Episode 3

297 28 1
                                    

Kim Jiwon terdiam dalam duduknya. Perempuan itu menatap kearah jendela dengan kaca besar disana. Menatap kebun dan langit yang berwarna kebiruan.

Cuaca sedang bagus hari ini.

Ia sadar beberapa hari yang lalu dirinya mabuk. Bahkan ia sadar bahwa Jehoon menggendongnya menuju kamar, waktu itu.

Bukan tanpa alasan Kim Jiwon berdiam diri. Ia benar-benar memikirkan detail kejadian malam itu dan meyakinkan diri bahwa ia mendengar seluruh percakapan yang ada.

"Kau sendiri bagaimana? Apa kau mau mengandung anakku?"

Ucapan itu, selalu terputar di memori ingatannya. Ia yakin betul bahwa Jehoon kemarin sempat berkata demikian.

Samar-samar ada ingatan lain disana. Memori ketika Jehoon membantu Kim Jiwon untuk tertidur dikasurnya. Perempuan itu tidak terlalu ingat, namun ia yakin bahwa suaminya berkata demikian.

"Jangan terbebankan, Jiwon-ssi. Aku tidak akan memaksamu untuk mengandung anakku. Toh kita menikah juga tidak di dasari oleh cinta. Maafkan aku atas seluruh kejadian yang menimpa-mu"

Jiwon belum tahu, seperti apa sosok Jehoon sebenarnya. Karena selama menikah, keduanya hanya tinggal satu atap tanpa saling mengenal. Itu berlangsung hampir 7 minggu lamanya, atau bahkan hingga sekarang.

Rasa penasaran perempuan itupun datang, bagaimana jika Jehoon adalah orang yang baik? Apakah ia akan menyesal tidak membuka dirinya?

"Songsaenim.."

Sebuah suara kecil, membuat Jiwon menoleh. Dilihatnya Geumji ㅡsalah satu muridnyaㅡ datang dengan kertas origami yang ia bawa.

"Aku tidak bisa melakukannya" ucap sang anak sambil merengek.

Jiwon pun tersenyum, "Geumji-ya.. Kau bukannya tidak bisa. Tapi belum bisa, kemarilah. Songsaenim ajarkan untukmu"

Dengan telaten, Jiwon membantu Geumji untuk membuat pesawat dari kertas origami berwarna biru. Yang mana membuat anak kecil itu senang karena dirinya bisa melakukannya.

"Kamsahamnida Songsaenim" ucapnya sebelum pergi berlarian dengan kawan-kawannya.

Ya. Disinilah Kim Jiwon. Duduk disebuah kursi kecil dengan meja bundar yang melingkar milik muridnya. Tanpa sadar, ia melamunkan sang suami ketika sedang bekerja.

Menjadi guru Tk adalah mimpinya. Jiwon sangat menyukai anak-anak, dan ia mau mendidik mereka menjadi orang yang pandai. Apalagi angka kelahiran Korea sangat kecil akhir-akhir ini. Ia ingin Negara punya anak bangsa yang pintar.

Jika dibilang mampu, maka semua orang menjawab bahwa Jiwon mampu menjadi seorang Ibu. Parenting-nya sudah sangat bagus. Bahkan guru lainnya sudah tidak sabar menunggu Jiwon melahirkan anaknya.

Ia pun sama. Mimpinya adalah langsung memiliki anak ketika menikah. Ia tidak mau menundanya.

Namun dikarenakan ia menikah dengan lelaki yang bukan pilihannya, otomatis perempuan itu berpikir kembali untuk memiliki seorang anak.

Karena anak sejatinya adalah bukti cinta. Bagaimana bisa dirinya dan Jehoon memiliki anak apabila tidak ada rasa cinta diantara keduanya?

Perempuan itu mengambil ponselnya yang ternyata memiliki banyak pesan masuk. Salah satunya dari Jehoon, suaminya.

Tumben, karena Jehoon tidak pernah mengirim nya sebuah pesan apabila tidak penting dan pastinya selalu pada jam malam.

Jehoon
Kau pulang jam berapa? Ayahmu memintaku untuk datang ke acara peresmian kantor cabang baru, nanti malam. Apa kau bisa datang bersamaku?

The Woman I LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang