanya Jewon pada Jehoon.

“Aku? Kau kan tau jika aku berbohong pada keluargaku. Aku bilang padanya bahwa aku bekerja di salah satu perusahaan di London. Jadi aku tidak bisa pulang sekarang. Aku hanya akan pulang setahun sekali. Itupun juga saat Chuseok” ucap Jehoon.

“Akupun juga berbohong. Kau tau itu”

“Kau kan bilang pada orangtuamu jika kau bekerja di Jepang. Korea dan Jepang tidak sejauh London. Jadi kau bisa pulang kapanpun kau mau” ucap Jehoon lagi.

Terkadang, ada kalanya ucapan Jehoon benar. Hanya saja Jewon terlalu takut untuk melakukannya. Dari dulu Jewon selalu berpikir bahwa kenapa dirinya itu tidak seberani Jehoon? Sahabatnya itu sangat sempurna dimatanya.

“Aku merindukan orangtuaku. Dan juga adik perempuanku. Belakangan ini dia selalu hadir di mimpiku” ucap Jewon.

“Kau punya adik perempuan? Kenapa kau tidak pernah bilang padaku?”

“Benarkah? Aku mungkin lupa menceritakannya. Kau tau kan jika aku ini anak pertama? Aku punya seorang adik. Dia sangat kecil, cantik, polos dan juga manja padaku”

“Adikmu masih kecil? Umurnya berapa?”
“Entahlah. Kurasa sudah 28 tahun sekarang”

Jehoon menatap sahabatnya dengan tidak percaya, “Itu bukan anak kecil namanya”

Jewon pun tertawa, “Dia akan selamanya jadi anak kecil untukku. Aku sangat menyayanginya”

Jehoon mengangguk. Ia tidak mengerti bagaimana rasanya punya saudara, karena Jehoon adalah anak semata wayang di keluarganya. Ibunya itu terpaksa mengangkat rahimnya 5 tahun setelah Jehoon lahir karena menderita sakit. Jadilah Jehoon tidak punya adik.

Itu sebabnya Jehoon tidak tau rasanya memiliki seorang adik.

“Apa dia sudah menikah?” tanya Jehoon.

“Belum. Akupun juga heran kenapa dia tidak memiliki pacar. Padahal dia sangat cantik” ucap Jewon.

“Akupun juga heran dengan diriku. Coba kau lihat! Aku ini tampan bukan? Kenapa aku belum juga menikah ya?” ucap Jehoon yang mendapat gelak tawa oleh Jewon.

Benar juga. Diumur mereka sekarang, kenapa juga mereka belum punya istri? Bahkan pacar pun tidak ada. Mereka terlalu sibuk menjadi seorang anggota KX yang sibuk membasmi hama-hama bandar narkoba Korea Selatan.

The Woman I LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang