Tiga

45 19 5
                                    

Arya Dzaky Pradana, cowok dingin, cuek, dan ketus ini mempunyai sejuta pesona dalam dirinya. Seorang kapten tim basket sekolah ini mempunyai tinggi 180 cm, memiliki badan yang pelukable, dan menjadi salah satu cowok populer di sekolah, lebih tepatnya nomor 1 terpopuler. Sudah ganteng, kaya, anak tunggal lagi. Siapa sih yang nggak mau sama Arya. Dengan ketampanannya dan bakat menyanyi yang ia miliki menjadikannya vokalis band di sekolah dan selalu memenangkan festival musik tingkat kota bahkan nasional. Bukan hanya fisik dan bakat saja yang ia miliki, tetapi juga otak. Selama 2 tahun lebih ia terus masuk ke dalam jajaran juara umum sekolah. Semua itu semakin menambah list poin plus dalam dirinya.

Arya memarkirkan motor ninja hitam kesayangannya di tempat parkir sekolah. Ia membuka helm dan menyibakkan rambutnya yang sedikit berantakan. Dia benar - benar tidak berfikir bahwa hal yang dilakukanya akan membuat semua orang terutama perempuan disana langsung memperhatikannya bahkan ada yang berteriak saking tidak tahan dengan pesona yang Arya miliki.

“Ya ampun kak Arya gantengnya kebangetan,” teriak salah satu perempuan disana sambil mengelus dadanya yang mulai berdetak tak karuan.

“Merinding gue liatnya ganteng banget anjir!,” tambah perempuan lainnya yang tidak kalah terpesona.

Semua sorotan dan teriakan yang Arya dapatkan bahkan saat dia berjalan di lorong sekolah sudah tidak dapat dia hindari karena itu sudah menjadi hal yang biasa bagi Arya.

Arya menghentikan langkahnya ketika ia sudah sampai di depan loker.  Ketika dia membuka lokernya, terdapat banyak surat di dalam hingga membuat surat itu jatuh dan berserakan di lantai.  Dan hal itu bukan hal aneh bagi Arya karena hampir setiap hari ia akan mendapatkan surat yang entah itu dari penggemarnya atau orang yang membencinya, dia tidak peduli dan tidak ingin tahu juga. Arya hanya menatap malas kearah surat-surat itu dan kemudian berpaling ke lokernya kembali untuk mengambil buku yang akan ia gunakan pagi ini.

Arya menghentikan gerakan tangannya yang sedang meraih buku di dalam lokernya dan memutar bola matanya malas ketika ada suara yang paling tidak ingin Ia dengar menghampirinya.

“Kak Aryaaaa,” sapa perempuan itu dengan ceria.

Arya melirik perempuan itu malas kemudian memalingkan pandanganya lagi pada buku-buku yang ada di lokernya.

“Kenapa? Jangan ganggu gue,” ketus Arya.

“Kak Arya ketus banget sih kan aku cuma mau nyapa kakak aja. Sekalian mau tanya ruang guru dimana ya?” tanya Qyara dengan suara manja.

Arya tidak menjawab. Dia masih sibuk memasukkan buku yang diperlukannya untuk pelajaran pertama dan kedua.

Melihat Arya yang tidak kunjung menjawab pertanyaanya. Qyara mengerucutkan bibirnya dan menarik-narik ujung lengan seragam Arya. “Kak jawab donggg.”

“Apaan sih. Sana deh cara sendiri.” Arya menepis tangan Qyara kasar dan berlalu meninggalkan Qyara seorang diri.

Melihat itu, Qyara bukannya sebal tapi malah tersenyum miring. “Jadi gini caranya mau batalin perjodohan. Oke siapa takut. Liat aja nanti,” ucap Qyara dalam hati seraya mengedarkan pandanganya ke surat cinta yang berserakan di lantai. “Dih, siapa sih yang ngirim-ngirim surat ke cowok gue. Sebel banget,” gerutunya pelan hampir tidak terdengar siapa pun. Dengan malas dan kesal, Qyara memungut surat - surat itu dan membuangnya ke tong sampah terdekat. Tanpa sadar, banyak pasang mata yang melihat kejadian itu, ketika Qyara menyapa Arya sampai Qyara membuang semua surat ke tong sampah.

Merasa banyak pasang mata yang memperhatikannya, Qyara mengedarkan pandangannya dan benar saja banyak yang memperhatikannya dengan tatapan tidak suka bahkan ada yang berbisik menjelek - jelekkannya.

Arya & QyaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang