20 | Aku pacar kamu, Be!

214 47 966
                                    

CHAPTER 20 | Aku pacar kamu, Be!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

CHAPTER 20 | Aku pacar kamu, Be!

🩹🩹🩹

"Lo pelacur, Gea!"

Gea menutup telinganya dengan begitu kuat. Ia tidak ingin mendengarkan suara semua orang. Ia ingin menghentikan waktu untuk membuatnya bisa sendirian.

Air matanya sudah sangat deras membasahi di pipi cewek itu. Gea mencoba mengatur napasnya yang menipis. Gea tidak mau terus terpojok. Ia ingin berlari bebas dan menjauh dari semua orang.

Meskipun orang-orang sedang mengelilinginya, Gea terpaksa mendongak untuk melihat keadaan di depan. Ia masih mendapati Cheryl yang sedang menatapnya. Gea menggeleng ketakutan dan sisa tenaga yang Gea punya membuat cewek itu bergerak.

Ia mendorong semua orang yang ada di depannya tanpa ampun. Asalkan Gea bisa lari. Asalkan ia bisa bernapas dan jauh dari semua orang.

Gea berlari makin kencang. Ia terus membawa kakinya tanpa arah. Cewek itu bahkan tidak peduli lagi dengan keadaan sekitar. Meski tanpa Gea sadari semua mahasiswa di Everleigh University kini memperhatikan kelakuan menggila cewek itu.

Tetapi satu tujuan Gea sekarang, ia masih berlari. Ia masih menjauh terus-menerus sampai Gea memastikan tidak ada lagi manusia yang bisa melihatnya.

Tidak ada lagi.

"Gea?"

Hanya saja ia baru menabrak seseorang. Dan orang itu sekarang menangkap tubuh Gea yang terjatuh.

Gea merasakan napasnya kian menipis. Ia terus mencari udara tapi begitu sulit. Namun Gea masih merasa seseorang sedang memegang wajahnya. Dia mengusap lembut pipinya.

"Tarik napas," ucap suara berat milik seorang cowok yang belum Gea sadari siapa orangnya. Tetapi Gea mengikuti perintah itu. Tangan gemetar karena panik milik cowok itu cukup terasa di kulit Gea. "Buang."

Gea membuka matanya tapi semua terasa buram untuk dilihat. Semuanya sangat tidak jelas baginya. Ia bahkan tidak tahu di mana sekarang dirinya berada.

"Sekali lagi, tarik napas!" pinta orang itu. "Buang! Bernapas, Gea. Jangan buat napas lo hilang."

Gea tidak bisa, ia kesulitan untuk mengatur napasnya sendiri. Isi pikirannya mengatakan ia tidak ingin bersama dengan orang lain. Ia ingin sendirian. Ia butuh ruang untuk sendiri yang sama sekali tidak ada manusia di dalamnya.

Tetapi cowok yang ia tabrak malah menahan Gea untuk terus bersama dengan cowok itu. Dia menahan Gea untuk tidak pergi. Dia hadir saat Gea bahkan tidak butuh orang lain. Dia tidak butuh siapa pun sekarang.

Tubuh Gea lemas. Suara-suara samar terdengar mengelilingi Gea. Terasa seperti daun beterbangan namun tidak indah, melainkan penuh duri yang siap menusuk Gea kapan saja.

"BERHENTI LO SEMUA!"

Gea tidak mengerti dengan keadaan yang terjadi detik ini. Tetapi suara cowok yang sekarang sedang mendekapnya berteriak begitu keras hingga ia mendengarnya dengan jelas. Gea ingin memastikan siapa, tapi ia terlalu lemah sekarang. Ia merasakan matanya memberat dan perlahan kesadarannya menghilang sehingga Gea tidak lagi tahu kalau cowok itu kembali berteriak sampai mereka berdua makin menjadi pusat perhatian.

Jika Hidup Tidak Pernah AdaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang