Dua

67 19 6
                                    

Disinilah mereka, duduk berdua di kursi taman sambil menghadap kolam berenang yang ada di halaman belakang. Qyara menghela napas pelan, sesekali melirik Arya yang ada disebelahnya.

Bersama Arya berdua dan duduk bersebelahan seperti ini membuat napas Qyara tidak beraturan dan hatinya semakin tidak bisa diatur. Apalagi, dengan mencium aroma woody dari pria ini membuat Qyara ingin pingsan.

Sudah 10 menit berlalu dan tidak ada yang memulai percakapan, sehingga membuat suasana semakin canggung. Di pikirannya terbesit banyak pertanyaan yang ingin ia ajukan pada Arya, tapi ia grogi takut ketahuan kalau ia salting. Kan malu!

"Kak," panggil Qyara akhirnya, tetap dengan pandangan ke arah kolam berenang. Tetapi, tidak ada sahutan dari Arya.

"Kak, ternyata kita temen dari kecil ya. Aku bener – bener lupa loh! Kakak inget nggak?" tanya Qyara dengan nada seceria mungkin untuk mencairkan suasana yang canggung ini, tapi tetap tidak ada jawaban. Ia menatap Arya dari samping, cowok itu hanya sibuk memainkan handphone-nya, entah apa yang di lakukannya sehingga membuat ia tidak merespons pertanyaan Qyara.

Qyara cemberut, ia kembali menatap kolam berenang dan menyilangkan tangannya di dada.

"Ihh, dia budek kali ya? Nggak mungkin banget gue ngomong, dianya nggak denger!," gerutunya dalam hati.

"Kenapa lo setuju?" Arya bersuara tiba-tiba.

Qyara tersentak, dia belum siap mendengar suara Arya yang berat, tetapi menenangkan ini dari dekat dan tiba – tiba saja suasana hatinya berubah setelah mendengar suara itu. Ia mengulum senyuman manis di bibirnya.

"Eh, setuju aja. Aku nggak tau alesanya apa kak. Mungkin karna aku ngerasa apa yang dipilih orang tua aku itu yang terbaik buat aku dan ternyata kakak juga bukan orang asing, ternyata kita itu udah saling kenal," ujar Qyara pelan. Dia benar benar tidak dapat menyembunyikan perasaan canggungnya. "Ya masa gue bilang kalo gue udah suka dia dari pertama ketemu. Terus bilang kalo dia ganteng makannya gue suka, kan malu apa lagi belum pernah ketemu. Entar dikiranya gue cewek apaan," gerutu Qyara dalam hati.

"Bagi gue, lo itu cuma orang asing yang tiba – tiba dateng buat ngusik ketenangan hidup gue. Nggak usah berlagak deket sama gue! Gue gak kenal lo dan lo gak kenal gue, seharusnya lo batalin perjodohan ini. Gue gak ngerti kenapa lo bisa terima!" seru Arya dengan nada ketus.

"Gue mau lo jangan kasih tau siapa - siapa tentang perjodohan ini apa lagi di sekolah. Gue bakal cari cara buat batalin perjodohan ini," lanjutnya sambil berlalu pergi meninggalkan Qyara sendiri yang masih syok dengan apa yang dikatakannya.

Qyara membulatkan matanya sambil menatap punggung Arya yang sudah menjauh dari pandanganya. Mendengar penuturan Arya itu membuat Qyara tidak dapat berpikir jernih. Hatinya terasa sakit karena ini pertama kalinya ia ditolak dengan kata-kata yang sangat menyakitkan.

Ia mengalihkan pandangannya pada punggung Arya yang sudah tidak terlihat lagi dan menunduk menatap rerumputan yang sedikit basah karena embun dingin malam itu, "Kalo mau dibatalin kenapa tadi bilangnya setuju. Dih, aneh banget sih! Ngeselin," gerutu Qyara sambil mengentakkan telapak tangannya ke sisi kursi yang kosong di sampingnya.

"Oke kalo maunya gitu. Kamu bisa cari cara buat batalin perjodohan. Aku bisa cari cara buat kamu jatuh cinta sama aku," seru Qyara sebal.

Qyara adalah tipe cewek yang tidak bisa ditolak dan ditantang. Jika ia menginginkan sesuatu pasti akan ia dapatkan. Apa lagi sama cowok yang ia sukai.

Qyara menghela napasnya dan tersenyum miring memikirkan banyak hal yang akan dia lakukan untuk memenangkan hati seorang Arya.

Ia beranjak dari tempat duduknya dan pergi menyusul Arya ke arah ruang keluarga.

Arya & QyaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang