28. Hopelessly Devoted To You

235 38 19
                                    

Venus meletakkan begitu saja tas-tas belanjanya di salah satu meja. Beberapa bahkan terguling ke lantai, ia tak peduli.

Di pikirannya hanya satu, ia harus segera menemui ayahnya secepatnya.

"Ayah!" panggilnya seraya memasuki ruang kerja ayahnya, berharap pria itu ada di dalam sana seperti biasa, tetapi yang ia dapat hanyalah ruangan kosong.

"Ayah!" Kembali Venus berseru, langkahnya hendak memutar balik namun tertahan ketika sebuah tangan menunda gerakannya.

"Ve, ada apa? Kenapa teriak-teriak?" Yoanna menyambut kedatangan putrinya dengan kening berkerut.

"Ma! Ayah di mana?" tuntut Venus pada Yoanna, mencoba menghindar dari tatapan mata wanita yang selalu bisa melunakkan sekeras apa pun hatinya bertekad itu.

"Di ruang baca, tapi ada apa?"

"Mama tahu apa yang sudah Ayah lakukan? Ayah ganggu Ve lagi!"

"Ganggu? Ganggu gimana maksudnya?"

Tanpa menjawab, Venus bergegas pergi menuju ruangan yang berada di sebelah ruang kerja itu.

"Ve! Tunggu!"

Seruan mamanya tak membuat Venus menjadi lambat, justru kian mempercepat langkahnya.

"Ayah!!"

Bram Rahadi, yang sedang berdiri menghadap ke arah sebuah rak buku yang lebarnya hampir menutupi seluruh tembok di hadapannya, tak bereaksi saat puterinya memanggil.

"Ayah! Apa yang Ayah lakukan pada Leon?" Tangan Venus mengepal erat di kedua sisi tubuh. Amarah membuatnya gemetar. Napasnya memburu seiring dengan detak jantungnya yang makin meningkat.

"Leon? Leon kenapa?" Dapat Venus dengar Yoanna bertanya dengan nada penuh kebingungan. Tak ada kepalsuan dalam suaranya, yang membuat Venus yakin bahwa wanita itu tak tahu menahu tentang perbuatan suaminya.

Tak ada tanggapan dari Bram. Hanya tangannya saja yang meraih gelas bergagang tinggi berisi cairan merah keunguan di atas meja, yang pastinya adalah salah satu wine mahal koleksinya.

"Kenapa Ayah mengganggu bisnis orang tuanya?"

"Orang tua siapa? Leon?"

Venus tetap mengabaikan pertanyaan Yoanna.

Bram menggoyangkan gelasnya sebentar, lalu menghirup aroma dari minuman fermentasi gula plum dan anggur hitam yang khas itu. Chateau Margaux adalah wine yang kali ini dipilihnya untuk menemaninya menghadapi kemarahan puterinya. Wine itu termasuk wine paling tua yang ada di dunia, juga terkenal karena menjadi koleksi mantan presiden Amerika Serikat, Thomas Jefferson. Sesuai dugaan, Venus marah besar setelah mengetahui yang ia lakukan pada keluarga Leon. Dan ia membutuhkan penyeimbang untuk menghadapi kemarahan puterinya.

"Ayah! Jangan diam saja, jawab Ve!" teriak Venus, kesal dengan ayahnya yang tetap diam.

"Sejak awal kamu sudah tahu resikonya, kenapa tetap nekat?" Jawaban dari pertanyaan itu diucapkan dengan tenang tetapi sarat dengan ancaman.

Venus menantang mata Bram, kali ini bertekad tak akan kalah. Ia tak mau mengulang kesalahan yang sama lagi.

Atau kalau boleh jujur, ia tak mau kehilangan Leon.

"Keluarga Leon nggak ada kaitannya dengan masalah kita. Jadi jangan libatkan mereka. Mengganggu keluarganya hanya untuk menjauhkan Leon dari Ve itu adalah tindakan pengecut, Ayah. Ve nggak nyangka kalau Ayah akan bertindak serendah ini."

"Karena dia terlalu sombong!" dengus Bram, teringat sikap Leon saat berada di kantornya. Menolak uang yang ia tawarkan dan bersikap menggurui seolah-olah lebih tahu yang terbaik untuk Venus dibandingkan dia, ayahnya sendiri. Anak muda itu jelas harus diberi pelajaran.

Lunatic Love [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang