22 | Lo harus berhenti, Be.

219 48 980
                                    

CHAPTER 22 | Lo harus berhenti, Be

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

CHAPTER 22 | Lo harus berhenti, Be.

🩹🩹🩹

Ketika mereka berdua diam-diam saling menatap ....

Satu hari setelah pemeran drama Cinderella diumumkan. Rora sudah mulai untuk latihan bersama dengan Leion dan Cheryl. Mereka memilih untuk datang ke auditorium sesuai permintaan Leion.

Sekarang tangan kanan Rora memegang naskah, sementara tangan kiri memegang bahu Leion. Sekali lagi ia menatap mata cowok itu. Ia ingin menjadikan adegan dansa ini sangat baik. Sembari membaca sambil juga memeragakan.

Awalnya beradu akting dengan Leion cukup membuat Rora kesulitan. Ia sudah berpikir macam-macam tentang cowok itu karena Leion sangat berpengaruh di kampus. Mungkin banyak sekali cewek yang akan membenci Rora setelah melihat penampilan mereka berdua di atas panggung.

Rora bersyukur karena setelah pentas, tidak ada cewek-cewek Leion yang membencinya. Mereka semua mendukung Rora karena penampilannya yang berhasil. Rora tidak tahu apakah mereka benar-benar mendukungnya atau ada alasan lain? Atau mungkin karena mereka tahu kalau Rora punya pacar? Mungkin saja alasan itu yang membuat mereka tidak membenci Rora.

Ia memang tidak bisa membuat semua orang menyukainya. Pasti ada saja yang membenci dirinya. Hanya Rora tidak pernah berniat membuat mereka menyukai atau membenci dirinya. Rora melakukan apa yang ingin dirinya lakukan.

"Kurang luwes, Rora!" teriak Cheryl dari bawah panggung. Cewek itu memosisikan diri sebagai penonton setelah Rora meminta untuk melihat dirinya dengan Leion. "Coba lo juga jangan terlalu kaku, Le!"

Rora mendengar Leion berdecak. Ia menatap Leion sekali lagi dan tersenyum. "Jangan marah, Leion!" ucapnya pelan, berharap hanya cowok itu yang mendengar.

"Gue capek dengar suara Cheryl," balas Leion lagi, kali ini cowok itu membantu tangan Rora untuk memegang bahunya dengan benar. "Jadi apa adegan selanjutnya?"

"Bagian dansa terakhir, pas suara jam dua belas bunyi, gue langsung menjauh dari lo. Kayak gini," ucap Rora mundur perlahan namun masih membawa tangan Leion di pinggang cewek itu. "Tapi tangan lo masih berusaha tahan pas gue tetap mau pergi."

Leion dengan benar mengikuti perkataan Rora. Cowok itu belajar begitu cepat meskipun dia sama sekali tidak memegang naskah detik ini. Rora sudah perlahan mundur untuk menjauh, ia membayangkan jarum jam tepat pukul dua belas malam di kepalanya. Ekspresi panik tercipta di wajah Rora.

Rora terus mundur meski tatapannya detik ini terarah pada Leion. Ia makin membawa langkah kakinya ke belakang untuk memastikan ia akan berlari setelah itu. Tetapi Rora tidak menyadari kalau ia sudah mencapai ujung panggung.

"RORA AWAS!"

Teriakan Cheryl membuat Rora makin takut, apalagi saat melihat wajah Leion yang berubah panik hampir berlari untuk meraih dirinya. Panggung ini cukup tinggi, jatuh dari atas bisa menyakitkan.

Jika Hidup Tidak Pernah AdaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang