Episode 1

327 35 3
                                    

Takdir tuhan memang tidak bisa diubah. Sekuat apapun manusia berencana, tuhan akan tetap menjalankan apa yang telah ia persiapkan untuk umatnya. Sama halnya dengan Jehoon saat ini.

Siapa yang akan menyangka bahwa dirinya akan menikah diusia 37 tahun? Padahal cita-citanya adalah menjadi cold city namja yang tidak akan menikah sampai kapanpun. Ini diluar rencana hidupnya. Bagaimana bisa dia menikah?

Dengan adik dari sahabatnya pula.

"Hadirin yang terhormat. Mari kita sambut sang mempelai wanita, Kim Ji Won" ucap MC seraya memanggil Jiwon untuk datang.

Disanalah Kim Jiwon, berdiri disamping ayahnya dengan memakai gaun putih yang sangat cantik. Saking cantiknya, Jehoon sampai lupa bagaimana caranya mengedip.

Benarkah ini adalah Kim Jiwon yang barusaja ia temui beberapa bulan yang lalu? Benarkah perempuan ini akan menjadi istrinya dalam beberapa detik lagi?

Perempuan ini sangat sempurna. Tubuhnya tinggi, matanya besar, hidungnya mancung dan, oh.. Jangan lupakan bahwa dia itu pintar.

Akan seperti apa nanti keturunan mereka? Bukankah ini perpaduan yang sempurna?

Kim Wonju, tersenyum menatap calon menantu-nya yang terkesima melihat si mempelai wanita. Didekatkan nya tangan Kim Jiwon agar bisa diraih, kemudian Jehoon pun tersenyum dan mengajak Jiwon untuk menghadap kearah pak pendeta, berdua.

Tegang. Itulah yang keduanya rasakan. Tidak bisa Jiwon pungkiri bahwa dirinya khawatir. Ia deg-degan. Walaupun pernikahan ini hanya sandiwara diantara keduanya, namun ini sah dimata hukum.

Pendeta pun memulai acara, berbicara yang entah apa itu artinya dengan kedua mempelai yang masih sibuk dengan urusan masing-masing. Bermonolog di kepala mereka. Hingga akhirnya..

"Lee Jehoon-ssi, apakah kau menerima Kim Jiwon sebagai istrimu dalam suka ataupun duka?" tanyanya pada Jehoon.

Tentu. Jehoon akan menerimanya. Karena lelaki ini bukanlah orang bodoh, "Ne. Aku menerimanya"

"Kim Jiwon-ssi, apakah kau menerima Lee Jehoon sebagai suamimu dan bersedia menemaninya dalam suka maupun duka?"

Diam. Tidak ada suara.

Lama Jiwon tidak menjawabnya, membuat Jehoon terpaksa menoleh untuk sekedar menatap sang calon istri yang berada disampingnya. Pandangannya kosong, matanya berair. Membuat Jehoon ikut merasakan sedih yang ia rasakan.

Perasaan apa ini?

"Ne. Aku menerimanya" ucap Jiwon kepada pak Pendeta. Bohong.

Sungguh, Jiwon sejujurnya tidak ingin menikah dengan Jehoon karena dirinya sudah memantapkan hatinya ini untuk seseorang yang berada jauh disana. Namun apalah daya. Ia tidak mungkin mengecewakan keluarganya.

Terlebih lagi sang Bunda yang sangat merasa kehilangan.

Pendeta pun akhirnya mengesahkan keduanya dalam janji pernikahan yang sakral, dan menjadikan mereka sepasang suami dan istri, "Silahkan untuk mencium pasangan kalian"

Jiwon hanya terdiam. Memandangi Jehoon dengan tatapan kosong, sementara lelaki itu bingung dengan apa yang harus ia lakukan. Keduanya takut mengacaukan acara dan membuat seluruh orang bergunjing dibelakang mereka. Terlebih lagi banyak orang diluar keluarga yang menjadi tamu undangan.

Demi menyelamatkan harga diri keduanya, dengan perlahan Jehoon pun mencium bibir istrinya dengan lembut. Ia memiringkan kepalanya dengan harapan bahwa orang lain tidak akan melihat keduanya diam. Dan sepertinya itu berhasil. Seluruhnya bersorak gembira menatap dua mempelai yang nyatanya tidak saling mencintai satu sama lain.

The Woman I LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang