26 | Lo suka sama dia ya, Le?

221 51 1.3K
                                    

CHAPTER 26 | Lo suka sama dia ya, Le?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

CHAPTER 26 | Lo suka sama dia ya, Le?

🩹🩹🩹

"Kenapa Tuhan ambil hidup mama, Tita?"

Wanita itu menoleh ketika mendengar pertanyaan sederhana yang sebenarnya tidak sesederhana itu muncul dari mulut gadis kecil, yang baru saja kehilangan mamanya. Mata dan pipi merahnya belum juga hilang dari wajah gadis kecil cantik itu sejak sosok ibu yang dicintainya beberapa jam lalu selesai dimakamkan.

"Tuhan gak sayang sama mama lagi ya, Tita? Sampai Dia buat mama gak bisa hidup lagi."

"Mana mungkin Tuhan gak sayang sama mama kamu, Ge? Tuhan sayang sama semua makhluk ciptaan-Nya," ucap wanita itu dengan senyuman yang begitu tegar meskipun detik itu ia juga sedang merasakan sedih yang sama.

"Soalnya Tuhan udah bikin mama pergi tinggalin Gea, Tita. Tuhan senang ya lihat Gea nangis terus?"

"Bukan gitu, Gea." Ia tersenyum lagi sembari mengusap air mata di pipi gadis kecil itu. "Manusia itu ciptaan Tuhan. Mama kamu juga Tuhan yang menciptakan. Kamu sendiri ada karena Tuhan. Semua yang ada di dunia ini adalah milik Tuhan. Apa yang kamu lihat, semua yang ada di bumi ini terserah Tuhan karena Dia berhak melakukan apa pun pada ciptaan-Nya. Kita sebagai manusia harus tau itu, Ge. Tuhan tidak pernah membenci kita, tapi ingin manusia bisa terus percaya kalau Tuhan itu ada, Gea.

"Dengan mengambil mama kamu dari dunia ini, bukan berarti Tuhan jahat, tapi Dia ingin kamu bisa mempercayai bahwa Tuhan ada bersama kamu. Kalau kamu sedih, kamu bisa berdoa. Kalau kamu senang pun kamu bisa bersyukur. Hidup itu memang sementara tapi kamu gak boleh menyia-nyiakan yang sudah Tuhan berikan dan malah ingin cepat-cepat mati. Tuhan benci itu, Gea.

"Hidup atau mati bukan manusia yang menentukan. Tuhan yang berhak. Hanya Dia yang boleh melakukannya. Dia yang lebih tau apa yang terbaik buat kita semua."

"Jadi mama pergi itu baik ya, Tita?"

"Iya," balas wanita itu lagi. "Mama kamu jadi gak kesakitan lagi. Tuhan sangat mengerti mama, Gea. Lebih dari kita semua."

Setelah Gea baik-baik saja. Setelah memastikan Gea dapat tertidur dengan tenang saat itu, ia berbalik untuk mencari Erathan. Orang tua satu-satunya yang masih Gea miliki. Sebagai seorang kakak dari pria itu, seharusnya ia memang lebih memberi tahu apa yang dilakukan adiknya adalah salah.

"Mau sampai kapan kamu terus dingin ke anak kamu sendiri, Than? Apa kamu gak kasihan lihat Gea terus merasa kehilangan mamanya?" tanyanya. "Kakak awalnya baik-baik aja waktu istri kamu masih hidup. Kamu yang selalu sibuk kerja dan gak pernah punya waktu sama keluarga. Tapi apa kamu akan terus kayak gini? Membiarkan Gea tumbuh sendirian?"

Erathan menghela napas dan menatap kakak perempuannya itu. "Bukan urusanmu, Kak."

"Selalu keras kepala, kamu harus menyesal dulu ya supaya sadar?"

Jika Hidup Tidak Pernah AdaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang